Tampilkan postingan dengan label Metro. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Metro. Tampilkan semua postingan

6 Kemegahan Pertamina Energy Tower Versi Arsitektur Kelas Dunia

6 Kemegahan Pertamina Energy Tower Versi Arsitektur Kelas Dunia
(som.com)
Jakarta Konsultan properti spesialis pembangunan gedung tertinggi dunia, Skidmore, Owing & Merril LLP (SOM) akhirnya angkat bicara soal proyek Pertamina Energy Tower. Gedung yang digadang menjadi salah satu menara tertinggi di dunia ini dijanjikan bakal menyuguhkan sejumlah kemegahan dan teknologi tercanggih dan paling ramah lingkungan.

Dikutip dari situsnya, Rabu (18/12/2013), Pertamina Energy Tower akan memancang tegak setinggi 500 meter di kawasan Ibukota. Ketinggiannya tersebut bakal menjadikan gedung ini sebagai ikon baru di langit Jakarta.

SOM mengungkapkan, Pertamina Energy Tower akan menjadi gedung pencakar langit pertama di dunia dengan desain pembangunan yang dirancang khusus untuk memanfaatkan energi.

"Strategi berkelanjutan yang menjadi kunci rancangannya tampil dalam desain yang sederhanan namun mengambarkan arsitektur yang canggih," ungkap laporan SOM.

Berikut adalah kecanggihan dan kemegahan Pertamina Energi Tower yang dibeberkan SOM yang juga perancang menara tertinggi Burj Khalifa Dubai:

1. Dengan arsitektur lembut di bagian atas, menara terbuka di bagian tersebut dan menjadikannya serupa dengan salurang atau corong angin. Rancangan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan angin dan meningkatkan kecepatannya di lantai atas untuk menghasilkan energi. Tepatnya, berkolasi di tengah kota Jakarta, menara tersebut mendapat pancaran sinar matahari yang luar biasa sepanjang tahun.

2. Cahaya matahari dari luar akan secara dramatis meningkatkan lingkungan tempat kerja dan menghemat energi dengan mengurangi kebutuhan cahaya lampu di dalam kantor

3. Secara keseluruhan, pengembangannya akan mengurangi kebutuhan air dan meminimalisir limbah sekaligus mengurangi emisi karbondioksida sebesar 26% pada 2020. Selain itu, kondisi tersebut dapat mengasilkan sumber daya terbarukan di tahun yang sama.

4. Berlokasi di kawasan Epicentrum Rasuna Jakarta, bangunan tersebut akan menjadi kota di dalam kota. Di dalamnya terdapat tempat tinggal, bekerja dan bermain sebagai model rancangan tempat kerja yang kolaboratif, efisien dan berkelanjutan.

5. Menara tersebut juga dilengkapi dengan auditorium berkapasitas 2.000 perserta untuk pembinaan dan penampilan khusus. Bangunan tersebut menyediakan mesjid untuk masyarakat umum yang menawarkan ruang publik dinamis serta sejumlah kawasan pertemuan.

Sementara pabrik pengolahan energi akan menjadi pusat produksinya untuk menara tersebut dan berperan sebagai lokasi distribusi energi dan jasa.

6. Energy Ribbon (pita energi), jalan tertutup yang menyediakan akses masuk cahaya matahari serta berperan sebagai pelindung hujan akan menjadi sumber energi melalui sistem Fotovoltaik (PV). Sistem tersebut merupakan aplikasi panel surya untuk menghasilkan energi dengan memanfaatkan sinar matahari.(Sis/Shd)


  Liputan 6  

Ibu Kota Negara, antara Jakarta – Karawang

Jakarta Sea wall Development (photo: Waterfronts NL)
Jakarta Sea wall Development (photo: Waterfronts NL)

Jakarta Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo memperkirakan, nilai investasi reklamasi pantai di pesisir utara Jakarta dan pembangunan tanggul raksasa atau Giant Sea Wall akan menelan biaya sebesar Rp 300 triliun. Meski begitu, ia mengklaim sudah ada puluhan investor yang bersedia menggarap proyek tersebut. “Investor berduyun-duyun antre mengajukan pembangunannya. Nilai investasinya belum dihitung, tapi diperkirakan di atas Rp 300 triliun,” ujar Jokowi, saat rapat dengan pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (12/12).



Pemerintah Provinsi Jakarta menargetkan proyek pembangunan ini akan rampung dalam 10 tahun. Diakui Jokowi, banyaknya investor yang antre karena yakin akan memperoleh keuntungan yang besar dari proyek ini. “Coba nguruk pantai atau laut itu hanya berapa? Paling habis Rp 4-6 juta per meter. Tanya saja dijual berapa sama mereka. Kenapa mereka antre, karena mereka tahu untungnya,” kata Jokowi. Dikatakan para investor yang tertarik proyek ini nantinya tetap akan diseleksi. Jokowi ingin memastikan bahwa investor memiliki dana yang cukup. “Banyak yang sudah antre. Saya mau liat betul duitnya, kalau betul punya duit, 10 tahun rampung lah,” ucapnya.



Ditambahkan Jokowi, saat ini kota-kota di negara lain juga telah memiliki kota baru seperti yang akan dibangun di utara Jakarta ini nantinya. Namun, Jakarta bukan mencontek, melainkan belajar dan akan lebih baik dari yang sudah ada. “Kita bukan tiru-tiru, tapi belajar. Dan yang kita punya lebih baik dari mereka,” kata Jokowi.

Selain itu, dari 5.100 hektar lahan baru yang akan dibuat hanya 45 persen saja yang boleh dijual. Semantara 55 persen diantaranya harus digunakan untuk infrastruktur, Ruang Terbuka Hijau (RTH), waduk air baik, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos fasum). “Kita tidak keluar uang, tapi kita dapat 250 hektar atau lima persen dari lahan baru,” tandas Jokowi.



