Tampilkan postingan dengan label Indonesia Teknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia Teknologi. Tampilkan semua postingan

[Foto] Pesta Rakyat Teknologi Kendaraan Listrik

Mobil listrik Dahlan mejeng di pesta rakyat Kemenristek

Jakarta Kementerian Ristek dan Teknologi pagi ini, Minggu (22/12) mengadakan acara pameran mobil listrik di Monumen Nasional (Monas), Jakarta dengan tema 'Pesta Rakyat Teknologi Kendaraan Listrik'. Dalam pameran ini ditampilkan mobil listrik buatan 5 putra petir yang merupakan tim Dahlan Iskan.

Dalam acara ini ditampilkan mobil listrik Selo yaitu mobil listrik dengan tipe menyerupai Lamborghini dua pintu. Selain itu, mobil listrik Ahmadi hijau juga juga ikut mejeng di Monas.

Selain itu, mobil listrik buatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yakni Hevina turut dipamerkan ke hadapan khalayak ditemani bus listrik buatan pakar mobil listrik nasional, Dasep Ahmadi.

Acara kali ini dihadiri langsung oleh Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta, serta dua orang tim Lima Putra Petir yaitu Dasep Ahmadi dan Ricky Desai.

Ditemui merdeka.com, Ricky sangat senang dengan acara ini karena Menristek sudah mau memfasilitasi guna mendapatkan perizinan uji kelaikan mobil listrik. Menurut Ricky saat ini level mobil listrik Indonesia masih berada di level 7 dan Menristek akan membantu hingga level 9 dan mobil listrik bisa produksi secara masal.

"Ini sudah dibantu dan difasilitasi perizinan. Semoga keluar cepat," ucap Ricky kepada merdeka.com di Monas, Jakarta.

Saat ini acara masih berlangsung. Nantinya, pergelaran ini bakal diakhiri dengan uji coba mobil listrik di jalanan kawasan Monas.(mdk/ard)

Berikut Foto2 mobil listrik karya anak bangsa :

Mobil listrik Selo sport saat melakukan uji coba di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/12) Selo adalah mobil listrik sport generasi kedua setelah Tucuxi, yang digagas oleh Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan bersama tim Putra Petir.

Mobil listrik Evina saat melakukan uji coba di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/12). Evina adalah sebuah mobil listrik buatan Indonesia yang dirancang oleh Dasep Ahmadi.

Mobil listrik Hevina kategori sedan mewah melakukan uji coba di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/12). Mobil ini merupakan hasil ciptaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Mobil listrik kategori MPV saat sedang melakukan uji coba di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/12)

Mobil listrik kategori bus melakukan uji coba di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/12)



Mobil listrik Ahmadi saat uji coba dari Monas



  Merdeka 

Pembuat Alat Penghemat Listrik Ini Curhat Susah Cari Modal

http://images.detik.com/content/2013/11/30/4/listrik.jpgJakarta - Mendapatkan akses pinjaman modal dari perbankan memang cukup sulit. Ditambah aturan yang berbelit-belit menjadi batu sandungan pengusaha untuk berkembang.

Penemu sekaligus pengembang Home Electric Saver Bambang Sugiyanto menceritakan hal itu kepada detikFinance. Penemuan hebatnya pun diawali oleh keberanian mengeluarkan kocek pribadinya sebesar Rp 5 juta.

"Sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah. Dulu pernah dirujuk ke salah satu bank tetapi tidak jadi karena aturan yang berbelit. Akhirnya tetap saya menggunakan dana pribadi untuk mengembangkan alat Home Electric Saver," ungkap Bambang saat berbincang dengan detikFinance di Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) Epiwalk, Kuningan Jakarta Selatan, Jumat (30/11/2013).

Home Electric Saver sebuah alat mini yang dapat memaksimalkan daya listrik sekaligus menghemat listrik hingga 30%.

Hebatnya lagi, alat ini tidak melanggar ketentuan oleh PT PLN (persero). Legalitas produk ini sudah sesuai dengan SK Menteri PU No. 23/PRT/78 tentang alat sejenis kapasitor bank. Alat. Ini juga merujuk pada instruksi Presiden RI No 10/2005 tentang penghematan energi.

Alat ini sudah dikembangkan sejak tahun 2005. Dalam kurum waktu itu, sudah ada sekitar 500 ribu unit alat yang terjual. Bambang kini menjual 3 tipe alat penghemat listrik yaitu untuk daya 450-1300 watt seharga Rp 300 ribu/unit, daya 2.200-4.400 watt seharga Rp 400 ribu/unit dan daya 5.500-8.800 watt seharga Rp 500 ribu/unit.

Produk Bambang sudah diamini oleh PT Telkom. Bahkan Telkom telah menandatangani kontrak kerjasama dengan Bambang untuk menyediakan alat penghemat listrik di 57 gedung kantor cabang Telkom. Bahkan produk ini sudah dilirik oleh negara jiran Malaysia.

Bambang mengatakan, rencana meminjam dana dari perbankan adalah keinginannya untuk mengembangkan bisnisnya ke depan. Selain itu, ia juga ingin agar produk Home Electric Saver buatannya terus berkembang dengan inovasi dan teknologi baru.

"Saya mau bikin satu pengembangan usaha tidak hanya dari pameran ke pameran, awal tahun depan penjualan langsung. Saya juga sudah mempunyai keinginan untuk mengembangkan terus produk ini," tambahnya.

Dengan keterbatasan yang ada, ia mengaku terbatas dengan usahanya yang berskala UKM. Ia hanya mengandalkan pendapatan penjualan untuk menghidupi bisnis yang ia tekuni selama 8 tahun terakhir dengan keterlibatan 7 orang pekerja.

"Terbatas dengan pendapatannya yang Rp 10-12 juta saja per bulan," cetusnya.

Untuk itu, ia sempat menulis sedikit kata di secarik kertas meminta perhatian pemerintah khususnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pengestu.

"Kepada produk kami harapan saya usaha kreatif kami dapat dibantu permodalan agar berkembang besar, salam B Sugiyanto," begitu tulisan Bambang Sugiyanto yang dititipkan kepada detikFinance.

Listrik Anda Mau Hemat Hingga 30%? Ini Alatnya

Tagihan listrik anda membengkak atau merasa berat dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL)? Kini kedua masalah itu sudah ada solusinya. Adalah Home Electric Saver sebuah alat mini yang dapat memaksimalkan daya listrik sekaligus menghemat listrik hingga 30%.

Home Electric Saver dikembangkan oleh anak bangsa asal Malang dan dibuat di Indonesia. Sosok Bambang Sugiyanto 49 tahun adalah suksesor di balik kecerdasan dirinya melihat pasar dan mengembangkan alat yang berguna ini.

"Produk ini gampang dijual dan saya berpikir ketika pertama kali mau membuat, saya prediksi TDL ke depan akan naik terus. Jadi saya sudah prediksi itu sebelum saya buat alat ini," kata Pemilik Home Electric Saver Bambang saat berbincang dengan detikFinance di Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) Epiwalk, Kuningan Jakarta Selatan, Sabtu (30/11/2013).

