Tampilkan postingan dengan label PLTP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PLTP. Tampilkan semua postingan

Sekitar 40 persen sumber panas bumi ada di Indonesia

Indonesia Miliki Sumber Panas Bumi TerbesarJakarta - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rida Mulyana mengatakan, sumber panas bumi terbesar ada di Indonesia. "Sekitar 40 persen sumber panas bumi ada di Indonesia," ujarnya dalam Annual Forum Energy and Environment Partnership (EEP) with Indonesia, Rabu, 27 November 2013.

Namun sayangnya, ia melanjutkan, pemanfaatan panas bumi di Indonesia baru 5-7 persen. Rida mengatakan saat ini Kementerian ESDM sedang memetakan permasalahan mengenai pemanfaatan panas bumi.

"Sudah ke Dewan Perwakilan Rakyat juga untuk membicarakan perubahan Undang-Undang Panas Bumi," ucapnya. Rida menyampaikan, hari ini sebagian anggota DPR mengadakan kunjungan ke Lapangan Kamojang, Jawa Barat, untuk meninjau realisasi proyek panas bumi, untuk dapat menyusun Undang-Undang Panas Bumi yang baru.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik meresmikan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Unit 5 Kamojang serta pengembangan lapangan panas bumi Lahendong pada Januari 2013. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti di Gedung Dipa Bramanta, Kamojang, oleh Jero Wacik dan Direktur Hulu PT Pertamina Muhammad Husen.

PLTP Unit 5 Kamojang yang dikelola oleh Pertamina Geothermal Energy adalah pengembangan dari empat unit PLTP, yang memiliki kapasitas terpasang 200 MW.

Pembangkit tersebut direncanakan mulai beroperasi pada akhir 2014 dan akan menambah kapasitas terpasang sebesar 30 MW. Sedangkan pengembangan lapangan panas bumi Lahendong untuk memasok uap ke PLTP Unit 4 Lahendong. "Dua proyek dari Pertamina Geothermal Energy ini merupakan bagian dari tekad Pertamina untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan, terutama yang bersumber dari panas bumi," kata Husen.

PLTP Unit 5 terletak berdampingan dengan PLTP Unit 4 Kamojang di lahan seluas 3,85 hektare. Kedua pembangkit ini terletak di 42 kilometer sebelah tenggara Kota Bandung atau 23 sebelah barat laut Kota Garut. Pembangkit pertama di Kamojang mulai beroperasi pada 1982 dengan kapasitas sebesar 30 MW.

Terkait dengan pengembangan lapangan panas bumi di Lahendong, Pertamina Geothermal Energy berharap pengembangan ini bisa memasok uap ke PLTP Unit 4 Lahendong, yang telah dioperasikan PT PLN (Persero) dengan kapasitas terpasang 20 MW. Pertamina Geothermal Energy merupakan anak perusahaan Pertamina yang mengelola 14 wilayah kerja panas bumi, yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi.

Pertamina Geothermal Energy saat ini menghasilkan listrik sebesar 402 MW, yang berasal dari lapangan panas bumi Kamojang, Lahendong, dan Sibayak.


  Tempo  

Pemerintah optimis bisa bangun PLTP 5000 MW per tahun

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimis bisa memenuhi target untuk membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 29.000 MW pada 2025. Dengan begitu, setiap tahunnya pemerintah menargetkan untuk membangun PLTP sebesar 3.000 hingga 5.000 MW per tahun.

"Kita maunya tiap tahun paling tidak 3.000 hingga 5.000 MW per tahun sampai 2025. Itu kita genjot semaksimal mungkin untuk menghasilkan paling tidak 29.000 MW di 2025," ujar Wakil Menteri ESDM Susilo Siswo Utomo di Jakarta, Kamis (18/4).

Pemerintah saat ini tengah menggenjot pembangunan mega proyek percepatan 10.000 MW tahap II di mana porsi panas bumi sebesar 3.500 MW dalam proyek tersebut. Agar proyek tersebut segera terselesaikan, Susilo mengaku pemerintah akan berusaha mendorong dengan cara memberikan fasilitas agar pengembangan panas bumi benar-benar dijalankan.

