Tampilkan postingan dengan label Fauna. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fauna. Tampilkan semua postingan

Spesies Baru Komodo Ditemukan di NTT

Spesies Baru Komodo Ditemukan di NTT
Komodo
Kupang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tengga Timur menemukan spesies baru komodo. Spesies baru binatang bernama latin Varanus komodoensis itu ditemukan di tiga lokasi di Pulau Flores. "Saat ini kami sedang melakukan penelitian terhadap spesies sejenis komodo tersebut," kata Kepala Balai KSDA NTT Wiratno, Senin, 16 Desember 2013.

Spesies sejenis komodo itu ditemukan di tiga lokasi, yakni Pulau Antaloe dan Kecamatan Riung di Kabupaten Ngada, serta Desa Pota di wilayah Utara Kabupaten Manggarai Timur. Kadal raksasa yang ditemukan itu sangat mirip dengan komodo yang berada di Taman Nasional Komodo di Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Petugas Balai telah mengambil sampel darah binatang mirip komodo itu untuk dilakukan penelitian. "Kami telah mengambil sampel darahnya untuk diteliti balai besar di Jakarta guna memastikan spesies yang baru ditemukan itu sejenis komodo yang berada di TNK Pulau Komodo," katanya.

Menurut dia, berdasarkan pengamatan Balai KSDA NTT selama beberapa bulan di habitat dari spesies tersebut, pola hidupnya sangat mirip dengan komodo yang berada di TNK. Di antaranya spesies itu memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning, dan bercabang. Selain itu, ujar Wiratno, spesies ini juga mempunyai inteligensi yang bagus. Ini terlihat pada saat berburu atau mencari mangsa. Binatang ini memburu rusa, kerbau, dan babi hutan.


  Tempo  

Ikan Mirip Ular Ditemukan di Bangka

Bangka Hampir tiga minggu terakhir ini, masyarakat Bangka dihebohkan dengan cerita soal penemuan ikan aneh di Desa Ranggung, Kecamatan Payung, Bangka Selatan.

Berdasarkan informasi yang terhimpun, ikan tersebut berkepala seperti ikan gabus dengan tubuh ikan kelik atau lele. Saat dikunjungi akhir pekan lalu, ikan aneh tersebut masih hidup dipelihara di dalam kolam.

Penangkap ikan yang masih sebangsa ikan belut tersebut adalah Baijuri (51). Dia adalah warga Ranggung, Kecamatan Payung, Bangka Selatan, Bangka Belitung.

"Ikan ni iniku (saya) dapat, masuk njep (bubu, perangkap ikan yang dibuat dari bambu) yang ku pasang di Sungai. Hampir tiga minggu dak ku pereh (tidak datangi) setelah dipasang njap to (itu). Tau-tau ade ikan aneh ni (tahu-tahu ada ikan aneh ini) di dalamnya," ujar bapak yang memiliki tiga anak ini.


  Kompas  

LIPI temukan biota laut berbahaya di Teluk Ambon

Ilustrasi Biota Laut
Ambon - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon memperingati adanya biota laut berbahaya seperti kerang dan ikan akibat penemuan plankton beracun di teluk Ambon.

"Hasil penelitian yang dilakukan Pada Mei - Juni 2013 ditemukan species plankton beracun atau sel alga beracun atau Pyrodinium sp di seputar teluk Ambon sehingga warga kota harus mewaspadai biota laut berbahaya," kata peneliti LIPI Ambon, Yosmina Tapilatu, Kamis.

Menurut dia, penelitian tersebut akan dilakukan berkala. Hasil penelitian ditemukan species plankton tidak dalam jumlah banyak tetapi harus menjadi perhatian warga.

Plankton tersebut dapat menyebabkan kematian massal biota laut, penurunan kualitas perairan, kerusakan ekosistem dan keracunan pada manusia.

Dikatakannya, sel berbahaya Pyrodinium dan plantkon ditemukan di Teluk Ambon pada 1994, perkembangannya kembali diamati oleh LIPI Ambon, pada Juli 2012 karena mulai tumbuh subur akibat musim penghujan.

"Masyarakat harus tahu alga jenis ini, karena tidak meracuni manusia secara langsung, tetapi melalui biota laut lainnya yang sudah terinfeksi olehnya. Kelimpahan selnya juga tidak bisa dihentikan begitu saja. Sejauh ini LIPI Ambon belum bisa mengukur kadar toksin dari kelimpahan sel Pyrodinium di Teluk Ambon," katanya.

