Tampilkan postingan dengan label Ristek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ristek. Tampilkan semua postingan

Ilmuwan Kita Tahunya Meneliti, Tak Tahu Menjual

http://images.detik.com/content/2013/07/30/1036/menristek2.jpgJakarta - Sejumlah lembaga penelitian obat tradisional atau jamu dimiliki oleh pemerintah. Namun produk-produk yang dihasilkan lembaga penelitian ini belum bisa dipasarkan. Pemerintah meminta pengusaha jamu membantu menjualnya.

Karena itu, Kementerian Riset dan Teknologi menggandeng Asosiasi Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional untuk membantu menjual temuan-temuan jamu dan obat tradisional ini.

"Harus ada yang menjembatani, selama ini publikasi temuan ilmuwan kita kurang. Mereka tahunya neneliti. Harus ada yang bantu menjual," kata Menristek Gusti Muhammad Hatta di acara MoU dengan Pengusaha Jamu di kantor Kemenristek, Jakarta, Selasa (30/7/2013).

Gusti menambahkan, saat ini ada sekitar 12 Pusat Unggulan Iptek yang dibina oleh pemerintah, namun hanya ada 3 yang telah diresmikan. Sedangkan 2 PUI akan diresmikan tahun ini.

"Saat ini ada 12 lembaga kita bina, tahun ini mungkin bisa kita tetapkan 2 PUI lagi. Pengembangan pusat riset penting karena menghasilkan produk dari hulu-hilir, ada nilai tambah, kita menguasai teknolog, sekaligus kita membuka kesempatan kerja," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Charles Saerang mengatakan, pihaknya akan berkontribusi dengan membantu penelitian yang dilakukan. Untuk tahap awal, pihaknya akan menanamkan investasi Rp 1 miliar dalam mendukung satu jenis jamu dari IPB tersebut.

"Sekarang ini pasar jamu mencapai Rp 13 miliar. Kalau saya bisa bantu Rp 1 miliar sampai jadi barangnya siap dijual, kan saya yakin bisa jual Rp 4 miliar," kata Charles.

Dari data Gabungan Pengusaha Jamu, penjualan jamu terus meningkat setiap tahun. Pada 2010 mencapai Rp 7,2 triliun, lalu naik menjadi Rp 13 triliun tahun lalu. Sayangnya, pangsa jamu baru 30 persen dari total konsumsi obat nasional.(zul/dnl)


Telah lahir, Lithium made in Indonesia

http://kickdahlan.files.wordpress.com/2013/07/dahlan-iskan-telah-lahir-baterai-lithium.jpg?w=370Satu lagi langkah maju untuk bisa segera merealisasikan mobil listrik nasional: sejak Sabtu, 13 Juli 2013, Indonesia telah mampu memproduksi baterai lithium. Memang bukan BUMN yang memproduksinya tapi BUMN ikut menjadi pendorongnya.

Tahun lalu ketika mobil listrik generasi pertama diluncurkan oleh Tim Putra Petir BUMN, memang masih menyisakan satu kegundahan ini: baterai (accu) mobil tersebut masih impor dari Tiongkok. Belum menggunakan baterai made in Indonesia. Selama ini Indonesia baru mampu memproduksi baterai biasa. Padahal untuk mobil listrik tidak mungkin menggunakan accu biasa, karena ukurannya menjadi begitu besar dan beratnya begitu ampun-ampun.

Maka tidak lama setelah peluncuran tiga mobil listrik jenis city car karya Dasep Ahmadi itu, saya mencari-cari siapa gerangan yang punya potensi mampu memproduksi baterai lithium di dalam negeri. Tentu saya mengincar pabrik-pabrik baterai yang sudah ada. Lantas saya tawari siapa yang berminat memproduksi baterai lithium.

Saya tidak menjanjikan apa-apa. Tidak berjanji membelinya, tidak memberi fasilitas apa-apa, dan tidak mau ikut menanggung biaya investasi. Juga tidak ikut menanggung risiko. Saya hanya mengemukakan gagasan besar, bahwa sebaiknya Indonesia mulai memproduksi mobil listrik. Agar kelak kita tidak menyesal untuk kedua kalinya. Agar kita tidak hanya akan kembali menjadi pasar yang besar bagi mobil listrik dari luar negeri.