Bambang menjelaskan konsep kinerja alat mini hemat listrik ini. Mesin utama alat ini adalah sebuah kapasitor bank mini. Kapasitor ini berfungsi menghilangkan proses induksi listrik yang menyebabkan energi listrik terbuang dan boros pemakaian. Dengan pemakaian alat ini, induksi listrik dihilangkan dan daya listrik dapat dimaksimalkan untuk digunakan.

"Jadi ini alat isinya kapasitor bank mini, tetapi ukurannya mikro, kalau di pabrik wajib digunakan, tetapi ukurannya tabung. Tetapi ini untuk rumah. Karena dengan kapasitor bank ini, induksinya dihilangkan pada peralatan yang kita gunakan. Penggunaan listrik kita lebih efisien, putarannya agak berkurang dan tagihan listrik berkurang 30%," terangnya.

Hebatnya lagi, alat ini tidak melanggar ketentuan oleh PT PLN (persero). Legalitas produk ini sudah sesuai dengan SK Menteri PU No. 23/PRT/78 tentang alat sejenis kapasitor bank. Ia juga merujuk pada instruksi Presiden RI No 10/2005 tentang penghematan energi.

Bambang mengaku hanya mengembangkan ide yang sudah ada. Alat serupa pernah dibuat negara Jerman dengan sistem yang sama dan cara yang sama. Namun harga produk buatan Jerman yang sejenis jauh lebih mahal.

"Jadi fungsinya energi listrik bisa dimaksimalkan. Ide ini sebenarnya kalau dari sisi teknis sudah ada yaitu dari Jerman tetapi mahal harganya. Kita modifikasi dengan pengembangan teknologi yang kita ambil dengan menggunakan komponen lokal 90%, 10% komponen kapasitor kita masih impor. Buatan Jerman sejenis harganya Rp 100 juta/unit, kalau kita ini hanya Rp 300 ribu/unit," tambahnya.

Alat ini sudah dikembangkan sejak tahun 2005. Dalam kurum waktu itu, sudah ada sekitar 500 ribu unit alat yang terjual dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Papua. Bambang kini menjual 3 tipe alat penghemat listrik yaitu untuk daya 450-1300 watt seharga Rp 300 ribu/unit, daya 2.200-4.400 watt seharga Rp 400 ribu/unit dan daya 5.500-8.800 watt seharga Rp 500 ribu/unit.

Produk Bambang sudah diamini oleh PT Telkom Tbk. Bahkan Telkom telah menandatangani kontrak kerjasama dengan Bambang untuk menyediakan alat penghemat listrik di semua kantor cabang Telkom. Bahkan produk ini sudah dilirik oleh negara jiran Malaysia. Namun Bambang sudah lebih dulu mendaftarkan hak mereknya agar tidak dibajak oleh orang tak bertanggung jawab.

"Tujuh unit alat ini sudah dipasang di Telkom Gatot Subroto Jakarta dan akan dipasang di 57 Gedung Telkom nantinya. Estimasi di satu gedung Telkom itu adalah penghematan listrik sebesar 12%. Produk ini belum diekspor, tetapi ada beberapa customer di Malaysia yang tertarik dan sudah dibawa ke sana. Sudah didaftarkan hak merek produknya," jelasnya.


  detik 

Uji Statis Roket 80 mm Hasil LITBANGBUAT DISLITBANGAU

Tim Peneliti Roket 80 mm Dislitbangau yang dipimpin Kasubdis Rudalsen Kol. Tek Adang Heri Raspati melaksanakan Uji Statis terhadap Roket 80 mm hasil penelitian pengembangan dan pembuatan Subdis Rudalsen Dislitbangau. Uji Statis ini dilaksanakan di Pustek Roket Lapan Rumpin Bogor, belum lama ini.

Pengujian berjalan dengan baik, aman dan lancar dengan melibatkan tim dari Pustek Roket Lapan. Kegiatan penelitian pengembangan dan pembuatan Roket 80 mm akan dilanjutkan pada tahap selanjutnya pada TA 2014 yang akan datang.


  TNI AU  

Indonesia Sebenarnya Memiliki Teknologi Sistem Keamanan Tinggi

JAKARTA - Penyadapan yang dilakukan oleh intel Australia terhadap Indonesia semakin melebar pada beberapa pejabat negara hingga presiden Republik Indonesia. Jika negara lain bisa sampai melakukan mata-mata terhadap presiden Republik Indonesia, apakah teknologi sistem keamanan di Indonesia ini masih lemah?

Mengutip ucapan Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, mengatakan Indonesia harus meningkatkan teknologi anti-sadap untuk meminimalisir pengintaian yang dilakukan negara lain terhadap Indonesia. Namun sebenarnya, teknologi sistem keamanan di Indonesia ini tak sebegitu buruk seperti yang dikira kebanyakan orang.

Dikatakan oleh pakar IT dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Budi Rahardjo, Indonesia memiliki potensi untuk menggunakan teknologi dengan sistem keamanan tinggi. Bahkan teknologi tersebut sudah dimiliki dan diproduksi oleh anak negeri sendiri. "Sebenarnya bukan teknologi sistem keamanan di Indonesia ini lemah, tapi hanya pemerintahnya saja yang tak mau menggunakannya," kata Budi kepada Okezone, Selasa (19/11/2013).

Budi melanjutkan, teknologi tersebut sudah dimiliki dan diproduksi oleh Lembaga Sandi Negara. Teknologi sistem keamanan tersebut dibuat oleh bangsa Indonesia sendiri, kendati ada beberapa produk yang didatangkan dari luar negeri.

Namun Budi menambahkan, adanya teknologi sistem keamanan ini bukan berarti produknya tak digunakan oleh perusahaan atau pemerintah. Ada beberapa yang menggunakannya, meski sebagian masih enggan untuk memakainya.(amr)


  Okezone  

Karya Anak Indonesia, Sepatu Antimaling Hingga Gelang Anticulik

 Inovator-inovator muda itu nantinya akan diadu di ajang internasional. 

Nurina Zahra dan Tri Ayu Lestari, siswi SMAN 6 Yogyakarta, pencipta gelang anti penculikanSudah bukan cerita baru kalau penemuan anak bangsa, sering kali malah tidak mendapat tempat di negara asalnya. Padahal, sejumlah karya mereka patut diperhitungkan.

Meski dengan segala keterbatasan, mereka justru mampu berinovasi menciptakan alat cukup hebat dan memiliki banyak manfaat. Di usia belia, para pelajar di Indonesia justru memperlihatkan tajinya dalam "perang" teknologi.

Seperti yang dilakukan Annisa Puteri Raka, siswa SMAN 6 Yogyakarta. Dia memiliki ide membuat Sepatu Anti Maling (Santiling).

"Ide awal pembuatan Santiling ini adalah ketika sandal dan sepatunya sering hilang saat ditinggal di halaman rumah dan masjid. Pada awalnya sih ikhlas-ikhlas saja, tapi lama-lama tekor juga beli sepatu dan sandal terus," kata Annisa kepada VIVAnews di LIPI Jakarta, Jumat 15 November 2013.