Melihat ucapan Jokowi tersebut, tampaknya tidak ada harapan Ibukota Negara dipindahkan dari Jakarta. Apalagi pemerintah juga akan membangun sistem pertahanan bawah tanah modern di sekitar Monas. Tidak itu saja, Pemerintah Jakarta dan TNI juga menyiapkan lahan seluas 200 hektar di kawasan Marunda yang bisa digunakan untuk peluncuran amphibi. “Di Marunda itu luasnya lebih dari 200 hektar, sebagian wilayah pantainya itu juga nanti bisa digunakan untuk meluncurnya amphibi ke laut. Memang, hal-hal tersebut harusnya sudah kita rancang,” kata Jokowi.


Ide New-Banjir Kanal Pengganti Giant Sea Wall (image: Dendy HS)

The Rising of Karawang

Namun kabar terbaru muncul dari hasil pembicaraan Presiden SBY dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, di Tokyo pada Jumat 13 Desember 2013, di sela sela KTT ASEAN- Jepang. Indonesia dan Jepang sepakat untuk meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan, investasi, dan infrastruktur. “Kerjasama kedua negara akan berlanjut dalam bentuk pembangunan Pelabuhan Cimalaya dan MRT,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa yang ikut dalam rombongan SBY ke Jepang.


Pertemuan Presiden SBY dan PM Jepang Shinzo Abe beserta delegasi di Tokyo. (REUTERS/Kimimasa Mayama/Pool)

Pelabuhan Cimalaya akan berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar sempat mengatakan, Pelabuhan Cimalaya sudah mendesak dibangun karena laju industri di Jawa Barat begitu cepat dari tahun ke tahun. Pelabuhan bertaraf internasional itu nantinya bisa menopang fungsi Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Catat, menopang Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.

Niat Jepang mendanai pembangunan Pelabuhan Cimalaya amat wajar. Berdasarkan survei pada sejumlah perusahaan di Negeri Sakura itu, terlihat bahwa Indonesia merupakan tujuan investasi utama para pengusaha Jepang. “Indonesia pada tahun 2015 sangat berpeluang menjadi basis produksi, ketika masyarakat ekonomi ASEAN sudah dimulai. Ini sesuatu yang amat strategis,” kata Hatta.

Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan, perdagangan RI-Jepang dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan volume rata-rata 11 persen. “Nilai total perdagangan hingga Agustus 2013 adalah US$31,23 miliar, naik dari tahun 2012,” kata Faizasyah. Perdagangan itu meliputi sektor minyak dan gas bumi, serta produk-produk nonmigas seperti kayu lapis, mesin-mesin listrik, nikel, perikanan, karet alam, kertas, dan lain-lain.



Nilai investasi Jepang di Indonesia dari Januari-September 2013 adalah US$3,63 miliar. Investasi itu meliputi sektor-sektor seperti industri alat angkutan dasar dan transportasi lain, logam dasar, mesin dan elektronik, serta makanan. Sebaliknya, investasi Indonesia di Jepang tercatat US$43 juta.

Jepang yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan pelabuhan internasional di Karawang, tentunya juga memiliki visi ke depan akan pelabuhan itu. Jika kita amati sebagian industri milik Jepang juga mulai diproyeksikan ke Karawang.



Jangan lupa, selain hendak membangun pelabuhan internasional, Pemerintah juga tengah menyiapkan bandara internasional di Karawang.

Pemerintah menargetkan tender pembangunan Bandara Internasional Karawang, Jawa Barat akan dimulai kuartal I/2014. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S. Gumay mengatakan proses administrasi sudah memasuki tahapan perampungan bekerjasama dengan kementerian terkait. “Tengah kita koordinasikan dengan Kemenko untuk penyelesaian konsepsional administrasi bandara,” ucapnya.



Herry mengatakan pembangunan Bandara Internasional Karawang terhambat akibat kendala revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Namun, hal itu akan diselesaikan Pemda Jawa Barat berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Adapun studi kelayakan (feasibility study/FS) Bandara Karawang telah dirampungkan akhir tahun lalu.

Bandara Internasional Karawang adalah sebuah keniscayaan, karena Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang Banten, sudah kewalahan menampung jumlah penumpang maupun frekuensi penerabangan. Karena padatnya penerbangan di bandara Soekarno Hatta, pihak Angkasa Pura II, tidak membuka lagi rute penerbangan baru di bandara tersebut. Dan sebagai emergency exit, sebagian penerbangan di Bandara Soekarno Hatta, sebentar lagi dipindahkan ke Bandara Halim Perdana Kusuma yang nota bene Pangkalan Angkatan Udara.

Dengan adanya bandara udara dan pelabuhan internasional di Karawang, otomatis akan ada super highway, yang menghubungkan kota itu dengan kota Jakarta. Selain itu kawasan industri nasional dan internasional juga berada dia antara dua kota ini.



Jadi kedepannya bisa saja Karawang akan dijadikan Ibu Kota Pemerintahan dan Jakarta sebagai Kota Bisnis. Dari segi penamaan, nama kedua kota ini bisa tetap seperti sekarang, atau menjadi satu nama, Greater Jakarta atau Jakarta Metropolitan. Jarak keduanya yang dekat, sangat memungkinkan untuk itu.

Satu lagi yang dihitung adalah kemacetan di Jakarta yang semakin parah. Tidak ada jam tidak macet di Jakarta. Dari pagi hari hingga pukul 12 malam, kemacetan parah merata di jalan protokol Jakarta. Tentu kemacetan ini akan bertambah parah, meski ada penambahan ruas jalan, karena jumlah kendaraan dan penduduk di Jabodetabek super banyak. Belum lagi kalau hujan cukup lama di jabodetabek, istana negara pun ikut kebanjiran. Welcome Karawang.


  JKGR  

5 Rencana TNI Bikin Pertahanan di Jakarta

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman dan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin beberapa waktu lalu bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Mereka menyampaikan rencana TNI tentang strategi pertahanan yang tepat untuk Jakarta.