Saya sangat yakin masa depan mobil adalah mobil listrik. Seluruh dunia sudah sepakat seperti itu. Memang tidak bisa kesusu dan grusa-grusu. Pelan tapi pasti masa depan kita adalah mobil listrik.

Alhamdulillah ada satu pabrik baterai terkemuka yang mendukung ide itu: PT Nipress Tbk di Bogor. Pengalamannya memproduksi baterai sudah puluhan tahun. Pasarnya tidak hanya di dalam negeri. Ekspornya sudah merambah dunia sampai Eropa.

Perusahaan publik ini tertantang untuk ambil bagian mewujudkan gagasan besar itu, dengan mengembangkan baterai lithium. Jackson Tandiono, Presiden Direktur, dan Richard Tandiono, Direktur Operasional PT Nipress, menyatakan sanggup menanamkan investasi puluhan miliar rupiah dan sanggup meluncurkan produk baterai lithium pertama di bulan Juli 2013.

Ini sesuai dengan perencanaan lahirnya mobil listrik Putra Petir generasi kedua. Yakni mobil listrik yang disiapkan untuk digunakan dalam forum APEC di Bali awal Oktober depan.

Komitmen PT Nipress benar-benar dipenuhi. Minggu lalu Richard menghubungi saya: apakah bersedia meluncurkan baterai lithium pertama made in Indonesia. Tentu saya harus bersedia untuk memberikan penghargaan pada orang yang memenuhi komitmen yang begitu tinggi. Saya terharu ada yang mau ikut mempertaruhkan uang puluhan miliar demi mobil listrik nasional.

Dengan berhasilnya Indonesia memproduksi baterai lithium maka hampir 50 persen persoalan mobil listrik nasional teratasi. 50 persennya lagi sebagian besar bisa diadakan di dalam negeri. Seperti pembuatan body dan interiornya. Motor listriknya pun sudah akan bisa diproduksi di dalam negeri.

Mobil listrik memang harus menggunakan baterai lithium. Dengan lithium untuk kekuatan yang sama hanya diperlukan ukuran yang kecil, hanya 30 persen baterai biasa. Beratnya pun hanya sepertiga berat baterai biasa. Dan yang lebih penting: dengan baterai lithium proses charging-nya bisa cepat.

Waktu meluncurkan baterai lithium pertama made in Indonesia itu, kepada saya dipamerkan seluruh proses pembuatannya, pengujiannya, laboratoriumnya, dan standarisasinya. Juga sistem modulnya. Ada modul untuk bus listrik, ada modul untuk mobil listrik jenis MPV, ada modul untuk city car, dan ada modul untuk mobil sport.

Modul itu ditentukan berdasar kesepakatan hasil diskusi ilmiah berkali-kali. Dasep Ahmadi, Ravi Desai, Ricky Elson dan ahli baterai yang paling top di Indonesia, Dr Ir Bambang Prihandoko dari LIPI, dengan aktifnya merumuskan bersama ahli dari Nipress untuk menentukan modul-modul itu. Inilah modul baterai lithium standar Indonesia!

Dengan ditentukannya modul baterai lithium ini maka siapa pun yang ingin memproduksi mobil listrik tidak perlu lagi bingung. Terutama dalam penempatan baterainya. Ikuti saja standar modul yang ditetapkan produsen lithium tersebut.

Kang Dasep lewat PT Sarimas Ahmadi Pratama, sedang menyiapkan delapan bus VIP dan lima MPV yang baterainya sudah made in Indonesia. Ricky lewat PT Berkah Para Maestro sedang menyiapkan tiga MPV dan mobil sport. Ravi lewat partnernya di Surabaya sudah membangun pabrik mobil listrik dengan kapasitas 20.000 per tahun.

Maka kelahiran mobil listrik nasional generasi kedua akhir Agustus nanti sudah lebih lega. Bukan saja sudah banyak belajar dari kekurangan-kekurangan generasi pertama, tapi juga made in Indonesianya sudah lebih "nendang".