Teknologi Santiling yang dibuat Annisa terdiri atas dua macam, Santiling Mini Switch dan Santiling Reed Switch.

Untuk Santiling Mini Switch, cara kerjanya adalah ketika sepatu mengalami tekanan atau diinjak oleh orang lain, maka alarm akan berbunyi. Sementara itu, Reed Switch adalah ketika jarak sepasang sepatu sudah berjauhan, maka alarm akan berbunyi.

Teknologi Santiling, menurut Annisa, bekerja dengan sistem remote control. Ketika tombol Santiling sudah di dalam posisi ON, maka saat jarak sepasang sepatu sudah berjauhan dan mengalami tekanan (diinjak), sensor akan mengirimkan sinyal ke alarm di sepatu dan di remote control.

"Dengan alat Santiling, maka orang-orang tidak perlu khawatir sepatu dan sandalnya hilang saat jauh dari pengawasan," ujar Annisa.

Penyiram Tanaman dengan Ponsel


Karya tak kalah hebat juga ditunjukkan oleh dua orang anak siswa kelas lima di Sekolah Dasar Muhammadiyah Manyar, Gresik, Jawa Timur.

Adalah Fatima Ezzat dan Aurumita yang berhasil menciptakan alat penyiram tanaman dengan ponsel.

Konsep bernama Autopot ini memanfaatkan ponsel bekas untuk menyiram tanaman di mana dan kapan saja. Sistemnya memindahkan energi kimia menjadi energi listrik dan gerak.

Cara kerja dari alat Autopot dengan menyambungkannya dengan ponsel bekas. Lalu, dinamo akan bergerak menyedot dan memancurkan air jika ada sambungan telepon masuk.

"Jadi, prosesnya adalah ketika menelepon ke ponsel bekas, maka getaran dari ponsel bekas itu akan mengubah energi gerak menjadi listrik dan selanjutnya akan memberikan tekanan pada air," ujar Fatima dan Aurumita, kepada VIVAnews.

Aurumita mengaku memiliki hobi menanam. Namun, karena sering bepergian ke luar kota, dia kerap lupa menyiram tanamannya. Dari sini lah ide menyiram tanaman dari jarak jauh bermula.

"Lalu, saya berpikir bagaimana menciptakan alat untuk menyiram tanamannya secara otomatis. Akhirnya, saya menemukan ide menyiram tanaman hanya dengan melakukan panggilan telepon," ujar Aurumita.

Biaya pembuatan alat Autopot ini hanya Rp350 ribu. Komponennya terdiri atas botol bekas, ponsel bekas, kabel, SIM card, sedotan, dinamo, selotip, baterai, komponen listrik, dan penyemprot air dari mobil bekas.

Gelang Anti Penculikan 


Nurina Zahra dan Tri Ayu Lestari, siswi SMAN 6 Yogyakarta, pencipta gelang anti penculikanPenemuan alat berawal dari masih maraknya kasus penculikan terhadap anak-anak di Indonesia. Situasi ini menjadi ide bagi Nurina Zahra dan Tri Ayu Lestari, siswi SMAN 6 Yogyakarta, yang menciptakan Gelang Anti Penculikan (GAP) dengan sensor alarm otomatis.

"Gelang ini dirancang khusus untuk mengontrol anak atau bayi jika berada jauh dari jangkauan orangtuanya. Apabila si anak sudah berada jauh dari orangtuanya, maka alarm yang ada gelang orang tuanya akan berbunyi," kata Nurina saat berbincang dengan VIVAnews.

Mekanisme dari Gelang Anti Penculikan ini adalah gelang yang dipakai oleh anak sudah berisi transmitter yang akan mengirimkan sinyal RX radio ke gelang milik orangtua.

Sinyal yang diterima oleh RX Radio akan masuk ke micro controller, kemudian dikeluarkan oleh alat buzzer berupa bunyi alarm.

Alarm akan berbunyi ketika orangtua dan anak berjarak 3 meter. Tapi, menurut Tri Ayu Lestari, ke depannya akan ditambah jaraknya supaya lebih jauh.

Selain menambahkan jarak, keduanya akan menambahkan fitur GPS untuk melihat lokasi anak ketika sudah berada jauh dari orang tuanya. "Fitur GPS itu akan memudahkan orangtua untuk mengetahui lokasi anak ketika benar-benar diculik," kata Tri.

Keduanya punya harapan besar Gelang Anti Penculikan ini bisa diproduksi secara massal. "Mudah-mudahan alat ini bisa mengurangi kasus hilang atau diculiknya anak oleh orang-orang jahat," ujarnya.

Rompi Canggih "Gadget Vest"

Dari gelang anti penculikan, kini beralih kepada mereka yang sangat tergantung dengan perangkat gadget, termasuk smartphone.

Penggunaan pengisi daya ponsel portabel, atau populer dengan istilah powerbank, semakin marak digunakan oleh para pengguna ponsel pintar.

Tapi, terkadang aktivitas mengisi daya ponsel dengan powerbank cukup mengganggu, pengguna ponsel harus menenteng ponsel dan powerbank secara bersamaan.

Kondisi itu membuat Yosua Imantaka, siswa SMAN 6 Yogyakarta, memutar otak. Dia kemudian memiliki ide membuat sebuah rompi yang membuatnya tidak kerepotan ketika membawa ponsel dan powerbank secara bersamaan.

Selain itu, rompi ini bisa menghindari tubuh dari efek gelombang elektromagnetik dari ponsel.

"Gadget Vest adalah sebuah rompi yang berfungsi untuk membuat pengguna memiliki ruang untuk menaruh ponsel yang sedang dicash powerbank. Selain itu, rompi dapat melindungi penggunanya dari terkena gelombang elektromagnetik dari ponsel," kata Yosua.

Ide awal pembuatan Gadget Vest, dia melanjutkan, terinspirasi oleh baju pramuka perempuan yang memiliki banyak kantong untuk menyimpan barang.

Bahan-bahan untuk membuat Gadget Vest terdiri atas rompi anti air, kain flanel (bahan kain yang lembut dan tidak mudah robek), organite (bahan anti radiasi elektromagnetik ponsel yang terbuat dari risin fiberglass dan kristal quartz), dan daktron (berfungsi untuk mengurangi dampak benturan pada ponsel dan menahan panas dari sinar Matahari).

Biaya total pembuatan Gadget Vest cukup terjangkau, totalnya hanya sekitar Rp335 ribu.

Helm Berlampu Sein

Temuan kali ini cukup penting untuk menekan angka kecelakaan lalulintas. Berawal dari banyaknya penyebab kecelakaan, ketika lampu sein pada sepeda motor sudah tertutup oleh barang-barang dagangan atau pun gerobak.