Dalam pandangan TNI, sistem pertahanan nasional bukan hanya di daerah-daerah perbatasan dan daerah-daerah hutan tetapi daerah pada penduduk seperti DKI Jakarta juga harus dijaga ketat. Alasannya, Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian nasional.

TNI AD telah melakukan kerja sama dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo terkait tata ruang wilayah pertahanan di Jakarta. Selain itu, TNI AD juga akan menempatkan alat pertahanan di kota-kota besar sesuai dengan demografis wilayahnya. Berikut 5 rencana TNI untuk menjadikan Jakarta aman dari sisi pertahanan seperti dirangkum merdeka.com, Sabtu (2/11).

1. Penangkis serangan udara di gedung tinggi

TNI AD berencana memasang sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) atau senjata penangkis serangan udara di atas gedung-gedung tinggi di Jakarta.

"Pada gedung tinggi bisa digunakan. Gedung yang ditentukan tempatnya bisa buat rata, sehingga bisa ditempatkan senjata penangkis udara," ujar KSAD Jenderal Budiman dalam acara operasi katarak dan bibir sumbing gratis memperingati hari Juang Kartika di Silang Monas, Jakarta Pusat, Jumat (01/11).

2. Gedung tinggi zona pendaratan helikopter

TNI berharap di gedung-gedung tertentu di Jakarta dapat juga digunakan sebagai zona pendaratan helikopter logistik yang membawa alat berat seperti radar dan sebagainya.

"Sehingga gedung tinggi ini harus dibuat kokoh, bisa dilandasi helikopter radar dan penembakan penangkis serangan udara," kata KSAD Jenderal Budiman.

Menurut dia, perang masa depan tidak seperti dulu, di hutan atau ditentukan di suatu daerah. Oleh sebab itu, Jakarta sebagai pusat pemerintahan perlu dijaga.

3. Pangkalan tank di bawah Monas

TNI berencana membangun pangkalan tank di bawah Monas. Diperkirakan luas pangkalan militer plus parkir bawah tanah dan pusat souvenir di bawah Monas sekitar 160 hektar. Namun detail bangunan seperti apa belum bisa disampaikan.

"Pembangunan dimulai 2014 nanti. Di bawah monas nanti ada underpass strategi pertahanan saat kondisi darurat, yang saling berhubungan," ujar Jokowi.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan (Kemhan) Sjafrie Sjamsoeddin menemui Jokowi. Keduanya membicarakan singkronisasi antara strategi penataan ibu kota dengan strategi pertahanan negara.

Apalagi, September dan Oktober lalu, militer Indonesia bakal menerima ratusan tank berat. Tank itu bakal masuk Jakarta, lalu disebarkan di satuan operasional. Selain itu, militer juga bakal menerima roket jarak jauh untuk mengamankan ibu kota, serta sejumlah pesawat tempur dan puluhan tank amfibi.

4. Kemayoran untuk pendaratan pesawat tempur

Gubernur Jokowi akan menindaklanjuti koordinasi dengan Kementerian Pertahanan sehubungan penyediaan ruang bagi masuknya peralatan militer. Salah satu perubahan yang akan dilakukan adalah jalan di kawasan Kemayoran bisa dimanfaatkan untuk pendaratan pesawat tempur dengan sedikit mengubah tata ruangnya.

"Di Kemayoran bisa untuk pendaratan pesawat. Karena ada fly over nya itu nanti dipindah menjadi underpass sehingga nanti untuk pendaratan bisa dipakai darurat," kata Jokowi.

5. Marunda untuk jalur peralatan tempur TNI AL

Kawasan Marunda juga dibidik untuk membantu pertahanan melalui laut. Menurut Jokowi, ada lahan seluas 200 hektar di kawasan Marunda yang bisa digunakan untuk peluncuran amfibi. "Di Marunda itu luasnya lebih dari 200 hektar, sebagian wilayah pantainya itu juga nanti bisa digunakan untuk meluncurnya amfibi ke laut. Memang, hal-hal tersebut harusnya sudah kita rancang," kata Jokowi.


  Merdeka  

Proyek Monorel Jakarta Kembali Berlanjut

 Dikerjakan dalam waktu tiga tahun. Jakarta bersiap tambah macet. 

Pembangunan transportasi massal monorel kembali dilanjutkan. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo didampingi Komisaris Utama PT Jakarta Monorail, perusahaan pengelola monorel Jakarta, Edward Soeryadjaya, meresmikan proyek itu lagi di Taman Tugu 66, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu 16 Oktober 2013.

Proyek transportasi massal berbasis satu rel itu sempat mangkrak bertahun-tahun. Terakhir, proyek ini digarap pada akhir masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso pada 2007. Namun, dengan alasan pembiayaan proyek ini tak dilanjutkan. Tiang-tiang yang menyebar di sejumlah jalan di Jakarta mangkrak.

Peresmian itu menandai dimulainya rangkaian aneka pekerjaan yang bernilai total 1,5 miliar dolar AS, atau Rp17,3 triliun. Investasi modal yang diperoleh dari perusahaan China itu termasuk pengadaan 200 gerbong kereta, pengembangan stasiun, dan pembangunan jalur.

Tonggak dimulainya pembangunan monorel ditandai dengan ground breaking atau peletakan batu pertama. Setelah itu proyek akan dilanjutkan dengan pembangunan fondasi.

Jalur pertama yang dibangun adalah green line yang terbentang sepanjang 14,3 kilometer dengan 16 stasiun dari Palmerah hingga Kuningan. Jalur itu memiliki rute Kuningan - Setiabudi - Dukuh Atas - Karet - Pejompongan - Pal Merah - Asia Afrika - SCBD - Komdak - Satria Mandala - Gatot Subroto - Grand Melia. Jalur hijau akan rampung dalam kurun waktu 3 tahun.