*Oleh Dahlan Iskan

Menteri BUMN (mdk/noe)


  Merdeka 

Siswi SMA Temukan Manfaat Kulit Kacang

Siswi SMA Temukan Manfaat Kulit Kacang
Nisrina
Jakarta - Pikiran Nisrina Nuramalia Fathina sering berkecamuk saat melihat orang makan kacang. Setelah kacang tandas dimakan, kulit kacang dibuang. Perempuan 18 tahun ini pun membatin, "Kasihan sekali nasib kulit kacang, dibuang begitu saja. Sejarahnya enggak seru."

Daya kreatif siswa kelas XII SMA Kharisma Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, ini pun mulai bekerja. Dia ingin agar kulit kacang yang biasanya disia-siakan bisa membawa manfaat. "Apalagi orang Indonesia suka makan kacang. Berdasarkan studi literatur saya, konsumsi kacang secara nasional setiap tahun paling enggak ada 1 juta ton," kata Nisrina saat ditemui Tempo, Jumat, 5 Juli 2013, di SMA Kharisma Bangsa.

Nisrina pun mulai mencari tahu seluk-beluk kulit kacang. Dia membaca literatur dan mencari bahan di internet. Dari situ, perempuan berkerudung ini mengetahui bahwa kulit kacang mengandung banyak mineral, seperti kalsium, fosfor, potasium, iron, sodium, mangan, dan zink. Berbekal pengetahuan yang dimilikinya, dia mengetahui bahwa mineral-mineral itu bisa digunakan sebagai bahan elektrolit yang menghasilkan listrik.

Dia segera memulai penelitian tentang kulit kacang. Penelitiannya itu berjudul The utilization of peanut hull waste (Arachis hypogaea L) as electrolyte source, sunscreen, and alternative board. Hasil penelitian yang dilakukan dalam rentang November 2012 hingga Februari 2013 itu, kemudian diikutkan dalam ajang International High School Environment Project Olympiad di Oswego, New York, Amerika Serikat, pada 16-20 Juni 2013.

Penelitian Nisrina berbuah manis. Para juri terkesima dengan kreativitasnya. Dia pun diganjar medali perak dalam ajang yang diikuti ratusan peserta dari 58 negara itu. "Saya senang, tapi saya tidak akan berhenti sampai di sini. Saya akan terus ikut dalam ajang sains project saat kuliah nanti," kata Nisrina.

Meneliti Kulit Kacang, Nisrina Ciptakan 3 Produk

Penelitian kulit kacang yang dilakukan Nisrina Nuramalia Fathina, membuka fakta bahwa banyak manfaat yang bisa diambil dari kulit kacang. Siswi kelas XII SMA Kharisma Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, ini menemukan setidaknya ada tiga manfaat kulit kacang.

"Dari kulit kacang, saya menemukan tiga produk," kata Nisrina pada Tempo, Jumat, 5 Juli 2013, saat ditemui di SMA Kharisma Bangsa. Hasil penelitian perempuan 18 tahun itu mendapat penghargaan medali perak dalam ajang International High School Environment Project Olympiad di Oswego, New York, Amerika Serikat, pada 16-20 Juni 2013.

Ketertarikan perempuan berkerudung ini meneliti kulit kacang terinspirasi setelah dia menyaksikan banyak orang yang menyia-nyiakan kulit kacang. Padahal konsumsi kacang di Indonesia lumayan banyak. Berdasarkan penelusurannya, angka konsumsi kacang secara nasional mencapai 1 juta ton per tahun.

Agar tidak terbuang percuma, Nisrina menjadikan kulit kacang sebagai objek penelitian supaya bermanfaat. Anak bungsu dari dua bersaudara ini pun membaca literatur guna mencari tahu apa yang terkandung di kulit kacang. Dari situ dia mengetahui kulit kacang mengandung banyak mineral, seperti kalsium, fosfor, potasium, iron, sodium, mangan, dan zink. "Kandungan mineral-mineral itu bisa digunakan sebagai elektrolit," kata Nisrina.

Dalam melakukan eksperimennya, Nisrina menghaluskan kulit kacang menjadi serbuk. Tiga gram serbuk kulit kacang itu lalu dicampur dengan 40 mililiter aquades (air penyulingan yang tidak punya voltase). Campuran ini dipanaskan dalam suhu 60 derajat Celcius. Setelah disaring dan airnya dicek menggunakan voltmeter, ternyata terukur ada listrik 0,7 volt. "Air itu bisa menyalakan kalkulator, bisa menyalakan lampu LED," kata Nisrina.