Yosmina menjelaskan, plankton bahaya terjadi pada saat manusia mengkonsumsi ikan dan produk laut lainnya, terutama kerang karena tingkat akumulasi racun pada kerang sangat tinggi.

Pihaknya, meminta perhatian serius pemerintah dan warga akan bahaya plankton beracun. Perhatian warga, ditunjukkan dengan mengamati perubahan warna laut menjadi kemerahan atau kekuningan, kehijauan, oranye dan kecoklatan.

"Warna air laut yang tidak tercemar species berbahaya yakni jerih dan tidak melebihi ambang batas, sehingga harus menjadi perhatian warga kota," katanya.

Ia menambahkan, pyrodinium menginfeksi biota laut melalui air, Plankton Dino Fragilata bersemayam di dalam daging biota laut, seperti ikan dan menyebabkan kematian hewan itu.

Manusia yang mengkonsumsi ikan-ikan mati akibat Plankton Dino Fragilata, juga akan mengalami keracunan dan bisa menyebabkan kematian.

"Keberadaan Phytoplankton itu dapat menyebabkan hilangnya beberapa habitat ikan-ikan tertentu, khususnya yang memiliki radar terhadap toksin, mereka cenderung menghindar ke tempat lain," ujarnya.


  Antara  

Elang Brontok Dilepasliarkan

Elang Brontok
Elang Brontok (raptorindonesia.org)
YOGYAKARTA -- Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta Amy Nurwati, Rabu (2/10), melepasliarkan seekor elang brontok (spizaetus cirrhatusi) di kawasan Hutan Adat Wonosadi, Dusun Duren, Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, DIY.

Pelepasliaran ini dikarenakan elang jenis ini sudah mengalami penurunan populasi. Selain melepas elang brontok, Amy bersama Direktur Utama Gembira Loka Zoo (GLZoo) KMT A Tirtodiprojo alias Joko, juga melepas 250 ekor burung, seperti pipit, kultlang, deruk dan burung puter.

Dijelaskan Amy, elang brontok merupakan salah satu kekayaan keanekaragaman hayati yang persebarannya antara lain di Pulau Jawa.

Namun kini populasinya semakin berkurang akibat kerusakan hutan dan habitatnya, serta ulah manusia. Padahal, kata Amy, jenis elang brontok termasuk satwa yang dilindungi undang-undang.

Menurut dia, elang brontok jantan yang dilepasliarkan ini seorang warga Sleman yang menyerahkan ke BKSDA, pada 12 April 2010 lalu.

Selanjutnya, BKSDA Yogyakarta menitipkan ke Gembira Loka Zoo selama lima bulan, sebelum dilepasliarkan. Ini merupakan salah satu upaya BKSDA mempertahankan populasi elang.

"Karena itu kami sangat berharap masyarakat dengan penuh kesadaran menyerahkan elang yang dipelihara secara individu. Nantinya kami titipkan ke lembaga konservasi," harap Amy.

Dia menilai elang yang dilepasliarkan mampu bertahan hidup di alam liar, setelah menjalani serangkaian pelatihan menangkap mangsa. Sedangkan dipilih Gunungkidul sebagai pelepasliaran, karena kawasan hutan tersebut merupakan habitat elang brontok.

"Berdasarkan survey kami, di lokasi ini ada 4 ekor elang brontok dan sarangnya," tuturnya.

Amy mengatakan, untuk menyelamatan satwa predator elang brontok dari kepunahan butuh keterlibatan semua pihak. Maka perlu upaya perlindungan dari pemerintah untuk kelangsungan hidup satwa ini.

Sementara Joko menyatakan dukungannya atas pelepasliaran elang brontok ini karena GLZoo sendiri salah satu fungsinya melestarikan kehidupan satwa. "Jadi, satwa bukan saja dipelihara secara in-situ, tapi ex-situ juga dilakukan," katanya.

Dengan dilepasliarkan elang brontok ini diharapkan akan berjodoh dengan elang sejenis yang telah ada di hutan setempat, sehingga populasi satwa ini akan berkembangbiak. Dan, masyarakat termasuk pengunjung hutan setempat bisa melihat kehidupan elang itu sendiri.

"Elang ini bisa berubah warna menyesuaikan kondisi lingkungan, dari semula warna terang menjadi gelap. Ini untuk melindungi diri," katanya.


Warga Jepara tangkap macan tutul Phantera Pardus

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTIU2LriSVa-b3qbhHkkXhxI5xIHqPDx648zlbndhGA2CNjFMZUjg
Ilustrasi
Seekor macan tutul jenis Phantera Pardus, menyasar ke perkampungan penduduk, di Lereng Gunung Muria, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng). Saat ini, macan itu telah dievakuasi ke Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng.