Sedangkan tahap kedua, pembangunan jalur biru atau blue line sepanjang 13,7 km dengan 14 stasiun. Jalur biru terbentang melewati Taman Anggrek - Tomang - Cideng - Tanah Abang - Kebon Kacang - Karet Interchange - Menara Batavia - Sudirman WTC - Ambassador - Casablanca Interchange - Menteng Dalam - DR Saharjo - Tebet - Kampung Melayu. Target penyelesaian jalur biru sekitar 4 tahun.

Sementara itu, Gubernur Jokowi yang hadir mengenakan kemeja putih meresmikan proyek transportasi massal itu tanpa banyak komentar. "Setelah 5 tahun terbengkalai, dengan mengucap bismillahirahmanirrahim, proyek monorel Jakarta oleh PT Jakarta Monorail resmi dilanjutkan kembali," kata dia dan bergegas melakukan ground breaking.

Selain peresmian proyek, Jakarta Monorail juga meneken perjanjian awal dengan China CNR Corporation Limited untuk pengadaan kereta monorel. CNR adalah Badan Usaha Milik Negara Republik China yang bergerak di bidang manufaktur, salah satunya sistem mass rapid transit.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengharap pembangunan monorel di Jakarta segera terlaksana demi mengurangi beban lalu lintas para pekerja di Ibukota. Hatta yakin, apabila monorel sudah bisa digunakan, masyarakat akan banyak beralih ke sarana transportasi massal ini.

"Saya memberikan dukungan penuh agar proyek ini berjalan dengan baik dan cepat. Manfaatnya luar biasa untuk mengurangi beban masyarakat, mempercepat arus pergerakan manuasia," ujar Hatta beberapa waktu lalu.

Hatta yang saat itu mendatangi Balaikota menjelaskan, pergerakan manusia di Ibukota tidak hanya dari penduduk Jakarta saja. Tapi juga penduduk dari kota peyangga seperti Bogor, Depok, dan Tangerang. "Setiap hari pergerakan manusia di Jakarta itu 59 juta orang," katanya.

Maka, Hatta melanjutkan, monorel sangat penting bagi Ibukota Jakarta. Semua rencana proyek infrastruktur DKI Jakarta ini harus didukung dan direalisasikan.

 Terintegrasi 

Dalam laman resmi PT Jakarta Monorail, pada tahun pertama monorel dapat mengangkut 274 ribu penumpang per hari. Ke depannya, kapasitas angkut ini akan terus ditingkatkan hingga mencapai 35 ribu per jam untuk setiap arah tujuan.

Dengan daya angkut sebesar itu, tak mungkin bila transportasi massal ini tak terintegrasi dengan angkutan lain. Karenanya, PT Jakarta Monorail akan mengajukan usulan adanya sistem integrasi monorel dengan MRT, Transjakarta, dan Kereta Listrik Commuter Line.

Salah satu titik yang paling memungkinkan di Dukuh Atas, Jakarta Selatan, tepatnya di sekitar Gedung Landmark dan BNI Tower. Di kawasan itu, akan melintas monorel, busway, KRL Commuter Line, dan MRT.

Direktur Utama PT Jakarta Monorail John Aryananda mengaku akan membuat tim khusus untuk membahas koordinasi integrasi semua transportasi massal ini. Menurut John, konsep itu akan dimasukkan dalam detil engineering design (DED).

"Nanti ada titik temu yang mencakupi monorel, MRT, dan juga integrasi e-money," kata John di Balai Kota Jakarta, Rabu 2 Oktober.

 Macet Parah 

Pada kesempatan yang berbeda, Jokowi mengingatkan, pembangunan monorel dan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta yang dikebut mulai bulan ini akan membuat kemacetan Jakarta makin parah. "(Pembangunan) itu pasti bikin macet. Oleh sebab itu masyarakat harus siap," kata Jokowi.

Meski demikian, Jokowi yakin nantinya MRT dapat mengatasi macet di Ibukota. Setelah MRT selesai dibangun, Pemprov DKI akan menerapkan pembatasan kendaraan pribadi yang melintas di jalan-jalan tertentu.

Jika lalu lintas ganjil genap dan jalan berbayar tidak mampu mengurai macet, maka Pemprov DKI akan menaikkan pajak kendaraan. Menurut dia, jika semua aturan itu berjalan niscaya kemacetan akan berkurang. "Kemudian nanti kalau masih diperlukan lagi pajak progresif yang tinggi. Kalau diperlukan baru akan kelihatan. Dijamin bisa ngebut," tutur Jokowi.

Untuk mengatasi terganggunya arus lalu lintas, Pemprov DKI sudah merundingkan dengan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya dan PT Jakarta Monorail agar membuat manajemen lalu lintas. "Mereka akan rapat untuk mengatur manajemen traffic."

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono memastikan tidak akan ada pengalihan arus lalu lintas di sepanjang jalur green line. Namun para pengguna diharapkan bersabar atau menghindari wilayah pembangunan. "Kami fokus pada pengamanan pengguna jalan," katanya.(np)


Wacana Pemindahan Ibukota

Lagu Lama Pemindahan Ibukota 

http://images.detik.com/content/2013/09/18/4/095544_jakartamacet.jpgJakarta - Agus Hendrianto antusias ketika wacana pemindahan ibukota ke daerah lain kembali dicetuskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Rusia, beberapa hari lalu. Manager sebuah perusahaan Jepang yang berkantor di Karawang ini bilang, Jakarta sudah terlalu sumpek.

"Perusahaan kami sering ke pelabuhan Tanjung Priok untuk mengirim atau mengambil barang. Macetnya luar biasa," kata Agus, yang ditemui di Jakarta, kemarin. “Pengalaman kami di perusahaan kalau ada urusan ke Tanjung Priok bisa bikin stres.”