Produk kedua olahan kulit kacang adalah tabir surya. Ternyata, kata Nisrina, cairan elektrolit kulit kacang bukan cuma menghasilkan voltase listrik, tapi juga bisa menjadi produk kosmetik. Hipotesisnya dibangun dari dugaan bahwa tanaman memiliki kemampuan absorbsi sinar ultraviolet. "Saya cek cairan elektrolit itu pakai spektrometer, ternyata kandungan SPF-nya 137. Itu sebagai tabir surya alias sunscreen untuk melindungi kulit dari cahaya matahari," kata dia. Sun Protection Factor (SPF) adalah zat pelindung kulit dari sinar matahari.

Tidak berhenti sampai di situ, Nisrina juga menemukan produk ketiga. Dia memanfaatkan sisa serbuk dari proses filtrasi antara bubuk kulit kacang dengan aquades. "Itu kan ada sisa bubuk kacangnya, kalau dibuang mengotori lingkungan. Serbuk itu saya manfaatkan untuk membuat papan," kata dia.

Caranya, serbuk kulit kacang dicampur dengan lem polivinil asetat dengan perbandingan volume 2 : 1. Setiap dua ukuran volume bubuk kacang dicampur dengan satu ukuran volume lem. Meski terbuat dari kulit kacang, papan yang dihasilkan tak main-main. Berdasarkan uji di lab beton Fakultas Teknik Universitas Indonesia, kemampuan papan ini setiap 1 sentimeter persegi bisa menahan beban hingga 182 kilogram. Sementara kelenturannya setiap 1 sentimeter persegi bisa menahan beban 17 kilogram.

"Ini bisa jadi papan alternatif," kata Nisrina. Bahkan, papan dari kulit kacang ini mendapat pujian dari seorang arsitek asal Amerika. "Dia bilang papan ini bisa menjadi isolator ruangan yang bagus."

Peneliti Kulit Kacang Ingin Menggratiskan Karyanya 

Peneliti Kulit Kacang Ingin Menggratiskan KaryanyaNisrina Nuramalia Fathina, siswi XII SMA Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan, berhasil membuat tiga jenis produk dari meneliti kulit kacang. Perempuan 18 tahun ini berharap karyanya bermanfaat bagi banyak orang.

"Saya lebih suka penemuan saya itu dipakai secara massal. Ini untuk dunia, kenapa harus ada bayar-membayar. Akan tetapi, jangan ada yang mengaku-ngaku juga, sih, sebagai karya mereka," kata Nisrina pada Tempo, Jumat, 5 Juli 2013, di SMA Kharisma Bangsa.

Karya Nisrina diikutsertakan dalam ajang International High School Environment Project Olympiad di Oswego, New York, Amerika Serikat, pada 16-20 Juni 2013. Penelitiannya yang berjudul berjudul The utilization of peanut hull waste (Arachis hypogaea L) as electrolyte source, sunscreen, and alternative board meraih medali perak. Ajang itu diikuti ratusan peserta dari 58 negara, seperti Amerika dan negara-negara Eropa.

Dari penelitiannya, kulit kacang bisa dimanfaatkan sebagai sumber elektrolit yang mengandung listrik, bahan pelindung kulit dari sinar matahari atau tabir surya, serta papan alternatif. Karyanya tentang papan alternatif ini, bahkan, dipuji seorang arsitek asal Amerika. "O, ini bagus sekali untuk kebutuhan arsitek, bisa sebagai bahan isolator ruangan di negara-negara bermusim dingin," kata Nisrina menirukan ucapan arsitek itu.

Nisrina menjelaskan, dari spesifikasi papan kulit kacang tersebut, papan ini juga bisa digunakan untuk pembuatan alat musik, olahraga, dan peralatan edukasi.

Agar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, anak bungsu dari dua bersaudara ini berharap karyanya bisa digunakan dalam industri. "Saya berharap ada industri yang tertarik untuk menggunakannya," kata dia.


  Tempo  

Menristek berharap APEC jadikan iptek solusi ekonomi

Medan - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti M Hatta mendorong negara-negara di Asia Pasifik bekerja sama dalam penyusunan kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang bisa menjadi solusi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan.