"Sedangkan peraturan-peraturan yang menghambat akan kita buka. Bukan berarti seenaknya sendiri," imbuh dia.

Susilo mengatakan, salah satu bentuk fasilitas tersebut adalah dengan ikut campur tangan dalam pembuatan feed in tariff. Hal tersebut ditujukan agar perusahaan pembangkit panas bumi swasta terus bisa mengembangkan energi terbarukan tersebut.

"Jadi kalau ada pembangkit, ya berapa jumlah yang dibangkitkan itu ya yang dibeli oleh PLN," kata dia.(mdk/rin)


  Merdeka  

PLTP Terbesar Dunia, Mulai Dibangun di Indonesia

"Akhirnya bulan April ini kita selesaikan, sekarang tinggal realisasi proyeknya," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik.

PLTP Terbesar Dunia, Mulai Dibangun di Indonesia
Jakarta • Proyek Pembangunan PLTP terbesar akhirnya dilanjutkan kembali setelah sempat mangkrak sejak tahun 1993.

Hal ini ditandai dengan penyerahan Persetujuan Amandemen (Energy Sale Contract) (ESC) atau Joint Operation Contract (JOC) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla dengan kapasitas 3x110 Mega Watt (Mw) kepada PT PLN (Persero) dan Pertamina Geothermal Energy (PGE).

"Akhirnya bulan April ini kita selesaikan, sekarang tinggal realisasi proyeknya," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik, Jakarta, Kamis (11/4).

Jero mengatakan, untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dan menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah, pemerintah harus mempercepat proyek-proyek pembangunan listrik.

"Rakyat membutuhkan listrik terutama di masyarakat, tidak ada kata lain kecuali dipercepat," imbuhnya.

Dalam acara tersebut, diserahkan juga Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU) dari Menteri Keuangan Agus Martowardojo kepada konsorsium Sarulla Operations Limited (SOL).

Seperti diketahui, PLTP Sarulla adalah pembangkit listrik yang terbesar di dalam program percepatan pembangunan listrik 10.000 Mw tahap II.

 Boediono Izinkan Perusahaan Israel Bangun PLTP Sarulla 

Partisipasi Ormat dalam proyek Sarulla memasok Converters Energy untuk pembangkit listrik. Selain itu, Ormat, melalui anak perusahaannya Ormat International Inc, memegang kepemilikan saham 12,75% di Sarulla.

Boediono Izinkan Perusahaan Israel Bangun PLTP Sarulla Pemerintah menggeber proyek pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla 3X110 Mega watt (Mw). Bahkan groundbreaking ditargetkan rampung sebelum kabinet bubar.

Pembangunan proyek yang terletak di Sumatera Utara tersebut menelan investasi USD1,5 miliar.

Pembangunan dipimpin PT Medco Power Indonesia dengan konsorsium perusahaan multinasional Itochu, Kyushu dan Ormat.

Nah, usut punya usut, Ormat rupanya perusahaan asal Israel. Ormat didirikan pada tahun 1965 di Yavne, Israel, oleh Lucien Bronicki.

Telusuran Aktual.co, Ormat Industries merupakan penyedia teknologi energi alternatif dan
terbarukan.

Awalnya Ormat hanya pemasok peralatan pembangkit listrik. Namun pada 1990-an perusahaan mengubah strategi dan memutuskan untuk tidak hanya untuk menyediakan peralatan pembangkit listrik, tetapi juga untuk memiliki dan mengelola stasiun energi listrik alternatif dan terbarukan.

Pada tahun 1991 Industri Ormat terdaftar di Tel Aviv Stock Exchange dan saat ini termasuk dalam Indeks TA-25.

Dikutip dari situs resmi Ormat, Kamis (11/4), partisipasi Ormat dalam proyek Sarulla memasok Converters Energy untuk pembangkit listrik. Selain itu, Ormat, melalui anak perusahaannya Ormat International Inc, memegang kepemilikan saham 12,75% di Sarulla.