Agus bilang, wacana pemindahan ibukota pernah didengarnya ketika Presiden Soeharto masih berkuasa. Saat itu, kata dia, ada rencana pemindahan ke daerah Jonggol, Jawa Barat. “Tapi Pak Harto keburu lengser,” kata pria 45 tahun ini, sambil tertawa.

Menurut Agus, Jakarta boleh tetap menjadi kota bisnis seperti New York. Sedangkan pusat pemerintahan sebaiknya dipindahkan ke luar. Dia bilang, di luar Jawa juga tak masalah supaya terjadi pemerataan pembangunan.

Di sela-sela pertemuan G20 di Rusia, beberapa hari lalu, Presiden Yudhoyono mengatakan sudah membentuk tim kecil untuk mendukung rencana pemindahan ibukota. “Pusat perekonomian tetap di Jakarta, tapi pusat pemerintahan di kota lain,” ujarnya.

Sebelumnya pada 2009 Yudhoyono pernah mengatakan bahwa Palangkaraya adalah salah satu opsi ibukota baru yang sudah diwacanakan sejak Orde Lama.

Sejumlah pejabat pemerintahan sepakat dengan ide pemindahan ibukota. Djoko Kirmanto, Menteri Pekerjaan Umum, mengatakan beban Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi sudah terlampau berat. Apalagi sekitar 40 persen tanah Jakarta berada di bawah permukaan laut.

Menurut Djoko, bisa saja yang dipindah hanya pusat pemerintahan sementara Jakarta masih menjadi ibukota negara. Langkah ini sudah dilakukan Malaysia. “Jadi aktivitas pemerintahan di Putra Jaya, sedagkan pusat industri, perdagangan, dan ekonomi tetap di Kuala Lumpur," katanya.

Dahlan Iskan, Menteri BUMN, juga sepakat dengan wacana ini. “Tapi di mana saya tidak tahu. Saya tidak ahli planologi," ujarnya. Dia bilang, wacana ini perlu dijaga sampai pergantian pemerintahan.

Juniman, Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia, mengatakan pemindahan ibukota memang sudah mendesak. Soalnya kemacetan sudah tidak mengenal jam dan waktu, udara dan air yang kotor, sampai tata kota yang sulit karena penduduk membeludak.

Juniman berpendapat ada beberapa hal positif yang bisa diraih dengan pemindahan ibukota. Pertama, ekonomi lebih efisien. Saat ini, kemacetan membuat penduduk Jakarta membuang Rp 15-25 triliun per tahun di jalanan. “Kalau setidaknya pusat pemerintahan yang dipindahkan, maka bisa mengurangi beban kemacetan karena puluhan ribu orang tidak lagi lalu lalang di Jakarta. Iniefisiensi bisa berkurang,” kata Juniman, di Jakarta kemarin.

Kedua, mendukung tata lingkungan di Jakarta karena masalah tanah, air, dan udara Jakarta sudah semakin buruk. Jika bebannya dikurangi, maka lingkungan di Jakarta bisa lebih normal.

Namun memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memindahkan ibukota. Juniman mengatakan, pertama adalah kedekatannya dengan pusat bisnis. Jika terlalu jauh, biaya perizinan bisa meningkat.

Kedua adalah masalah biaya. Juniman memperkirakan pemindahan ibukota membutuhkan anggaran setidaknya Rp 100 triliun. “Dengan anggaran subsidi yang masih begitu besar, fiscal space yang tersedia bisa tidak cukup untuk mendukung rencana ini,” ujarnya.

Menurut Juniman, pemindahan ibukota tak bisa dilakukan secara instan. Jika dilakukan mulai 2014, dia memperkirakan butuh waktu lima tahun agar ibukota benar-benar siap dipindahkan dari Jakarta.

Sri Adiningsih, Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada, menilai Jakarta sudah kesulitan menjalankan fungsi sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi sekaligus. “Akibatnya kondisi kota menjadi semakin parah,” tegasnya.

Tapi, menurut Adiningsih, pemindahan ibukota harus dilakukan bertahap, perlu masa transisi. Selain butuh biaya besar, pemindahan ibukota tidak hanya memindahkan kantor tetapi juga pegawai dan berbagai fasilitas lain.

Belajar dari Batavia dan Bandung
 

http://images.detik.com/content/2013/09/18/4/115046_lansekapbandung1920.jpg
Lansekap Bandung pada 1920-1930 (foto: bandungsae.com)

Semarang, menjelang 1920. Begitu menghirup udara pegunungan, H. F. Tillema langung 'jatuh cinta' pada kota Bandung. Pada penelitiannya kemudian, dia mengusulkan ibu kota dipindahkan ke kota yang diapit pegunungan itu.

“Kota-kota pelabuhan di pantai Jawa sudah terasa panas dan semangat pekerja turun karena cepat lelah,” kata pakar kesehatan lingkungan itu dalam rekomendasinya kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, J. P. Graaf van Limburg Stirum.

Tillema mengingatkan soal Inggris yang pernah memindahkan ibu kota daerah koloni India, dari Kalkuta ke New Delhi di pedalaman. Usulan Tillema disambut J. Klopper, rektor Magnificus Bandoengsche Technische Hoogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung).

Bandung sendiri sedang tumbuh menjadi kota yang ramai sejak Belanda membangun jalan raya Pos dari Anyer ke Panarukan. Sebelumnya, pada 1810 H. W. Daendels sudah memerintahkan pemindahan ibu kota Bandung dari Krapyak ke tepi jalan raya Pos.

Pemindahan ibu kota Hindia Belanda pun dieksekusi menjelang 1920, diawali perpindahan kantor Jawatan Kereta Api Negara, Pos dan Tilpon, Departement van Geovernements Bedrijven (GB) yang membawahi Dinas Pekerjaan Umum. GB menempati Gedung Sate yang dibangun dengan biaya 6 juta Gulden dan dirancang oleh arsitek J. Gerber.