"Macan itu terperangkap di rumah perkampungan, di Lereng Gunung Muria, Kabupaten Jepara," ujar Kepala Seksi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Johan Setiawan, kepada wartawan, Jumat (6/9/2013).

Ditambahkan dia, pihaknya bersama tim dari KSDA Jawa Tengah, berangkat dari Semarang menuju lokasi terperangkapnya macan itu. Lokasinya di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara.

“Macan itu terperangkap jebakan warga. Sebelumnya ada informasi beberapa ternak hilang. Evakuasi juga melibatkan dokter hewan untuk memeriksa kondisinya. Rencananya akan dikembalikan ke habitat aslinya, tentu ada tahapan dulu,” lanjutnya.

Johan mengatakan, macan itu terperangkap di kandang ayam yang dipasang pintu jebakan. Pemilik kandang, kata Johan, sudah satu tahun terakhir kehilangan 29 ayam, empat ekor itik dan lima ekor kambing.

"Macan sudah dievakuasi dengan bius 5 cc, awalnya dalam kondisi stress agak galak. Jenisnya Panthera Pardus jantan," tutupnya.


  Sindo 

Kronologis kematian singa dan harimau di Jambi

Jambi - Pelaksana Harian Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Nurzaman, Senin menyatakan, kronologi kematian dua ekor singa Afrika dan seekor harimau Sumatra di Kebun Binatang Jambi akibat diracun sudah diketahui sejak 12 Agustus 2013 lalu.

Menurut dia, pada tanggal tersebut, seekor harimau Sumatera bernama Peter mendadak lumpuh dan tidak bisa berjalan.

Hewan tersebut kemudian dipindahkan dan ditangani oleh dokter hewan dan Balai KSDA Jambi. Tak lama, dua ekor singa juga mengalami hal yang sama, termasuk seekor anak harimau lainnya bernama Ayu juga mengalami hal yang sama.

Namun pada 17 Agustus 2013, Peter dan dua singa Afrika bernama Gebo dan Sonia tidak dapat tertolong dan mati pada hari yang sama dengan jam berbeda, sementara Ayu dapat ditolong hingga kondisinya mengalami pemulihan.

Selanjutnya, kata Nurzaman, sampel organ hewan tersebut dibawa ke Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner, Bukittinggi, Sumatera Barat untuk diteliti di laboratorium.

"Kami bawa sampel organ tubuh seperti Hati, Paru, Ginjal, Usus, dan sisa makanan dalam lambung hewan tersebut," katanya di Jambi.

Dari hasil penelitian tersebut, lanjut dia, pada 22 Agustus didapatkan hasil laboratorium bahwa penyebab kematian tiga ekor satwa langka tersebut karena racun jenis Striknin.

"Racun ini merupakan jenis racun untuk mengeliminasi anjing liar yang menyebakan rabies. Jenis racun ini tidak dijual bebas," katanya.

Pengadaan jenis racun Striknin ini dilakukan distributor hanya kepada Dinas Peternakan sebagai kebutuhan khusus untuk memberantas anjing liar.

"Jadi dari sana kami sudah mendapatkan petunjuk siapa pelaku pembunuhan hewan tersebut," katanya.

Saat ini, pihaknya bekerja sama dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sudah memeriksa empat orang saksi terkait pembunuhan itu.

"Kami bersama PPNS telah melakukan investigasi dan memeriksa empat orang saksi, yakni pemasok daging ke kebun binatang, keeper atau pawang, dan penjaga malam," katanya.

Kasus tersebut, kata Nurzaman, akan diserahkan kepada pihak berwajib, yakni Polda Jambi untuk mengusut lebih dalam siapa di balik peristiwa tersebut.

Khusus untuk Ayu, anak harimau yang sedang dalam masa pemulihan, Nurzaman mengatakan, pihaknya melakukan pengawasan ekstra terhadap hewan itu.

"Kami mensiagakan keeper dan pegawai serta dokter hewan khusus untk Ayu. Bahkan ada yang yang berjaga dan tidur di atas kandang Ayu, untuk memantau kondisinya 24 jam," lanjut dia.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jambi, Sepdinal, mengatakan, pihaknya sangat menyesalkan atas kejadian tersebut.

"Kami menyesal sekali atas peristiwa ini. Kami akan mengeavaluasi sistem keamanan di Kebun Binatang Taman Rimba Jambi, dengan menambah jumlah personil dan memasang CCTV," katanya.