Untuk mengurangi kecelakaan akibat kondisi kendaraan bermotor yang minim fasilitas lampu sein, maka dua siswa asal SMP Islam Al Azhar 26, Yogyakarta, Naufal Rasendriya Apta dan Archel Valiano menciptakan sebuah helm yang sudah dilengkapi dengan lampu sein.

Cara kerja dari helm yang dilengkapi dengan lampu sein ini juga cukup mudah. Jika pengendara ingin berbelok ke kiri, pengendara cukup menggelengkan kepala ke kiri dan lampu sein bagian kiri menyala. Begitu pun ketika akan berbelok ke kanan.

Sementara itu, untuk mematikan lampu sein, pengendara cukup menganggukkan kepala sebanyak dua kali. Lampu sein akan otomatis langsung mati.

Alat-alat yang dibutuhkan untuk pembuatan helm berlampu sein ini terdiri atas sensor accelero meter, micro controller AT Mega 8, lampu sein (kanan dan kiri), serta baterai.

Hasil buah karya Naufal dan Archel akhirnya keluar sebagai pemenang kedua untuk kategori National Young Inventors Award (NYIA) di Kompetisi Ilmiah LIPI.

Jaring 2.500 Karya Ilmiah


Semua penemuan ini adalah finalis dari kategori National Young Inventor Awards (NYIA) di Kompetisi Ilmiah yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 14-15 November 2013.

LIPI sengaja menggelar Kompetisi Ilmiah untuk merangsang munculnya inovator-inovator muda yang nantinya bakal diadu di tingkat internasional.

Kompetisi ini terdiri atas serangkaian lomba, di antaranya Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-45, Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG) ke-21, Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-12, dan National Young Inventor Award (NYIA) ke-6.

Menurut Kepala LIPI, Lukman Hakim, era globalisasi yang sangat kompetitif ini, anak-anak bangsa harus meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Khususnya untuk menciptakan sumber daya manusia berbasis iptek.

"LIPI merasa pentingnya pendidikan iptek di kalangan remaja. Kompetisi ilmiah ini untuk meningkat kemampuan anak-anak bangsa dalam menciptakan solusi-solusi teknologi di masa depan," kata Lukman.

Pada tahap awal Kompetisi Ilmiah 2013 ini, LIPI menjaring 2.500 karya ilmiah. Tapi, setelah diseleksi berhasil menetapkan 103 finalis karya ilmiah.

Nantinya, ke-103 finalis akan mempresentasikan karya ilmiahnya di depan dewan juri dan ditetapkan pemenangnya dari masing-masing kategori.

"Nanti, karya ilmiah terbaik untuk kategori LKIR dan NYIA akan diberangkatkan ke ajang internasional. Seperti ajang Intel International Science and Engineering Fair pada 2014 dan International Exhibition for Young Inventors 2014," ujar Kepala Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Iptek LIPI, Bogie Soedjatmiko Eko Tjahjono.(art)


  Vivanews  

Badan Helikopter Cougar Pesanan TNI AU Produksi PTDI

EC725 Cougar. (Foto: Eurocopter/Anthony Recci)
INDUSTRI pesawat terbang Indonesia terus berkembang. PT Dirgantara Indonesia, badan usaha milik negara (BUMN) strategis, bekerja sama dengan Eurocopter dalam mengembangkan helikopter EC 725 Cougar.

Setelah tiga tahun pengembangan, fuselage (badan helikopter) Cougar akhirnya rampung. Helikopter tersebut didesain oleh Eurocopter, industri helikopter yang bermarkas di Perancis dan merupakan pemegang hak cipta dari helikopter Cougar.

Awalnya PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merakit helikopter ini atas pemesanan dari TNI Angkatan Udara sebanyak empat unit. Eurocopter kemudian mengirim desain Cougar. Namun, desain yang dikirimkan ternyata belum sempurna.

"Mulanya kami seperti subkontrak, mereka memberikan desain, kami yang mengerjakan. Tapi ini berbeda. Gambar-gambar yang diberikan kepada kami itu belum matang. Belum bisa menjadi komponen dan masih banyak kesalahan. Kami membantu desain tersebut menjadi desain utuh," ujar Sonny Saleh Ibrahim, Kepala Komunikasi PT DI, Rabu (23/10/2013).

Karena turut serta dalam mendesain Cougar, PT DI tentu mendapat keuntungan. "Akhirnya kami investasi juga di dalam, tapi investasi produksi. Tools-nya jadi tools kami. Jadi, nanti suatu hari misalnya negara lain membeli Cougar di Eurocopter, komponennya dibuat di sini, lalu kirim ke Perancis," kata Sonny.

PT DI menjadi mitra strategis Eurocopter. Hal ini sudah berlangsung selama tiga tahun sejak TNI AU melakukan pemesanan pada tahun 2010. PT DI bertugas mengerjakan fuselage dan tail boom (buntut helikopter) sambil mengembangkan desain. Baling-baling dan sisanya dikerjakan oleh Eurocopter.

Setelah menerima desain untuk pembuatan fuselage dan tail boom, karya PTDI ini diserahkan kepada Eurocopter untuk dipasangi mesin dan komponen lainnya. Helikopter belum rampung karena masih harus diserahkan kembali ke PT DI untuk pemasangan komponen elektronik dan lain-lain. Jika rampung, maka helikopter berkapasitas 22 orang ini bisa diserahkan ke TNI AU sebagai pemesan.

Bagaimana dengan pemasangan persenjataan di Cougar ini? "Selama persenjataan yang digunakan adalah produksi PT Pindad, kami yang akan memasangnya. Kalau impor, TNI AU sendiri yang akan pasang karena mereka yang tahu," ujar Sonny.

Tak hanya dengan Eurocopter, kerja sama serupa juga dilakukan oleh PT DI dengan perusahaan Airbus. PT DI menjadi penyuplai global. "Global supplier itu, kami membuat komponen untuk Airbus atau Eurocopter, lalu pesawatnya dipakai di seluruh dunia," kata Sonny.

Karya dari jerih payah anak bangsa Indonesia akhirnya bisa berkibar juga di dunia internasional meski sebagian bahan baku masih harus diimpor. Sejak 1976, pembuatan helikopter di PT DI selalu atas lisensi penuh dari luar negeri. Pembuatan Cougar ini menjadi yang pertama bagi PT DI dalam berposisi sebagai mitra strategis industri luar negeri.

Pembuatan helikopter di PT DI dimulai dengan jenis NBO 105 pada 1976, dilanjutkan dengan Puma NSA 330 dan Super Puma NAS 332 di tahun 1982. Dua tahun kemudian, pada 1984, PT DI memproduksi lagi Nbell 412.

EC 725 Cougar sendiri dikerjakan sejak 2010, diikuti pengerjaan Bell 412-EP pada 2011. Helikopter Cougar sendiri merupakan evolusi dari Super Puma NAS 332. Hingga saat ini, Super Puma NAS 332 sudah diproduksi sebanyak 20 unit. Sebagian besar produksi digunakan oleh TNI AU. (*)

  Tribun  

Turbin Uap Karya Pertama Anak Bangsa Dipesan Untuk Proyek PT Sawit Putra Riau

http://images.detik.com/content/2013/10/26/1034/142135_turbinpln.jpgBandung - Perusahaan produsen turbin PT Taka Turbotechnology Indonesia telah mampu menghasilkan produk turbin uap (steam turbine) pertama di Indonesia. Satu unit steam turbine diproduksi untuk memenuhi pesanan PT Zug Industry Indonesia.