"Saya harap kerja sama iptek bisa menjadi solusi bagi krisis ekonomi, menjawab kebutuhan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan," kata Menristek saat memberi sambutan pada acara Third Senior Official Meeting (SOM3) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), di Medan, Senin.

Tiga hal yang ditekankan dalam kerja sama ini, ujar dia, adalah peningkatan kapasitas iptek seperti pelatihan dan berbagi pengalaman, menciptakan lingkungan inovatif, seperti pentingnya renumerasi, hak kekayaan intelektual dan royalti serta konektivitas di antara negara-negara anggota APEC.

Kelompok Kerja Policy Partnership on Science, Technology and Innovation (PPSTI) pada 2013-2015 dipimpin Indonesia di mana APEC PPSTI ini merupakan bagian dari pertemuan pejabat senior ke-3 (SOM3) APEC yang berlangsung pada 22 Juni hingga 6 Juli 2013.

Deputi bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) Agus Rusyana Hoetman yang menjadi Ketua Chief Science Advisors bersama Peter Gluckman dari Selandia Baru, mengatakan, forum ini harus dapat diterjemahkan ke dalam berbagai program nyata yang merupakan faktor penentu pembangunan ekonomi kawasan.

"Inti pertemuan adalah mendorong pemerintah regional APEC menggunakan riset ilmiah untuk menentukan kebijakan iptek dan inovasi di setiap ekonomi APEC," katanya.

Setiap ekonomi APEC mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan, baik dari kebijakan hulu, proses teknologi, ataupun kebijakan hilir, sehingga dengan bekerja sama dan berbagi pengalaman merupakan langkah yang baik, terlebih dalam konteks perdagangan bebas, ujarnya.

APEC PPSTI ini merupakan transformasi dari APEC Industrial Science and Technology Working Group (APEC ISTWG) ke-42 dalam rangkaian KTT APEC 2012 di Rusia yang ditujukan dengan harapan untuk meningkatkan dialog dan kerja sama dengan pelaku bisnis regional APEC.

Tahun 2013 Indonesia kembali menjadi ketua dan tuan rumah Forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dengan tema "Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth", di mana sebelumnya kepemimpinan APEC pernah dipegang pada tahun 1994.

APEC 2013 di Indonesia dilaksanakan melalui beberapa pertemuan, yaitu Informal Senior Official Meeting (iSOM) di Jakarta, Senior Official Meeting I di Jakarta, Senior Official Meeting II di Surabaya, Jawa Timur, Senior Official Meeting III di Medan, Sumatera Utara, serta Konferensi Tingkat Tinggi di Denpasar, Bali.

SOM3 APEC dihadiri oleh 18 perwakilan dari 21 anggota APEC, yaitu Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, China, Hongkong-China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Filipina, Peru, Papua New Guinea, Rusia, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam.


  Antara 

BPPT lirik kerjasama riset laut dalam

Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melirik kerja sama riset dengan industri mengenai eksplorasi laut dalam.

"BPPT sedang mencoba untuk mengkombinasikan upaya riset dan industri laut dalam. Biasanya riset dan industri jalan sendiri-sendiri, tapi sekarang dicoba untuk jalan bersama," ujar Deputi Kepala Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Ridwan Djamaluddin, usai pemaparan mengenai kapal Chikyu di Jakarta, Senin.

Ridwan mengatakan riset dan kegiatan industri dapat jalan bersama karena menggunakan peralatan yang sama, sehingga pemanfaatannya bisa lebih optimal.

"Riset laut dalam sangat mahal, oleh karena itu menjadi tidak realistis jika riset jalan sendiri-sendiri," ujar dia.

Dia menyebutkan sejumlah perusahaan tertarik untuk bersama-sama melakukan eksplorasi laut dalam di Tanah Air. Di Indonesia terdapat 1.141 sumur pengeboran dengan mayoritas di laut.

"Negara tetangga juga bisa diajak untuk melakukan riset bersama," tambah dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Bencana Udrekh mengatakan selama ini kemampuan untuk mengeksploitasi sumber daya migas sangat dibatasi oleh teknologi eksplorasi laut dalam.