Menurut dia, sejak mulai matinya hewan itu, pihaknya sudah memberi tahu Gubernur Jambi secara langsung.

"Kami sudah beritahu Gubernur Jambi, dan dia menyayangkan peristiwa itu dan memerintahkan untuk segera mengusut pelakunya.

Sepdinal mengatakan, pihaknya tidak dapat menaksir angka kerugian atas kematian tiga ekor hewan tersebut, sebab hewan tersebut tidak diperjualbelikan.

"Kami tidak dapat menaksir. Tapi kami pikir harganya tidak ternilai karena hewan ini jenis hewan dilindungi," kata dia.


  Antara 

10 Harimau Sumatera Diperdagangkan Secara Online?

Harimau Sumatera
Harimau Sumatera
JAMBI--Forum Konservasi Harimau Kita mensinyalir antara tujuh hingga 10 ekor harimau Sumatra asal Jambi selama 2012 dibawa ke luar negeri untuk diperdagangkan bagian tubuhnya.

"Itu baru dari wilayah Jambi bagian timur saja, harimau yang diperdagangkan itu hasil perburuan bukan hanya di taman nasional maupun di beberapa kawasan lain di Jambi," ujar Sekretaris Forum Harimau Kota, Iding Achmad Haidir di sela-sela aksi Indonesia Celebrates Global Tiger Day di Jambi, Senin.

Jika ditambah perburuan harimau di Jambi bagian barat, jumlah harimau Sumatra asal Jambi yang diperdagangkan hingga ke luar negeri itu diperkirakan akan lebih banyak lagi.

Menurut dia, Harimau yang dibawa keluar Jambi itu dalam keadaan mati dan diperdagangkan organ tubuhnya untuk dibawa ke luar negeri. Disinyalir sebelum dibawa keluar, barang tersebut dibawa memutar melalui Palembang, Pekanbaru, dan juga Lampung sebelum dibawa ke Singapura untuk kemudian dijual bebas ke beberapa negara tujuan.

Dari hasil investigasi Forum Harimau Kita, kata Iding terindikasi ada sindikat atau mafia penjualan organ-organ tubuh harimau yang kemungkinan memiliki jaringan hingga tingkat internasional. "Bisa jadi, karena antara yang di timur (Jambi) dan di barat mereka saling kenal," katanya.

Semakin luasnya penggunaan jaringan internet hingga ke daerah daerah semakin mempermudah perdagangan satwa paling dilindungi itu. Tidak hanya harimau, beberapa satwa dilindungi juga menjadi objek menjanjikan untuk diperjual belikan.

"Untuk itu, melalui Tiger Day kali ini, kami mengajak masyarakat untuk mewaspadai perdagangan harimau maupun satwa dilindungi lainnya melalui internet. Karena perdagangan satwa dilindungi ini bahkan sudah merambah situs situs jual beli internet yang sudah populer," jelasnya.

Ia menyebutkan, pada 2012 saja, pihak berwajib berhasil mengamankan 22 ofsetan harimau dan dua jenis lainnya yang diperdagangkan melalui situs internet.


  ● Republika  

[Foto] Penyelamatan Orangutan

Tim dari Orangutan Information Centre (OIC) berusaha mengeluarkan peluru yang bersarang di pelipis mata Orangutan Sumatera, ketika melakukan penyelamatan di Desa Air Hitam, Kec. Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumut, Minggu (21/7/2013). OIC menyelamatkan Orangutan Sumatera betina berumur 15 tahun karena terisolasi di perkebunan warga.[Foto: ANTARA/Irsan Mulyadi]



BUNUH BAYI HARIMAU, Pencari Kayu Dikepung 4 Harimau Dewasa

Ilustrasi-Harimau Sumatra/worldwildlife.org
Ilustrasi harimau sumatra
SUMATRA - Kejadian ini bisa jadi tak ingin dialami siapa pun.

Gara-gara membunuh seekor bayi harimau, 5 orang pencari kayu kini masih terkatung-katung di atas pohon yang dikepung 4 ekor harimau dewasa.

Insiden itu bermula saat para pencari kayu yang sedang berada di wilayah Taman Nasional Gunung Leuser, yang berada di wilayah perbatasan Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh itu, tidak sengaja membunuh seekor anak harimau. Demikian dilaporkan BBC news untuk wilayah Asia, Minggu (7/7).

Awalnya, sembari mencari kayu untuk bahan dupa, 6 orang pria penduduk sekitar itu memasang perangkap rusa.