Turbin uap pesanan PT Zug Industry Indonesia tersebut berkapasitas 4 MW yang akan dipasang di proyek PT Sawit Putra Riau, dan diselesaikan dalam waktu kurang lebih 1 tahun.

"Kami kerjakan 18 hari lebih awal dari waktu yang dijanjikan yaitu 1 tahun," kata Chairman Taka Group Denny Andri saat ditemui di sela acara Peluncuran Turb in Uap Pertama PT Taka Turbotechnology Group di PT Taka, Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Sabtu (26/10/2013).

PT Taka Turbotechnology Indonesia menargetkan dalam 5 tahun ke depan bisa membuat 20 unit turbin uap dengan kapasitas sampai 35 MW dalam 1 tahun, dengan tingkat komponen dalam negeri sebesar 50%. Sedangkan saat ini, dia baru bisa memproduksi 1 unit turbin uap berkapasitas 15 MW dengan tingkat komponen dalam negeri sebesar 30%, karena bahan baku utama yaitu baja masih diimpor.

"Kami harapkan ke depannya ada industri baja yang memenuhi bahan baku kita. Kalau ada, TKDN kita bisa 100%," tambahnya.

Dalam memproduksi turbin uap, PT Taka Turbotechnology bekerja sama dengan perusahaan China yaitu Xi'an Shaan Gu Steam Turbine. Kedua perusahaan tersebut melakukan joint venture atau kerjasama dengan nilai investasi sebesar US$ 1 juta selama 5 tahun dengan komposisi 30% untuk Xi'ann Shaan Gu dan 70% dari Taka Indonesia.

"Investasi ini difokuskan pada penambahan permesinan seperti high speed balancing, pengembangan SDM, transfer technology dan research and development, dan lainnya," papar Denny.

Sampai hari ini kami membuar 1 steam turbin 4 MW dengan tkdn 30%. Tahun 2014-2017 kami masuk size yang lebih besar hingga 25 mw tkdn 40%. 2018. Tkdn lebih dari 50% dan ukuran lebih dari 35 MW.

Selain Indonesia, ke depannya PT Taka Turbotechnology pun akan membidik pasar internasional. Turbin uap bisa dipakai untuk proyek perkebunan, pertanian, pembangkit listrik, dan kebutuhan industri lainnya.(zul/ang)


  detik  

Bodi Helikopter Cougar Asli Buatan Indonesia

BANDUNG — Industri pesawat terbang Indonesia terus berkembang. PT Dirgantara Indonesia, badan usaha milik negara (BUMN) strategis, bekerja sama dengan Eurocopter dalam mengembangkan helikopter EC 725 Cougar.

Setelah tiga tahun pengembangan, fuselage (badan helikopter) Cougar akhirnya rampung. Helikopter tersebut didesain oleh Eurocopter, industri helikopter yang bermarkas di Perancis dan merupakan pemegang hak cipta dari helikopter Cougar.

Awalnya PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merakit helikopter ini atas pemesanan dari TNI Angkatan Udara sebanyak empat unit. Eurocopter kemudian mengirim desain Cougar. Namun, desain yang dikirimkan ternyata belum sempurna.

"Mulanya kami seperti subkontrak, mereka memberikan desain, kami yang mengerjakan. Tapi ini berbeda. Gambar-gambar yang diberikan kepada kami itu belum matang. Belum bisa menjadi komponen dan masih banyak kesalahan. Kami membantu desain tersebut menjadi desain utuh," ujar Sonny Saleh Ibrahim, Kepala Komunikasi PT DI, Rabu (23/10/2013).

Karena turut serta dalam mendesain Cougar, PT DI tentu mendapat keuntungan. "Akhirnya kami investasi juga di dalam, tapi investasi produksi. Tools-nya jadi tools kami. Jadi, nanti suatu hari misalnya negara lain membeli Cougar di Eurocopter, komponennya dibuat di sini, lalu kirim ke Perancis," kata Sonny.

PT DI menjadi mitra strategis Eurocopter. Hal ini sudah berlangsung selama tiga tahun sejak TNI AU melakukan pemesanan pada tahun 2010. PT DI bertugas mengerjakan fuselage dan tail boom (buntut helikopter) sambil mengembangkan desain. Baling-baling dan sisanya dikerjakan oleh Eurocopter.

Setelah menerima desain untuk pembuatan fuselage dan tail boom, karya PTDI ini diserahkan kepada Eurocopter untuk dipasangi mesin dan komponen lainnya. Helikopter belum rampung karena masih harus diserahkan kembali ke PT DI untuk pemasangan komponen elektronik dan lain-lain. Jika rampung, maka helikopter berkapasitas 22 orang ini bisa diserahkan ke TNI AU sebagai pemesan.

Bagaimana dengan pemasangan persenjataan di Cougar ini? "Selama persenjataan yang digunakan adalah produksi PT Pindad, kami yang akan memasangnya. Kalau impor, TNI AU sendiri yang akan pasang karena mereka yang tahu," ujar Sonny.

Tak hanya dengan Eurocopter, kerja sama serupa juga dilakukan oleh PT DI dengan perusahaan Airbus. PT DI menjadi penyuplai global. "Global supplier itu, kami membuat komponen untuk Airbus atau Eurocopter, lalu pesawatnya dipakai di seluruh dunia," kata Sonny.

Karya dari jerih payah anak bangsa Indonesia akhirnya bisa berkibar juga di dunia internasional meski sebagian bahan baku masih harus diimpor. Sejak 1976, pembuatan helikopter di PT DI selalu atas lisensi penuh dari luar negeri. Pembuatan Cougar ini menjadi yang pertama bagi PT DI dalam berposisi sebagai mitra strategis industri luar negeri.

Pembuatan helikopter di PT DI dimulai dengan jenis NBO 105 pada 1976, dilanjutkan dengan Puma NSA 330 dan Super Puma NAS 332 di tahun 1982. Dua tahun kemudian, pada 1984, PT DI memproduksi lagi Nbell 412.

EC 725 Cougar sendiri dikerjakan sejak 2010, diikuti pengerjaan Bell 412-EP pada 2011. Helikopter Cougar sendiri merupakan evolusi dari Super Puma NAS 332. Hingga saat ini, Super Puma NAS 332 sudah diproduksi sebanyak 20 unit. Sebagian besar produksi digunakan oleh TNI AU.(Rhea Febriani Tritami)


  Kompas  

Test Drive Panser Anoa VVIP, Panser Kepresidenan Produksi PT Pindad

 Dibalut Baja Tebal Sekuat Tank, Ber-AC dan Kulkas Senyaman Sedan

Sebagai orang nomor satu, presiden harus mendapat fasilitas nomor satu. Karena itulah, disediakan fasilitas mobil khusus presiden, pesawat kepresidenan, dan yang baru selesai dibuat: panser kepresidenan. Pekan lalu Jawa Pos mendapat kesempatan merasakan ketangguhan dan kenyamanannya. 