"BPPT memandang perlu adanya pengetahuan terhadap penguasaan teknologi pengeboran laut dalam. Oleh karena itu kerja sama dengan pemerintah Jepang melalui Jamstec dimanfaatkan untuk memaparkan teknologi kapal bor tercanggih saat ini yakni Chikyu," kata Udrekh.

Udrekh menjelaskan Chikyu adalah kapal bor laut dalam yang mampu melakukan pengeboran untuk laut dengan kedalaman 2,5 kilometer dengan kemampuan pengeboran 9 kilometer.

"Chikyu juga memiliki fasilitas laboratorium," tukas Udrekh.

Dengan demikian, Chikyu mampu menjawab berbagai kebutuhan bagi pengetahuan dan teknologi laut dalam.


  Antara 

BBM Limbah Plastik dari Malang

BBM Limbah Plastik dari MalangMalang - Seorang kader lingkungan di Kota Malang berhasil menciptakan sebuah alat pengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Seperti bekas pembungkus plastik dan tas kresek. BBM yang dihasilkan berupa bensin atau premium dan solar, bahkan sebagian juga menghasilkan minyak pelumas atau oli. "Tergantung jenis plastik," kata kader lingkungan Kelurahan Bunulrejo Kecamatan Blimbing Kota Malang, Muhammad Ayyub.

Setiap tiga kilogram limbah plastik berubah menjadi satu liter BBM. Peralatan produksi BBM ini dirancang dan diproduksi sendiri. Terdiri dari sebuah tabung kompor bertekanan tinggi dan alat destilasi sederhana. Proses destilasi diawali dengan pemanasan plastik hingga 300 derajar celsius hingga menguap. Uap bergerak menuju kondenser untuk pendinginan untuk dikembalikan berbentuk cair.

Dalam proses yang membutuhkan waktu selama 45 menit ini dihasilkan tiga cairan berbeda, yakni premium, solar dan minyak pelumas. Proses desain dan perencanaan alat sekitar satu bulan, sedangkan perakitan alat sekitar lima hari. Namun, alat ini masih dibutuhkan penyempurnaan agar lebih efesien.

Proses pembakaran menggunakan bahan bakar gas metana (CH4) yang dihasilkan dari penumpukan sampah organik. Bahan bakar gas metana diperoleh secara cuma-cuma di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) SUpit Urang. Sedangkan jika menggunakan bahan bakar lain akan membutuhkan dana besar. Sehingga bahan bakar dari limbah plastik tak ekonomis.

Kini, ia tengah merancang memperbesar produksi sehingga bisa digunakan di TPA Supit Urang. Sehingga BBM yang dihasilkan lebih besar dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Tak hanya memenuhi kebutuhan BBM untuk truk pengangkut sampah tapi juga bisa dipasarkan untuk meningkatkan nilai jual sampah.

Produksi sampah tiap tahun terus bertambah, seiring pertambahan jumlah penduduk. Setiap hari warga Kota Malang menghasilkan sampah sebanyak 616 ton. Sekitar 64 persen diantaranya berupa sampah organik. Selebihnya adalah sampah unorganik yakni sampah plastik yang tak bisa didaur ulang. "Banyak sampah plastik menumpuk di TPA," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, Wasto.

Sementara potensi gas metana di TPA Supit Urang mencapai 4.521 ton per tahun. Sedangkan gas metana yang ditangkap dan dimanfaatkan warga sekitar hanya 148 ton per tahun atau sekitar tiga persen. "Jaringan pipa gas dipasang sampai 1,2 kilometer," katanya.

Sebelumnya, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama GELF (Global Eco Foundition) asal Belanda menggunakan dana world Bank mengolah gas metana menjadi listrik. Berdasar penelitian tumpukan sampah di TPA Supit Urang menghasilkan tenaga listrik hingga 5,56 Megawatt atau sekitar 7,03 persen dari produksi listrik di Indonesia. Namun, sampai saat ini program tersebut terhenti.


  Tempo  

Bunga Anggrek Bisa Jadi Obat Kanker

 Tim peneliti menemukan anggrek merpati mengandung zat antikanker.

Bunga anggrek selama ini lebih dianggap sebagai penghias rumah, karena bentuk dan warnanya yang indah. Siapa sangka kalau di balik keindahannya, ada manfaat kesehatan yang tersembunyi. Ternyata bunga cantik ini, bila diolah dengan benar, berpotensi menjadi obat antikanker.