Namun, bukannya rusa yang terperangkap, seekor anak Harimau Sumatra lah yang justru terpedaya. Tak hanya itu, harimau kecil malang itu pun akhirnya mati dalam perangkap.

Rupanya, di saat sekarat, erangan bayi harimau yang kesakitan mengundang perhatian sejumlah harimau dewasa.

Harimau-harimau itu pun segera datang dan membuat para pencari kayu tersebut tunggang langgang menyelamatkan diri.

Lima orang berhasil memanjat pohon, tapi malang pria keenam yang diidentifikasi bernama David, 28, tak lolos dari sergapan para raja hutan tersebut.

Kini, kelima orang itu terjebak di atas pohon, sementara di bawah mereka 4 ekor harimau dewasa menanti mereka turun.

Beruntung, di antara lima pria yang berlindung di atas pohon itu ada yang bisa meminta pertolongan kepada warga yang dikenalnya melalui telepon genggam yang ia bawa.

Warga pun sempat akan melakukan pertolongan. Namun, begitu melihat ada 4 ekor harimau dewasa menanti di bawah pohon tempat kelima orang itu menyelamatkan diri, warga pun segera mundur.

Warga yang menjadi ciut nyalinya hanya bisa melihat 5 orang di atas pohon dan 4 ekor harimau di bawahnya dari jarak cukup jauh.

Menurut aparat polisi setempat, bala bantuan diperkirakan baru tiba pada Rabu (10/7) mendatang.

"Kira-kira butuh 2 sampai 3 hari untuk mencapai lokasi, karena lokasi hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki" ujar Dicky Sondani, kepala kepolisian setempat kepada BBC.

"Jika Harimau ini tetap berada di bawah sana menunggui para pria itu, maka kami terpkasa harus membius harimau-harimau untuk menyelamatkan mereka" tambahnya Dicky, yang masuk ke dalam hutan bersama anggota tim pencarian pada Sabtu.

Sampai saat ini, kelima orang tersebut masih berada di atas pohon, menunggu bala bantuan datang di lokasi yang merupakan bagian dari taman nasional seluas 7. 930 km persegi itu. (Kabar24)


  Kabar24 

Harimau Sumatra Diobati dengan Akupunktur

Seekor harimau Sumatra dari taman safari Ramat Gan di Tel Aviv, Israel mengalami infeksi telinga dan diobati dengan akupunktur. Harimau berusia 14 tahun ini dibius sebelum mendapat tusukan jarum akupunktur. 

Pakar pengobatan alternatif, Mor Mosinzon (kiri) memeriksa Pedang, harimau Sumatra yang menderita infeksi telinga, di Taman Safari Ramat Gan dekat Tel Aviv, Israel hari Minggu (9/6). TEL AVIV, ISRAEL — Pengobatan alternatif tampaknya tidak hanya bagi manusia saja. Hewan juga mendapat pengobatan alternatif jika pengobatan medis tidak memberi hasil yang menggembirakan.

Pedang, harimau Sumatra milik Taman Safari Ramat Gan d Tel Aviv, Israel menderita sakit telinga kronis sehingga harus dirawat setiap beberapa bulan. Para pakar hewan di Israel, hari Minggu memilih menggunakan metode pengobatan ini karena pengobatan lazim bagi hewan tidak mampu menyembuhkannya.

Mor Mosinzon, pakar pengobatan alternatif bagi hewan di Taman Safari Ramat Gan mengatakan

Mosinzon mengatakan, "Pedang menderita sakit telinga jadi setiap beberapa bulan sekali dibius dan telinganya dibersihkan dan hari ini diobati dengan akupunktur yang diharapkan bisa membantu kondisi kesehatannya."

Jarum-jarum akupunktur ditusukkan di sekitar telinga Pedang yang sakit, metode pengobatan alternatif ini, di Tiongkok lazim digunakan para pakar hewan untuk mengobati berbagai penyakit.

Mor Mosinzon, juga mengatakan Taman Safari Ramat Gan kerap melakukannya pada hewan lainnya, meskipun tantangan yang dihadapi pada harimau lebih besar.

Mosinzon menambahkan, "Kami melakukannya setiap hari pada kucing, anjing, kuda. Lebih sulit melakukannya pada hewan liar karena kita tidak bisa dekat dengan mereka."

