Ingin Belajar Animasi, Di Sini Bisa
Andre Surya (Foto maricari.com) |
Jakarta - Industri animasi Indonesia terus berkembang. Tidak hanya studio yang bermunculan, kini pun sudah ada sekolah khusus yang mengajarkan teknik-teknik animasi.
Contohnya adalah Enspire School of Digital Art atau dikenal dengan sebutan ESDA (www.esda.co.id). Pendirinya adalah Andre Surya, yang juga pemilik Enspire Studio (www.enspirestudio.com). ESDA berlokasi di sebuah apartemen di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Andre adalah digital artist yang sudah malang melintang di industri film Hollywood. Beberapa film beken yang digarapnya antara lain Iron Man, Iron Man 2, Transformers: Revenge of the Fallen, Star Trek, Terminator: Salvation, Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skull, Surrogates, The Last Airbender, dan Rango.
Tak heran nama Andre membuat sekolah yang baru berdiri selama empat bulan itu langsung ramai peminat. “Sekarang siswa kami sudah ada lebih dari 65. Kami berawal dari nol dan tadinya hanya ada satu kelas. Sekarang kami sudah akan membuka kelas kedua,” kata Andre, di Jakarta kemarin
Andri bilang, secara umum pengajaran di ESDA terbagi tiga, yaitu 3D fundamental course, 3D animation course, dan 2D course. Masing-masing terdiri dari tingkatan dasar (basic), menengah (intermediate), dan ahli (advance).
“Kebanyakan siswa kami adalah anak-anak SD sampai tingkat SMA. Namun ada pula mahasiswa dan para profesional, biasanya mereka sudah di tingkat intermediate,” ucap Andre.
Biaya yang dikenakan di ESDA adalah Rp 2,7 juta per tiga bulan. Periode tersebut dibagi menjadi 12 kali pertemuan, masing-masing berdurasi tiga jam.
Minat para siswa, lanjut Andre, sangat tinggi. Mereka sangat menyukai kegiatan ini sehingga bisa cepat menguasai teknik-teknik animasi. “Anak kelas 4 SD dalam satu bulan sudah bisa memakai pen tablet (perangkat lunak untuk menggambar di komputer),” ujarnya.
Menurut Andre, ESDA memang bertujuan untuk mengenalkan animasi dan digital art sejak dini. “Indonesia adalah market yang besar, dan ini sangat cocok untuk perkembangan industri animasi. Kami siap men-support dari sisi sumber daya manusia,” tuturnya.
Sumber daya manusia yang profesional untuk industri animasi Indonesia memang masih sedikit. Padahal talenta orang Indonesia luar biasa, tetapi banyak yang bekerja di luar negeri.
Andre menilai saat ini industri animasi di Indonesia mulai berkembang, meski masih kalah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura. Ke depan, Indonesia perlu memiliki film animasi sendiri yang bisa menjadi ciri khas seperti Malaysia dengan kisah Upin dan Ipin.
“Animasi itu bukan sekedar industri, tetapi juga membawa budaya. Semua orang sudah tahu bahwa Batman atau Spider-Man adalah Amerika Serikat. Kita perlu yang seperti itu,” tegas Andre.
Contohnya adalah Enspire School of Digital Art atau dikenal dengan sebutan ESDA (www.esda.co.id). Pendirinya adalah Andre Surya, yang juga pemilik Enspire Studio (www.enspirestudio.com). ESDA berlokasi di sebuah apartemen di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Andre adalah digital artist yang sudah malang melintang di industri film Hollywood. Beberapa film beken yang digarapnya antara lain Iron Man, Iron Man 2, Transformers: Revenge of the Fallen, Star Trek, Terminator: Salvation, Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skull, Surrogates, The Last Airbender, dan Rango.
Tak heran nama Andre membuat sekolah yang baru berdiri selama empat bulan itu langsung ramai peminat. “Sekarang siswa kami sudah ada lebih dari 65. Kami berawal dari nol dan tadinya hanya ada satu kelas. Sekarang kami sudah akan membuka kelas kedua,” kata Andre, di Jakarta kemarin
Andri bilang, secara umum pengajaran di ESDA terbagi tiga, yaitu 3D fundamental course, 3D animation course, dan 2D course. Masing-masing terdiri dari tingkatan dasar (basic), menengah (intermediate), dan ahli (advance).
“Kebanyakan siswa kami adalah anak-anak SD sampai tingkat SMA. Namun ada pula mahasiswa dan para profesional, biasanya mereka sudah di tingkat intermediate,” ucap Andre.
Biaya yang dikenakan di ESDA adalah Rp 2,7 juta per tiga bulan. Periode tersebut dibagi menjadi 12 kali pertemuan, masing-masing berdurasi tiga jam.
Minat para siswa, lanjut Andre, sangat tinggi. Mereka sangat menyukai kegiatan ini sehingga bisa cepat menguasai teknik-teknik animasi. “Anak kelas 4 SD dalam satu bulan sudah bisa memakai pen tablet (perangkat lunak untuk menggambar di komputer),” ujarnya.
Menurut Andre, ESDA memang bertujuan untuk mengenalkan animasi dan digital art sejak dini. “Indonesia adalah market yang besar, dan ini sangat cocok untuk perkembangan industri animasi. Kami siap men-support dari sisi sumber daya manusia,” tuturnya.
Sumber daya manusia yang profesional untuk industri animasi Indonesia memang masih sedikit. Padahal talenta orang Indonesia luar biasa, tetapi banyak yang bekerja di luar negeri.
Andre menilai saat ini industri animasi di Indonesia mulai berkembang, meski masih kalah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura. Ke depan, Indonesia perlu memiliki film animasi sendiri yang bisa menjadi ciri khas seperti Malaysia dengan kisah Upin dan Ipin.
“Animasi itu bukan sekedar industri, tetapi juga membawa budaya. Semua orang sudah tahu bahwa Batman atau Spider-Man adalah Amerika Serikat. Kita perlu yang seperti itu,” tegas Andre.
0 komentar:
Posting Komentar