Jenis bunga anggrek yang berpotensi untuk obat anti kanker adalah anggrek merpati. Atau, dalam bahasa latinnya adalah Dendrobium crumenatum Swartz. Koordinator Tim Peneliti Anggrek dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Ardaning Nurliani, mengatakan dari hasil penelitian anggrek Merpati berpotensi menjadi obat anti kanker dan anti tumor.

"Penelitian terhadap bunga anggrek dari genus dendrobium sebagai bahan obat itu sudah banyak dilakukan di berbagai negara. Seperti di Jepang ataupun Cina," kata Ardaning di Yogyakarta.

Penelitian di negara-negara tersebut, katanya untuk mengetahui efek sitoksisitas ekstrak etanolik daun dan pseudobulp dendrobium crumenatum swarz terhadap sel line kanker serviks (HeLa) secara in vitro. Selain itu juga untuk mengetahui aktivitas anti angiogenesis secara in vivo dengan menggunakan membran kolio alantolis telur ayam berembrio.

"Dari penelitian yang kami lakukan yakni induksi melalui apoptosis menunjukkan hasil rendah. Penelitian dilanjutkan dengan uji anti angiogenesis pada membran kolio alantois menunjukkan kalau Anggrek Merpati bisa sebagai kandidat antikanker," ujar Ardaning.

Dengan penelitian ini, ia dan tim peneliti berharap Anggrek Merpati bisa secara signifikan dimanfaatkan untuk pengobatan kanker.  Apalagi Anggrek putih ini memiliki habitat hidup yang luas dan mudah ditemukan. Mulai dari Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina dan Papua.(ren)


  Vivanews  

Mahasiswa Unibraw Temukan Bakteri Anti-diabetes

Mahasiswa Unibraw Temukan Bakteri Anti-diabetes  Malang | Lima mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, lintas jurusan berhasil menciptakan alat elektronik untuk membunuh bakteri diabetes mellitus. Mereka adalah Fahad Arwani, Reno Muktiaji Herdhiansyah (Teknik Elektro), Arfianita Ramadhani, Putro Aneswari (Ilmu Keperawatan), dan Muhammad Fahri Akbar (Ekonomi Pembangunan)

"Alat elektronik itu mampu membunuh bakteri diabetes mellitus serta mempercepat pengobatan luka." Fahad menjelaskannya dalam siaran pers, Jumat, 1 Maret 2013. Para mahasiswa itu menamakan alat tersebut KYUBI atau Kill Your Bacteria. KYUBI menggunakan tegangan 9 volt untuk membunuh bakteri. Menurut Fahad, tegangan 9 volt merupakan tegangan yang dapat ditoleransi oleh tubuh.

Prinsip kerjanya, alat yang dilengkapi gel elektrolit tersebut diletakkan di antara anggota tubuh yang terluka. Saat alat dihidupkan, keluar impuls listrik dengan arus searah. Frekuensi impuls disesuaikan dengan kebutuhan. Impuls listrik akan merambat ke daerah luka dan melakukan kompresi listrik serta memecah membran sel bakteri. Dalam tempo lima menit, KYUBI mampu membasmi seluruh bakteri.

"Alat ini menjadi terapi yang murah." Arfianita menjelaskan. Menurutnya, pengobatan luka diabetes mellitus tergolong mahal. Harga setiap butir obat mencapai Rp 500 ribu lebih. KYUBI mencegah tindakan amputasi yang menganggu gerakan pasien.

Alat penemuan mahasiswa lintas jurusan ini diganjar peringkat pertama Entrepreneur Spirit (ESPRIEX) di Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Kini, penemuan ini tengah menempuh uji klinis serta mendapat hak paten. Mereka berharap produsen peralatan kesehatan tertarik untuk memproduksinya secara massal.


  Tempo  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW_7Q_gMU8bWByPD8aRsTMrWQnA3C6m_cCcvcnflRenf66mPLH6EWCZhHh5b_QPi61GtYm3vlEiGg86qHAJIxpQMtGRwZ9W5G2ESw8QZXJubLJ_RU9z2t-AvqnBEJR3mwVMJ_hTXrI69s/s35/cinta-indonesia.jpg