Sebagai salah satu negara di dunia yang aman, tenteram, dan jarang mengerahkan persenjataan militer untuk konfrontasi, Indonesia patut berbangga memiliki PT Pindad. Perusahaan negara itu tak henti-hentinya melakukan inovasi untuk memenuhi amanat menyiapkan alat utama sistem persenjataan (alutista) terbaik dan termodern buat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri.

Kebanggan itulah yang dirasakan Jawa Pos saat menyusuri kantor pusat sekaligus tempat produksi Pindad di Bandung pekan lalu. Baru memasuki pintu gerbang, pandangan langsung menjumpai gudang yang berisi kendaraan-kendaraan superbesar. Mulai truk pengangkut TNI yang sering dijumpai di jalanan hingga kendaraan militer seperti panser dengan bodi baja yang tebal.

Namun, di antara puluhan kendaraan di gedung-gedung ukuran besar tersebut, Jawa Pos diarahkan salah seorang staf Pindad untuk mengunjungi beberapa panser yang terlihat mendapat perlakuan istimewa. Sebetulnya, saat Jawa Pos pertama melihat, tidak ada satu pun hal yang membuat panser itu layak dinilai istimewa bila dibandingkan dengan panser yang lain.

Namun, ketika kesempatan menengok bagian dalam diberikan, kesan yang muncul justru sebaliknya. Sewaktu dibuka, panser tersebut dilengkapi kursi busa nan nyaman. Seperti di kokpit pesawat kelas eksekutif. Di depannya, layar besar tampak mewah terpajang. Dilihat dari modelnya, layar itu lebih seperti televisi mahal untuk hiburan daripada layar pemantau yang biasanya ada di kendaraan militer. Bahkan, di dalam panser tersebut ada kulkas kecil. Selintas mirip dengan fasilitas di limosin mewah.

PT Pindad memang sengaja memasang fitur yang berbeda untuk panser yang satu ini. Semua perangkat yang disematkan di interior panser spesial itu serbanyaman. Maklum saja, calon pengguna panser tersebut bukan sembarang orang. Dialah panglima seluruh angkatan bersenjata TNI-Polri: pesiden Republik Indonesia.

Ya, panser itu bakal menjadi salah satu moda transportasi RI-1 selain mobil dinas. Tentu saja panser tersebut digunakan ketika keadaan darurat, saat nyawa pucuk pimpinan pemerintahan terancam. Panser yang dinamai Anoa VVIP tersebut diciptakan sebagai kendaraan militer pertama yang dirancang khusus untuk pejabat negara.

Manajer Pemasaran PT Pindad Sena Maulana menjelaskan, PT Pindad telah merampungkan empat unit"panser"Anoa yang dipesan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Perinciannya, tiga unit Anoa VVIP dan satu unit mobil"panser"untuk kendaraan pengawal. "Kami mendapat pesanan sekitar empat bulan lalu. Sebelumnya Paspampres punya"panser. Tapi, kali ini pemesanannya khusus untuk presiden," ujarnya kepada Jawa Pos.

Untuk proyek dari istana tersebut, Sena mengakui, pihak perusahaan memberikan prioritas tertinggi. Karena itu, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama. "Sebenarnya Anoa tersebut diciptakan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Jadi, kalau kita beli dari luar negeri, kan seadanya yang dijual itu yang didapatkan. Karena ini adalah industri pertahanan nasional, kita harus memenuhi kebutuhan pemerintah," ujarnya.

Lalu, apa sebenarnya yang membedakan Anoa VVIP dengan Anoa tipe lainnya?

Sena menjelaskan, secara spesifikasi, tidak ada yang berbeda. Dengan lapisan baja setebal 10 mm, bodi kendaraan itu bisa menahan peluru berkaliber 7,62 mm. Bahkan, lapisan bisa di-upgrade untuk menahan peluru berkaliber 12,7 mm. "Ini nanti untuk perlindungan presiden dan keluarga presiden serta anggota kabinet. Pokoknya, siapa pun yang digolongkan VVIP oleh Paspampres," tambahnya.

Yang berbeda adalah interior yang khusus diperuntukkan kenyamanan presiden dan keluarga. Kendaraan tersebut dibagi menjadi dua bagian. Yakni, operasional di bagian depan. Bagian tersebut diperuntukkan pengendara dan komandan kendaraan. Lalu, di belakangnya barulah ruang yang diisi dua kursi untuk presiden dan istri serta dua kursi untuk pengawal.

"Kursi tersebut sangat aman terhadap ranjau sekaligus nyaman untuk presiden. Selain itu, ada fasilitas audio visual. Juga, kulkas untuk kebutuhan seperti minuman dingin. Kami juga memasang tangga hidrolis sehingga presiden bisa masuk dan keluar dengan mudah," ungkapnya. Dengan demikian, presiden tinggal duduk, pengemudi tekan tombol, kursi akan bergerak ke posisi yang paling nyaman di dalam panser.

Bukan hanya kenyamanan, Pindad sangat memperhatikan fitur keamanan. Misalnya, kamera yang diinstal pada depan dan belakang kendaraan. Kamera tersebut bisa melihat 360 derajat pemandangan di sekitar mobil baja. Pemandangan tersebut bisa dilihat melalui layar di dalam ruang VVIP. "Kamera ini juga dilengkapi thermal imaging"(teknologi mengambil objek gambar berdasar suhu). Karena itu, mereka bisa tetap melihat keadaan sekitar saat lampu tak berfungsi dan keadaan gelap total," ungkapnya.

Ketika ditanya kemungkinan produksi Anoa VVIP lagi "untuk kebutuhan ekspor, misalnya" Sena menyatakan, pihaknya" belum memikirkan hal tersebut. Sebab, Anoa VVIP adalah produk khusus yang dipesan Paspampres. "Misalnya untuk negara lain. Bisa saja. Tapi, setiap negara kan punya prosedur pengamanan VVIP yang berbeda-beda. Kalau untuk swasta, kami belum bisa," ungkapnya.

Bagaimana dengan biaya produksi?

Soal dana, Sena mengatakan bahwa fitur yang ditambahkan tidak secara signifikan menambah harga Anoa. Dia menyebutkan, harga satu unit Anoa bisa mencapai sekitar Rp 8 miliar. Sampai saat ini produk tersebut telah dirancang tujuh varian. Di antaranya, varian ambulans,"angkut personel (APC),"komando,"logistik BBM, logistik munisi,"dan mortar carrier. "Ya tidak berubah signifikan, kan yang diubah hanya interiornya. Pakemnya tetap sama. Produk ini kan"dianggarkan dalam anggaran Paspampres yang dipesan melalui Mabes TNI. Jadi, tidak langsung dibayar," ungkapnya.(*/c10/kim)


  JPNN  

BandrOS, Mobile Platform Bikinan Lokal

BandrOS, Mobile Platform Bikinan LokalJakarta - Perkenalkan: BandrOS. Di Bandung, tempat asalnya, nama itu lebih dikenal sebagai jajanan yang terbuat dari kelapa. Akan tetapi, BandrOS yang satu ini tak bisa dimakan dan bukan terbuat dari kelapa. Ini adalah sistem operasi seperti Android, iOS, dan Windows Phone.