Lalu diikuti oleh perpindahan sebagian Departemen Perdagangan dari Bogor, Kantor Keuangan, dan Lembaga Cacar yang bergabung dengan Institut Pasteur. Kementerian Pertahanan (Departement van Oorlog) sendiri sudah secara bertahap sudah memindahkan personilnya sejak 1916. Sebelumnya, mulai 1898 pabrik mesiu di Ngawi dan pabrik senjata atau Artillerie Constructie Winhel dari Surabaya sudah terlebih dahulu pindah.

Secara keseluruhan, perpindahan kantor-kantor ini selesai pada 1920. 

Pindah Saja Biar Ekonomi Merata

Sebagai ibu kota, Jakarta memang punya segalanya terutama kue ekonomi nasional. Menurut data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit ke Jakarta per Juli 2013 mencapai Rp 997,06 triliun rupiah atau yang tertinggi di Indonesia.

Jawa Barat, yang menempati peringkat kedua, “hanya” memperoleh penyaluran kredit sebesar Rp 387,38 triliun.

Penyaluran kredit berhubungan dengan aktivitas ekonomi yang memang begitu terpusat di Jakarta. Pada kuartal II-2013, pulau Jawa menyumbang 58,15 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional yang berjumlah Rp 2.210,1 triliun. Di pulau Jawa sendiri, Jakarta memiliki porsi tertinggi yaitu 16,5 persen.

Tak heran kalau salah satu motif pemindahan ibu kota adalah untuk pemerataan ekonomi. “Jika ibu kota dipindah ke Kalimantan atau daerah lain, maka akan tercipta kegiatan ekonomi dan peluang investasi di sana. Pembangunan tidak lagi terpusat di Jakarta,” kata Juniman, Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia, di Jakarta kemarin.

Lalu kota mana yang potensial untuk menjadi ibu kota baru? Juniman bilang daerah di sekitar Karawang (Jawa Barat) layak dipertimbangkan. Biaya pemindahan ibu kota dari Jakarta ke daerah Karawang bisa dihemat karena lokasinya tidak terlalu jauh.

“Masih ada space yang cukup luas untuk menampung aktivitas pemerintahan. Infrastrukturnya juga sudah siap, belum lagi ada rencana pembangunan bandara di sana,” ucap Juniman.

Jika di luar Jawa, Palangkaraya adalah opsi terbaik. Kota ini, kata Juniman, berada di tengah-tengah wilayah kedaulatan Indonesia sehingga bisa menjadi simbol negara. Tapi ongkos yang diperlukan untuk pemindahan sampai ke luar Pulau Jawa sangat mahal.

“Kemudian jika pusat bisnis masih di Jakarta maka proses perizinan menjadi sulit karena lokasinya berjauhan, ada masalah inefisiensi,” tutur Juniman. “Pulau Jawa yang paling memungkinkan.”

Sri Adiningsih, Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada, berpendapat sebaliknya. Untuk mendukung pemerataan pembangunan, Adiningsih berpendapat sebaiknya ibu kota berada di luar Jawa tetapi bisa menjangkau seluruh wilayah dengan relatif mudah. “Kalau masih di Jawa, ya konsentrasi pembangunan terus di Jawa saja,” ujarnya.

Lokasi baru itu, kata dia, secara geopolitik harus mencerminkan Indonesia. Kemudian harus strategis, aman, tidak ada ancaman bencana alam, serta didukung secara budaya dan politik. “Jakarta masih bisa menjadi pusat bisnis karena sulit untuk memindah begitu banyak perusahaan,” kata Adiningsih.(DES/DES)

Ibu Kota akan Dipindah, Apa Kata Ciputra? 

http://images.detik.com/content/2013/09/18/4/135737_proyekjakarta.jpgPemerintah berencana memindahkan ibu kota dari Jakarta. Sejumlah ekonom pun sepakat dengan wacana itu. Tapi pengusaha kondang Ciputra berpendapat sebaliknya.

Pebisnis properti kelas wahid ini menilai pemindahan ibu kota hanyalah solusi instan bagi permasalahan di Jakarta. Menurutnya, masalah Jakarta seperti macet dan banjir bisa diatasi dengan upaya ekstra dari pemerintah.

Ciputra memberi contoh penanganan banjir. Dia berpendapat pembangunan terowongan raksasa (deep tunnel) dapat menjadi solusi. Biayanya pun hampir sebanding dengan pemindahan ibu kota.

“Memperbaiki Jakarta sebagai ibu kota adalah prioritas terpenting. Pada 2030, Indonesia menjadi kota pelabuhan besar dunia. Kita harus all out agar Jakarta jadi kota modern," tegas Ciputra, di Jakarta kemarin.

Sikap ini berbeda dengan pengusaha lain. Contohnya adalah Darmono, Direktur Utama PT Jababeka.

"Pemindahan ibu kota harus segera. Macetnya di Jakarta sudah luar biasa," keluh Darmono, Direktur Utama PT Jababeka. Sebagai pengembang kawasan industri, Jababeka tentu mengetahui bagaimana kemacetan Jakarta telah menggerus efisiensi arus barang.

Agar bisa cepat dieksekusi, Darmono mengusulkan ibu kota dipindah ke daerah yang sudah siap. “Kita tidak punya waktu untuk membuat kota baru, harus memindahkan ke kota yang sudah siap. Salah satunya bisa Yogyakarta," katanya, di Jakarta kemarin.

Yogyakarta, lanjut Darmono, memiliki infrastruktur yang cukup lengkap. Selain itu, Yogyakarta memiliki pengalaman menjadi ibu kota negara pada 1949.

Suryo Bambang Sulisto, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, juga menilai rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta sudah tepat. Langkah tersebut bisa mengurangi kepadatan di Jakarta yang semakin tinggi.