Pedang bukan satu-satunya harimau asal Indonesia yang tinggal di kebun binatang di Israel. Kebun binatang Jerusalem Biblical di Yerusalem mencantumkan dua harimau Sumatra dalam situs webnya yang diberi nama Avigdor dan Chana. Keduanya adalah sumbangan dari seorang warga di Amerika dan seorang donatur yang tidak ingin namanya dikenal.(Made Yoni/ Sumber: AP, Reuters)


  VoA  

Harimau Sumatera


Seekor Harimau Sumatera berada di dalam kerangkeng saat dipindahkan ke Kebun Binatang Bukitinggi, Sumbar, Jumat (10/5). Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), berusia 4-5 tahun seberat 90 kilogram dengan panjang 2,5 meter itu ditemukan warga terjebak dalam perangkap babi milik warga di Bukit Gading, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Selasa (7/5).(FOTO ANTARA/Arif Pribadi)



  Antara  

Ditemukan, Bukti Keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan

 Hewan spesies ini sudah masuk kategori terancam punah

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/08/09/167038_badak-sumatra-tertangkap-kamera-di-aceh_209_157.JPG
 Badak Sumatra
Tim pemantau WWF-Indonesia menemukan bukti keberadaan Badak Sumatera di Pulau Kalimantan. Temuan ini membawa angin segar bagi dunia konservasi nasional dan internasional mengingat keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan sudah tidak pernah terdengar dan diketahui keberadaannya, bahkan ditengarai telah punah sejak tahun 1990-an.

Dalam siaran persnya, Kamis 28 Maret 2013I, WWF-Indonesia mengungkapkan bahwa UCN (International Union for Conservation of Nature) telah mengklasifikasikan Badak Sumatera ini dalam kategori terancam punah (Critically Endangered).

Bagaimana penemuan bukti keberadaan satwa langka yang dilindungi itu? Berawal penemuan jejak segar yang mirip jejak badak saat tim WWF-Indonesia melakukan monitoring orangutan di Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur, yang juga merupakan wilayah Heart of Borneo. Mereka kemudian menggandeng Dinas Kehutanan Kubar, Universitas Mulawarman dan masyarakat setempat, melakukan survei lanjutan pada Februari 2013.

Hasilnya, tim survei menemukan beberapa jejak kaki badak, bekas kubangan, bekas gesekan tubuh badak pada pohon, gesekan cula pada dinding kubangan serta bekas gigitan dan pelintiran pada pucuk tanaman. Tim survei juga mengidentifikasi adanya ketersediaan pakan badak yang berlimpah dan bervariasi, lebih dari 30 spesies tumbuhan pakan.

Konfirmasi saintifik dari beberapa ahli Badak di WWF-Indonesia dan Universitas Mulawarman Dr.Chandradewana Boer menegaskan bahwa spesies tersebut kemungkinan besar adalah Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis).

Temuan survei tersebut juga didukung data historis sebaran Badak Sumatra di Kalimantan yang telah terdokumentasi sebelumnya. Hingga saat ini, belum dapat dikonfirmasi berapa individu badak yang teridentifikasi melalui temuan tersebut.

Survei Lanjutan$Direktur Konservasi WWF-Indonesia, Nazir Foead, menyatakan pihaknya bersama Kementrian Kehutanan dan Pemda Kubar akan melalukan survei lanjutan yang lebih komprehensif untuk memetakan preferensi habitat badak dan populasinya di Kutai Barat.

"Berdasarkan hasil survei ini, perlu segera disusun strategi bersama serta rencana aksi yang komprehensif dan partisipatif bersama parapihak terkait, sehingga. upaya konservasi Badak Sumatera di Kalimantan ini dapat berlangsung jangka panjang dan didukung pendanaan berkelanjutan,” katanya dalam keterangan persnya.

Menurut Nazir, temuan ini membawa kabar gembira dan menjadi momen penting sejak dicanangkannya Tahun Badak Internasional pada 5 Juni 2012 lalu oleh Presiden SBY.

Bupati Kubar, Ismael Thomas, mendukung upaya tersebut. Badak, Orangutan, Pesut, Macan Dahan, Banteng yang sudah sangat langka, dan ternyata masih ada di Kubar. "Keberadaannya harus dilestarikan, dan masyarakat semestinya bisa hidup secara harmonis dengan alam."(ren)


  ● Vivanews  

BKSDA temukan 89 ekor harimau tersebar di provinsi Jambi

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) asal Jambi bernama Salma (5), berada di pusat rehabilitasi Tampang Belimbing (Tambling), Kabupaten Lampung Barat, Lampung, Selasa (30/3). Konservasi alam Tambling (45.000 Ha), yang merupakan bagian dari TN Bukit Barisan Selatan, menyediakan sarana untuk melatih harimau, termasuk ruang terbuka seluas 2,5 Ha, agar tetap memiliki insting alami bertahan hidup, sehingga siap untuk dilepaskan ke alam liar.(ANTARA/Yudhi Mahatma)

Jambi | Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Provinsi Jambi, Tri Siswo Raharjo, Senin (4/3) mengatakan, sejak 2004 hingga 2013, pihaknya sudah berhasil mendata 89 ekor harimau yang tersebar di provinsi tersebut.