Ormat berharap bisa meraup USD254.000.000 terkait dengan penjualan peralatan selama masa konstruksi Sarulla.

Ormat mengklaim, teknologi mereka memungkinkan reinjeksi hampir 100% dari fluida panas bumi kembali ke dalam reservoir, menjaga kesinambungan daya sumber daya panas bumi sehingga meningkatkan dan mengurangi efek negatif dari gas.

Dita Bronicki, Chief Executive Officer Ormat, mengaku senang dengan proyek Sarulla. "Proyek ini, merupakan kali pertama kami masuk ke Indonesia," kata Dita.

Wakil Presiden Boediono di Jakarta, Kamis (11/4) mengatakan, proyek Sarulla yang sempat dihentikan di tahun 1997 karena krisis ini, mulai berjalan lagi sejak tahun 2003, namun sering mengalami bottleneck.

"Proses “debottlenecking” PLTP Sarulla ini langsung saya kawal sendiri," kata Boediono.

Ia menjelaskan, dimulai dengan renegosiasi tarif listrik yang ditetapkan oleh Menteri ESDM, berlanjut dengan pembahasan amandemen ESC/JOC antara konsorsium SOL dengan dua BUMN – PLN dan Pertamina – yang dikawal oleh Menteri BUMN, hingga sampai terbitnya SJKU yang diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan.

Salah satu milestone kunci dalam debottlenecking geothermal ini adalah terbitnya Peraturan Bersama (Perber) Menteri ESDM, Menteri Keuangan dan Menteri BUMN tentang status kepemilikan aset panas bumi yang berasal dari kontrak operasi bersama (JOC). 

 Pembangkit Panas Bumi Sarulla Akan Hemat Rp 4 T 

Pembangkit Panas Bumi Sarulla Akan Hemat Rp 4 TWakil Presiden Boediono menyatakan beroperasinya pembangkit listrik tenaga panas bumi di Sarulla, Sumatera Utara, bisa mengurangi subsidi listrik sebesar Rp 4 triliun per tahun.

Rinciannya begini: harga pembelian listrik dari Sarulla oleh PT PLN (Persero) sebesar US$ 6,79 sen per Kwh. Jika dibandingkan dengan biaya produksi listrik rata-rata nasional sebesar US$ 13 sen Kwh, maka penghematan subsidi listrik yang dihasilkan adalah US$ 364 juta per tahun, atau sekitar US$ 1 juta setiap harinya saat mulai beroperasi pada 2016.

Sayangnya waktu peletakan batu pertama proyek ini masih belum pasti. "Groundbreaking-nya masih dalam diskusi," kata Presiden Direktur Medco Power Indonesia Fazil Alfitri ketika dihubungi Tempo, Kamis, 11 April 2013.

Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengharapkan konstruksi proyek yang digadang-gadang sebagai proyek panas bumi terbesar di dunia ini bisa dimulai sebelum Oktober 2014.

Fazil sendiri optimistis penghematan Rp 4 triliun yang disebut Boediono bisa dicapai. Menurutnya, cadangan terbukti panas bumi di wilayah kerja panas bumi Sarulla adalah 330 Megawatt. Sementara cadangan probable dan cadangan possible adalah 1.000 Megawatt. "Ini adalah reserve geothermal terbesar di dunia. Satu sumur di Silangitan saja bisa menghasiIkan 50 Megawatt," kata Fazil.

PLTP Sarulla akan dibangun kapasitas terpasang 330 Megawatt yang terdiri dari 3 unit pembangkit. Rencananya pembangkit unit pertama akan beroperasi komersial pada 2016, disusul beroperasinya unit ke dua pada 2017 dan selesainya unit ke 3 pada 2018. Sempat ada masalah di awal tender pembangunannya ketika pemenang awal proyek ini, Geo Dipa, mengundurkan diri.


  Aktual | Tempo