“Sekarang Jakarta sudah semakin tidak layak untuk bisnis, terutama karena macetnya. Dunia usaha merasakan betul adanya kerugian akibat kehilangan waktu dan produktivitas karena macet. Opportunity lost-nya kalau dihitung bisa sampai triliunan rupiah,” tegas Suryo.

Untuk ibu kota yang baru nantinya, Suryo berharap tetap ramah terhadap dunia usaha. “Akses dan infrastrukturnya harus tersedia. Ini juga harus dipikirkan,” katanya.

Suryo berharap nantinya ibu kota dipindah tidak terlalu jauh dari Jakarta yang masih menjadi pusat bisnis. Kalau jaraknya sekitar 100 kilometer dari Jakarta masih bisa ditoleransi supaya biaya juga tidak terlalu mahal.

Tapi Suryo tak setuju jika ibu kota dipindah ke luar Jawa. Selain menghabiskan biaya yang tidak sedikit, dunia usaha juga harus berhubungan dengan pemerintah. “Kalau harus bolak-balik jarak jauh, sepertinya kurang pas,” tuturnya.

Relokasi Ibu Kota? Begini Cara Di Negeri Lain

Pemindahan ibu kota sudah terjadi sejak zaman Mesir, Romawi, dan China kuno. Berbagai macam alasannya. Ada yang demi mempertahankan kedaulatan, memeratakan pembangunan, atau demi netralitas di wilayah yang multietnik atau religi.

Dalam sejarah dunia, sejumlah negara, baik besar maupun kecil, pernah melakukan pemindahan ibu kota negaranya. Mana yang akan ditiru Indonesia?


Rencana Pindah Ibu Kota, Hatta: Belum Konkret

http://images.detik.com/content/2013/09/18/4/dlm.jpgWacana pemindahan ibu kota dari Jakarta terus mengemuka dalam beberapa waktu terakhir setelah disebutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala berkunjung ke Rusia. Menurut Hatta Rajasa, Menko Perekonomian, sampai saat ini belum ada langkah konkret dari pemerintah seputar ide tersebut.

"Ini sesuatu yang belum konkret. Kalau sudah konkret itu kan ada anggarannya," ujar Hatta.

Meski demikian, Hatta sepakat dengan wacana pemindahan ibu kota. "Menurut saya bagus itu, tapi rakyat kita maunya apa didengarkan. Jangan maunya pejabat, tapi rakyat didengarkan semuanya," katanya.

Hatta berpendapat bahwa ada baiknya yang dipindah hanya pusat pemerintahan sementara Jakarta tetap menjadi ibu kota dan sentra bisnis. Hal ini serupa dengan yang dilakukan Malaysia.

"Saya sendiri belum tahu sejauh mana. Tapi kalau di pikiran saya itu mungkin ibu kota biarlah di Jakarta. Pusat pemerintahan mungkin boleh lah, seperti misalkan Malaysia pusat pemerintahannya di Putra Jaya ibu kotanya ya Kuala Lumpur," kata Hatta.

Selain Hatta, sejumlah menteri sebelumnya sudah buka mengenai ide pemindahan ibu kota. Djoko Kirmanto, Menteri Pekerjaan Umum, berpendapat senada dengan Hatta yaitu yang dipindah hanya pusat pemerintahan sementara ibu kota tetap di Jakarta.

Sedangkan Dahlan Iskan, Menteri BUMN, juga sepakat dengan wacana pemindahan ibu kota. Dia juga berpesan wacana ini tidak hilang setelah pemerintahan berganti pasca Pemilu 2014.

"Jangan sampai sekarang pemerintahnya punya ide seperti itu, tapi pemerintah berikutnya tidak. Biar beban Jakarta tidak semakin berat,” tegas Dahlan.


  detik 

Seputar Wacana Pemindahan Ibukota

 Bappenas belum memiliki rencana pindahkan ibu kota RI 

Belakangan ini muncul kembali wacana pemindahan ibu kota Negara. Wacana pemindahan ibu kota kembali ramai setelah diungkapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kemarin.

Sayangnya ini baru sekadar wacana. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas) Armida Alisjahbana mengaku belum tahu soal wacana pemindahan ibu kota.

"Belum, itu kan Pak Presiden yah yang menyampaikannya," kata Armida di Hotel Horison Bandung, Selasa (10/9).

Karena itu, Bappenas juga belum melakukan kajian soal pemindahan ibu kota. "Belum ada," tegasnya.

Ide soal pemindahan ibu kota dari Jakarta memang sudah kerap diwacanakan. Terakhir, Presiden SBY melontarkannya saat mengunjungi Kazakhstan pekan lalu. SBY melihat pemindahan itu sebuah opsi yang baik, terutama setelah melihat kota Astana.

Pemindahan terbilang sukses, di mana sekarang kota tersebut menjadi kota bisnis dan budaya.(mdk/has)

 "Separuh Biaya Pindah Ibukota Cukup untuk Perbaiki Jakarta" 


Harus diperhitungkan pula dampak sosial-ekonomi atas rakyat Jakarta

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengeluarkan wacana pemindahan ibu kota. Ia terpikat pada ibukota Kazakhstan yang baru, Astana, usai kunjungan kenegaraan.

Wakil Ketua DPRD Jakarta, Triwisaksana, menyatakan, kini tinggal ketegasan pemerintah saja. "Harus jelas political will-nya. Jangan sampai Jakarta ditinggalkan begitu saja. Harus jelas semua," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera itu, saat dihubungi, Selasa 10 Sepetember 2013.

Ia menjelaskan pergeseran ibukota yang dilakukan Malaysia saat itu tidak mengganggu stabilitas. Perpindahan pusat pemerintahan tidak menghilangkan arti dari Kuala Lumpur sebagai ibukota. Kuala Lumpur kemudian tumbuh menjadi kota jasa.