"Data jumlah harimau yang dimiliki (BKSDA) Provinsi Jambi saat ini berjumlah 89 ekor. Jumlah tersebut tersebar di sejumlah wilayah di Provinsi Jambi," katanya dalam keterangan tertulis kepada wartawan, di Jambi.

Menurut dia, sebanyak 43 ekor harimau diantaranya berada di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, yang berada di wilayah Jambi dan Riau. Ini berdasarkan laporan dari Taman Nasional Bukit Tiga Puluh tahun 2008.

Kemudian 22 ekor tertangkap camera trap di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), sepanjang tahun 2004 hingga 2010 lalu. Sementara itu di Distrik I, III, dan VI PT Wira Karya Sakti (WKS), berdasarkan pelaporan tahun 2012, tercatat ada 12 ekor harimau. sedangkan di kawasan pelestarian plasma nutfah PT WKS, berdasarkan pelaporan tahun 2012, tercatat ada 3 ekor harimau.

Selain itu, 6 ekor harimau juga tertangkap camera trap pada tahun 2012, di kawasan PR Restorasi Ekosistem (REKI). Sementara itu berdasarkan pelaporan tahun 2013, 2 ekor harimau lainnya diketahui berada di kawasan FZS.

"Saat ini, juga sedang dilakukan pencarian oleh BKSDA terhadap seekor harimau," kata Tri siswo.

Dibeberkan dia, sebelum menyerang warga Sungai Landai, Kelurahan Mestong, Muaro Jambi, pada Senin (4/3), harimau tersebut berhasil diburu dan tembak oleh petugas BKSDA dengan bius.

Namun karena kondisi yang gelap, petugas tidak berhasil mengejar dan mencari jejak harimau yang tertembak itu.

"Reaksi obat bius itu di tubuh harimau hanya 15 menit sejak ditembakkan, dalam masa itu, harimau sempat lari ke dalam hutan dan petugas kehilangan jejak sebab gelap," katanya.

Kalaupun petugas terus mencari, namun akan membutuhkan waktu yang lama, sementara bius yang ditembakkan hanya mampu membuat harimau pingsan selama 15 menit.

"Sebenarnya dalam standar operasi disarankan melakukan perburuan dan penembakan bius pada siang hari, namun saat itu harimau dijumpai pada malam hari, sehingga petugas segera bereaksi menembaknya," kata dia.(NF)


  ● Antara  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW_7Q_gMU8bWByPD8aRsTMrWQnA3C6m_cCcvcnflRenf66mPLH6EWCZhHh5b_QPi61GtYm3vlEiGg86qHAJIxpQMtGRwZ9W5G2ESw8QZXJubLJ_RU9z2t-AvqnBEJR3mwVMJ_hTXrI69s/s35/cinta-indonesia.jpg

Gajah Kerdil Kalimantan Makin Terancam

Gajah Kerdil Kalimantan Makin Terancam  Gajah Kalimantan sedang menyeberangi sungai di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Foto: WWF Kaltim

Jakarta | Populasi gajah kerdil Kalimantan makin terancam. Habitat gajah berukuran kerdil yang terletak di Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan, bakal dikonversi menjadi hamparan tanaman karet, jabon, dan sengon. Padahal habitat gajah berada dalam kawasan Jantung Borneo (Heart of Borneo).

Konversi lahan akan dilakukan oleh PT. Borneo Utara Lestari (PT. BUL) dan PT. Intracawood Manufacturing (PT. IWM). Dua perusahaan hutan tanaman industri itu saat ini telah mengantongi izin prinsip dan sedang melakukan anasilis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) untuk proses izin usaha hutan tanaman industri.

Agus Suyitno, Staf WWF-Indonesia Program Kalimantan Timur untuk Mitigasi Konflik Gajah-Manusia, mengatakan, penerbitan izin hutan tanaman industri di areal habitat gajah akan berdampak negatif bagi masyarakat setempat. Jika kawasan tersebut dibuka, gajah liar akan kekurangan pakan alami.

"Akibatnya, gajah akan mencari makan di permukiman masyarakat sehingga memicu terjadinya konflik," kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 1 Maret 2013. Menurutnya, pembangunan hutan tanaman industri oleh PT. BUL dan PT. IWM akan memperparah konflik gajah dan manusia yang sudah terjadi sejak 2005.