Ya, BandrOS yang ini singkatan dari Bandung Raya Operating System. Pembuatnya adalah Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bandung. Ini merupakan sistem operasi mobile pertama berbasis Linux, 100 persen bikinan anak negeri.

Tim pembuatnya diketuai oleh Ana Heryana dengan anggota Sahrul Arif, Wawan Wardiana, Ferdian Yunazar, dan Arif Lukman. Mereka juga pernah membuat sistem operasi untuk komputer pribadi (PC) sekitar tiga tahun lalu. Namanya Indonesia Go Open Source Nusantara.

“Sistem operasi ini merupakan pengembangan untuk menjawab tantangan yang diajukan Kementerian Riset dan Teknologi kepada kami,” kata Ana di kantornya di Bandung kepada Tempo, Rabu lalu.

Menurut Ana, BandrOS dibuat untuk membuktikan bahwa para peneliti Indonesia sanggup membuat sistem operasi untuk telepon seluler cerdas. Lantaran pembuatan sistem operasi terbilang sulit, yang mampu membuatnya di sini masih langka.

Tempo sempat mencari pembuat lainnya ke beberapa pemain teknologi informasi di Bandung serta kampus, seperti ITB dan Universitas Telkom. Hasilnya nihil. “Di Bandung, kebanyakan orang mengembangkan aplikasi untuk ponsel atau game,” kata dia.

Akibatnya, kata Ana, mereka sering kesulitan mendapatkan teman diskusi selama pembuatan sistem operasi ini. Masalah bertambah ketika dana riset dari pengajuan awal sebesar Rp 250 juta dipangkas dan hanya dicairkan Rp 50 juta tahun ini.

Menyadari adanya berbagai hambatan, tim akhirnya membatasi pemakaian untuk kalangan terbatas dan tujuan khusus.

Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ashwin Sasongko, menyambut baik kelahiran BandrOS. “Walaupun berat, ini harus bisa diciptakan dan kita buktikan kalau kita sanggup,” kata Ashwin saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Ashwin berharap LIPI bisa mencari mitra bisnis. “Ini akan mendorong orang Indonesia untuk memakai produk buatan sendiri,” ujar Ashwin. Jika sistem operasi in bisa digunakan dalam industri digital lokal, publik akan lebih mengenalnya. “Akan lebih mudah untuk dipromosikan.”

BandrOS adalah satu contoh dari beragam sistem operasi yang dibuat untuk melawan dominasi Android, iOS, dan Windows Phone. Sistem operasi “alternatif” yang sudah dikenal selama ini antara lain FireFox, Bada, Baidu Yi, Tizen, dan Ubuntu.

BandrOS, Sistem Baru untuk Ponsel Baru
 

Di Indonesia, pengguna telepon seluler cerdas sudah sangat akrab dengan sistem operasi Android, iOS, Windows Phone, dan BlackBerry. Jumlah penggunanya terus bertambah.

Hal ini didorong oleh harga ponsel cerdas yang kian terjangkau. Pemakainya tak terbatas di kalangan menengah ke atas. Sebab, kini banyak ponsel cerdas dijual dengan harga di bawah Rp 1 juta.

Kondisi ini juga terjadi di negara lain. Menurut lembaga riset IDC, hingga akhir tahun ini, angka penjualan ponsel cerdas sekitar 1 miliar unit atau mengalami kenaikan 40 persen.

Tentu ini menjadi lahan bisnis menggiurkan. Hanya, tak semua vendor ponsel memiliki sistem operasi sendiri untuk menjalankan produk mereka, kecuali Apple dan BlackBerry.

Nah, peluang membuat sistem operasi baru untuk ponsel baru inilah yang kini berusaha digarap oleh beberapa pengembang. Maka lahirlah Firefox, Bada, Baidu Yi, Tizen, dan Sailfish.

Di Tanah Air, ada sistem operasi bernama BandrOS, buatan LIPI, namun belum berorientasi komersial.

: BandrOS

Fitur maupun tampilannya mirip Android. Menurut Ana Heryana, ketua tim pembuat BandrOS, hal itu disengaja lantaran pada ponsel yang menjadi “kelinci percobaan” sebelumnya terpasang sistem operasi Android.

“Android pada ponsel ini kami lepas. Tapi sebagian ada yang masih melekat,” kata Ana. Meski begitu, BandrOS tetap berdiri sendiri dan ponsel pun berfungsi normal, seperti untuk berkirim pesan pendek, menerima panggilan telepon, koneksi Wi-Fi, multimedia, dan mengambil foto.

Tempo sempat menjajal berselancar Internet dengan koneksi Wi-Fi ke dua situs berita online. Saat mencoba masuk ke Facebook, dalam tiga kali percobaan, semuanya gagal. Sedangkan saat menerima panggilan telepon, sambungan terbilang cukup cepat dan koneksi berjalan mulus.

BandrOS sementara ini baru bisa dipasang pada satu jenis ponsel. Agar bisa terpasang pada ponsel lain, sistemnya harus dimodifikasi. Sayangnya, keamanan sistem belum terjamin dan teknologi antisadap belum ada. “Belum kami pasang,” kata Ana.

BandrOS Ternyata Kelanjutan dari IGOS 

BandrOS Ternyata Kelanjutan dari IGOSBerangkat dari proyek Indonesia Go Open Source (IGOS), yaitu gerakan untuk menggunakan peranti lunak dari sumber terbuka atau gratis, tim peneliti dari Pusat Penelitian Informatika LIPI mengembangkan sistem operasi BandrOS.

Ini adalah sistem operasi mobile pertama buatan Indonesia dan kompatibel dengan ponsel. Kepada Satwika Movementi dan Anwar Siswadi dari Tempo, Ana Heryana membeberkan pengalamannya dalam membuat sistem operasi lokal tersebut. Berikut ini petikannya.

Apa yang melatarbelakangi pembuatan BandrOS?
Penelitian kami pada bidang sistem operasi dilaksanakan pada 2006 dengan mengembangkan sistem operasi IGOS Nusantara untuk laptop dan desktop. IGOS Nusantara masih terus dilanjutkan pengembangannya.

Pada 2010, pengembangan sistem operasi diarahkan untuk perangkat tertanam (embedded device), semisal perangkat komunikasi khusus untuk penanganan bencana. Sistem operasi IGOS Nusantara bersifat general purpose operating system, yang dapat dipasangkan pada berbagai varian spesifikasi perangkat keras komputer berbeda.