Sementara, kata Bang Sani, begitu panggilan Triwisaksana, kondisi Jakarta yang saat ini ibukota sekaligus pusat administrasi dan ekonomi masih carut-marut. Belum lagi, memindahkan ibu kota membutuhkan biaya tinggi. "Perhitungan kita sekitar Rp200 triliun. Dana itu akan sangat efektif bila dijadikan anggaran program prorakyat atau untuk membangun stabilitas ekonomi, memperkuat infrastruktur. Ini lebih realistis," katanya.

"Kalau hanya itu dana yang diperkirakan Rp200 triliun, bisa memaksimalkan Jakarta. Jangan kan semuanya, 50 persen saja sudah sangat cukup membangun Jakarta sebagai pusat administrasi negara," katanya.

Pemindahan ibu kota juga harus dilihat dari sisi lain yakni kondisi sosial masyarakat. Ini yang sering tidak terhitung padahal terdampak besar.

Namun, meski suatu hari kehilangan posisinya sebagai pusat administrasi negara, Bang Sani meyakini Jakarta tetap akan berdiri kokoh. "Jakarta jelas akan menjadi kota jasa meski kehilangan peran administrasi sebagai ibukota negara. Itu bukan masalah," katanya.

Namun pemisahan fungsi itu, kata Bang Sani, butuh proses panjang. "Paling cepat 2027. Kalau dipaksakan lebih cepat, bisa jadi pemborosan dalam situasi sosial ekonomi saat ini," katanya.

Mengenai wilayah yang cocok menjadi ibu kota dan pusat administrasi pemerintahan ia menyerahkan pada pemerintah pusat. "Itu harus ada kajian yang matang. Kalau ikut gagasan Bung Karno, kan Palangkaraya, Kalimatan Tengah. Itu terserah pemerintah pusat, kan katanya sudah ada tim pengkaji," ujarnya.(eh)

 "Ibu Kota Negara Sebaiknya di Tengah-tengah" 


Pemindahan ibu kota ini bisa dilakukan satu masa periode pemerintahan. 

Wacana pemindahan ibu kota disambut baik oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ketua DPR Marzuki Alie menilai, kota pemerintahan dan kota perdagangan atau industri memang sebaiknya dipisahkan.

Menurut dia, Jakarta lebih baik dijadikan kota industri, perdagangan, dan jasa. "Kalau ibu kota sebaiknya di tengah-tengah (negara Indonesia)," ujar Marzuki, Selasa 10 September 2013.

Meski pemindahan pusat pemerintahan ini memerlukan banyak waktu, Marzuki yakin prosesnya bisa dilakukan dalam satu masa periode pemerintahan. Untuk itu dia menyarankan, keputusan politik pemindahan ibu kota dilakukan saat ini. "Sementara implementasinya oleh pemerintahan berikutnya," kata dia.

Selain itu, dia juga berharap pemindahan tersebut harus memberikan dampak positif bagi kepentingan nasional.

Wacana pemindahan ibu kota kembali mencuat setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali Kazakhstan. Negara ini punya ibu kota baru, Astana.

Sepertinya ibu kota baru itu memikat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Belum sampai kaki SBY kembali ke Tanah Air setelah mengunjungi kota itu, Presiden menyatakan akan memindahkan ibukota Indonesia dari Jakarta. “Kami membentuk tim kecil untuk mulai memikirkan kemungkinan pemindahan ibukota kita, dalam arti biar pusat ekonomi, perdagangan, dan lain-lain tetap di Jakarta, tetapi pusat pemerintahan kita pindahkan di tempat yang lain,” kata Presiden SBY dalam keterangan pers di Hotel Grand Emerald, St. Petersburg, Rusia, Sabtu 7 September 2013, seperti dilansir laman resmi Presiden.(umi)


SBY Bentuk Tim untuk Pemindahan Ibu Kota


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berbincang dengan Wapres Boediono (kanan)JAKARTA -- Empat tahun lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata diam-diam memikirkan kemungkinan Indonesia untuk membangun pusat pemerintahan yang baru di luar Jakarta. Bahkan, ia sudah membentuk tim kecil untuk mulai memikirkan kemungkinan pemindahan ibu kota kita.

Rencananya, pusat ekonomi, perdagangan, dan lain-lain tetap di Jakarta. "Sementara pusat pemerintahan kita pindahkan ke tempat yang lain," katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (7/9).

Wacana itu pun sempat muncul ke permukaan, namun ia tetap diam. Alasannya, karena takut didebat atau disalahkan. "Sebaliknya kalau saya mengatakan tidak perlu kita memikirkan pusat pemerintahan yang baru, tetap disalahkan juga," lanjutnya.

Ia mengaku memikirkan bagaimana kondisi Jakarta 30 tahun mendatang. Karenanya, SBY pun menyerahkan kepada presiden selanjutnya untuk memikirkan ibu kota baru selain Jakarta.

"Kalau memang secara ekonomi kita sudah kuat, pertumbuhan, GDP, income per kapita, kemudian kalau memang tidak ada solusi yang baik untuk mengatasi masalah Jakarta dan ada urgensi yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, tidak keliru kalau kita memikirkan suatu tempat yang kita bangun menjadi pusat pemerintahan yang baru," paparnya.

SBY memberi contoh negara yang sudah memisahkan pusat pemerintahan dengan ekonomi. Seperti Turki, Australia, dan Malaysia. Diakuinya, setiap pilihan akan ada nilai tambah dan kekurangan. Namun, ia memastikan jika ada pusat pemerintahan yang baru, Jakarta akan jauh lebih baik. Pusat pemerintahan yang baru pun dapat berfungsi secara efektif.

"Pelajari misalkan apa yang terjadi dengan adanya Putra Jaya, sedangkan Kuala Lumpur juga masih bisa berfungsi dengan baik. Yang bisa kita petik adalah biayanya tentu tidak sedikit. Biaya ekonomi, dan barangkali juga biaya politik, biaya sosial dan sebagainya," tuturnya.