Sedangkan BandrOS bersifat special purpose operating system. Artinya, hanya dikembangkan untuk perangkat keras tertentu. Jika peranti kerasnya berbeda, BandrOS harus disesuaikan dengan spesifikasi yang berbeda tersebut.

BandrOS sistem operasi pertama buatan Indonesia?
Setidaknya ini langkah pertama untuk menunjukkan bahwa kita mampu mengembangkan sistem operasi untuk berbagai perangkat embedded, salah satunya untuk ponsel cerdas. Mungkin di beberapa universitas telah ada kegiatan pengembangan sistem operasi untuk perangkat ponsel cerdas, dan momentumnya bersamaan dengan kegiatan kami.

Seperti apa proses pembuatannya?
Kami memulainya dengan analisis kebutuhan dari aspek sosial, ekonomi, dan kelayakan teknologi. Lalu kami mendesain sistem yang akan dikembangkan, yaitu back engine dan user interface. Kemudian menentukan spesifikasi telepon cerdas yang akan digunakan, memberi kode, kustomisasi, kompilasi, dan pemaketan perangkat lunak sistem operasi. Lalu ada pengujian sistem operasi BandrOS pada perangkat telepon cerdas serta evaluasi.

Berapa orang yang terlibat dalam pembuatannya?
Anggota tim pengembang terdiri atas beberapa peneliti, yaitu saya, Sahrul Arif, Wawan Wardiana, Ferdian Yunazar, dan Arif Lukman.

Apa saja alat yang dibutuhkan?
Ada beberapa komputer dengan spesifikasi bermacam-macam. Untuk melakukan kompilasi dan pembuatan paket image, sistem operasi BandrOS menggunakan dua komputer dengan spesifikasi prosesor Intel i7, RAM 16 gigabita, VGA card 4 gigabita, dan hard disk 2 terabita.

Untuk user interface, kami menggunakan laptop dengan spesifikasi prosesor Intel i5, RAM 4 gigabita, VGA card 1 gigabita, dan hard-drive 500 gigabita. Proses memberi kode, kustomisasi, kompilasi, dan pemaketan image sistem operasi menggunakan sistem operasi Linux. Berikutnya, pengembangan user interface menggunakan sistem operasi Linux dan Microsoft Windows.

Apa keunggulan BandrOS dibanding sistem operasi lain?
Secara default, BandrOS memiliki fitur utama yang sama dengan sistem operasi ponsel lain. Namun, karena dikembangkan sendiri, kita mudah melakukan kustomisasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. (*)

Menanti BandrOS Terpasang pada Ponsel Lokal 

Menanti BandrOS Terpasang pada Ponsel LokalKepala Bidang Komputer Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Agus Subekti, mengatakan diperlukan kepemimpinan yang konsisten agar BandrOS--sistem operasi bikinan LIPI--bisa sejajar dengan sistem operasi yang ada. Setidaknya, BandrOS bisa digunakan untuk ponsel lokal.

“Biasanya tim sudah bagus, tapi giliran di atas malah berhenti karena kurangnya leadership," kata dia. Agus mengimbuhkan, salah satu cara sosialisasinya adalah sebagian besar pejabat eselon I di LIPI dibekali ponsel yang menggunakan sistem operasi BandrOS.

Menurut dia, cara ini diperlukan untuk mengenalkan produk lokal kepada masyarakat tanpa pemaksaan. Jika produk itu memang dinilai bagus, akan muncul permintaan lebih banyak untuk memakainya. “Biarkan berjalan secara alamiah. Coba di LIPI dulu.”

Dia menyebutkan, ada rencana untuk mematenkan BandrOS agar tidak menjadi sebatas karya ilmiah. Namun dia belum bisa memastikan kapan hal itu akan dilakukan. “Tentu arahnya ke situ. Apalagi basisnya open-source, harus bisa dipakai oleh masyarakat.”

Namun dia menjelaskan bahwa LIPI tidak memiliki target untuk memproduksi ponsel sendiri karena memang bukan tugasnya. Karya hasil penelitian lembaga ini akan lebih baik bila digunakan pihak ketiga lewat mekanisme kerja sama.

Saat ini sudah ada pembicaraan dengan sebuah perusahaan teknologi informasi lokal. Namun, Agus enggan menyebutkan nama perusahaan tersebut. “Bisa dibilang ada permintaan agar sistem operasi ini bisa dikembangkan untuk ponsel.”

Rencana jangka pendek tim ini adalah menambahkan fitur dan aplikasi ponsel serta merancang BandrOS untuk bisa berjalan pada tablet. Dia menargetkan pengembangan sistem operasi untuk tablet sudah bisa dirampungkan pada tahun depan.

Agus mengatakan ada kemungkinan jumlah sumber daya manusia tim pengembangan ini bisa bertambah, khususnya tenaga ahli peranti lunak, baik untuk sistem operasi maupun aplikasinya. Sedangkan dana yang sudah dihabiskan selama tiga tahun penelitian yaitu sekitar Rp 250 juta.

  Tempo  

Atasi Bahaya Kebakaran, PU Ciptakan Empat Teknologi Inovatif

kebakaranJAKARTA – Guna mengatasi berbagai persoalan menyangkut bahaya kebakaran di gedung bertingkat yang sering terjadi di kota besar seperti Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum (Puslitbangkim PU) menciptakan empat teknologi inovatif.

“Kami menciptakan semua ini mengingat semakin pesatnya perkembangan gedung bertingkat yang memerlukan sarana pengaman yang memadai,” kata Prof. Dr.Ir.Anita Firmantri Eko Susetyowati, MT Kapuslitbangkim PU, kemarin.

Ada empat sarana yang diciptakannya untuk mengatasi permasalahan kebakaran tersebut. Pertama, tangga darurat bangunan bertingkat.

“Tangga ini hanya dapat dibuka dari atas bila diperlukan sehingga penghuni di ruang atas dapat turun bila terjadi kebakaran. Namun, tidak dapat dinaikki oleh orang yang tidak dikendaki,” ujarnya.

Yang kedua, selimut api yaitu suatu kain diberi bahan pencegah api yang dapat ditutupkan bila ada kompor yang nyala akan mati apinya. Bila terjadi kebakaran penghuni juga bisa menutup dirinya dengan selimut ini.“Ini merupakan penanganan awal pada saat kejadian kebakaran,” kata Anita.

Yang ketiga, alat pemadam kebakaran atau springkleer. Dan yang keempat, teralis besi yang aman kebakaran dan sudah diuji coba beberapa kali. Alat ini dapat dibuka dari dalam, dan tak dapat dibuka dari luar” ujarnya.

Sayangnya Anita mengatakan, pihaknya belum memproduksi selimut api secara massal. “Namun, kalau permintaan banyak kami bisa undang investor untuk memproduksi selimut api. Sedangkan khusus untuk teralis besi, kami siap membantu tenaga teknisi untuk memasangnya.

“Ini teknologi yang tidak rumit. Harganya Rp300 ribu per teralis, termasuk alat sensor. Tak terlalu mahal harga teralis besi untuk atasi kebakaran,” tegasnya. (faisal/yo)


  Poskota