Kekhawatiran senada juga disampaikan Camat Tulin Onsoi, Santifil Oslo. Menurut Santifil, AMDAL perusahaan tidak sesuai dengan fakta lapangan. Sebab, kawasan calon hutan tanaman industri berada pada habitat gajah kerdil, meski terletak di Kawasan Budidaya Kehutanan. "Areal tersebut jangan dibuka, risikonya besar dan biayanya tinggi," katanya.

Analisis yang dilakukan WWF-Indonesia menunjukkan sekitar 66 persen kawasan yang diusulkan untuk dikonversi oleh PT. BUL dan seluruh kawasan yang diusulkan PT. IWM merupakan habitat gajah kerdil. Atas dasar itu, konversi habitat satwa liar untuk pembangunan hutan tanaman industri semestinya tidak dilakukan karena dapat mengganggu populasi gajah kerdil. Apalagi, kata Agus, sebaran gajah kerdil hanya sampai di Kecamatan Tulin Onsoi.

"Semestinya dihentikan operasinya atau dibatalkan izinnya," Agus menegaskan. Konversi habitat juga bertentangan dengan Permenhut No.P44/Menhut-II/2007 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi untuk Gajah Sumatera dan Gajah Kalimantan.

IUCN mengelompokkan gajah kerdil Kalimantan ke dalam kategori genting kritis. Hasil penelitian WWF-Indonesia dan BKSDA Kalimantan Timur pada 2007-2012 memperkirakan populasi gajah kerdil hanya berada di kisaran 20-80 ekor.

Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) dijuluki gajah kerdil karena ukuran tubuhnya relatif paling kecil di antara subspesies gajah lainnya di dunia. Masyarakat Dayak Agabag di Tulin Onsoi menyebut gajah ini dengan sebutan "Nenek". Mereka menganggap mamalia berbelalai ini satwa sakral yang tidak boleh diganggu atau dimusuhi.

Ilay, wakil ketua adat besar Sungai Tulid--salah satu kawasan yang menjadi wilayah jelajah gajah kerdil--menolak tegas konversi lahan menjadi hutan tanaman industri. Ia mengatakan di wilayah tersebut terdapat hutan adat. "Jika hutan kami dibuka lagi, "Nenek" akan marah dan pasti sering datang ke kampung dan memakan tanaman kami," kata dia.

Risiko konflik gajah dan manusia terus diupayakan di daerah itu. BKSDA Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Nunukan, dan WWF-Indonesia membentuk satuan tugas mitigasi konflik gajah yang beranggotakan masyarakat dari 11 desa di Kecamatan Tulin Onsoi. Satuan tugas bertugas mencegah dan menanggulangi konflik gajah dengan manusia. Upaya ini mulai manampakkan hasil karena intensitas kunjungan gajah ke permukiman masyarakat kini semakin menurun.


  Tempo  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW_7Q_gMU8bWByPD8aRsTMrWQnA3C6m_cCcvcnflRenf66mPLH6EWCZhHh5b_QPi61GtYm3vlEiGg86qHAJIxpQMtGRwZ9W5G2ESw8QZXJubLJ_RU9z2t-AvqnBEJR3mwVMJ_hTXrI69s/s35/cinta-indonesia.jpg

Harimau Sumatera Terjerat

Petugas evakuasi harimau korban jerat

http://img.antaranews.com/new/2012/11/small/20121114Anak-Harimau-Sumatra-141112-IM-1.jpgIlustrasi - Harimau sumatera (panthera tigris sumatrae). (FOTO ANTARA/Irsan Mulyadi)

Bengkulu | Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu menyelamatkan dan mengevakuasi seekor harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) yang terkena jerat di sekitar Desa Talang Sebaris Kabupaten Seluma, Bengkulu.

"Kondisi harimau betina itu cukup memprihatinkan dengan luka cukup parah karena jerat," kata Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Bengkulu, Jaja Mulyana di Bengkulu, Kamis sore.

Ia mengatakan, keberadaan harimau korban jerat itu diketahui dari informasi warga setempat kepada petugas BKSDA.

Warga yang mengetahui harimau terkena jerat tidak berani mendekat karena khawatir satwa terancam punah itu akan menyerang.

"Setelah menerima laporan itu kami langsung menurunkan petugas ke lokasi dan membawa kerangkeng," katanya.

Atas upaya petugas, harimau dapat dilepaskan dari jerat dan dimasukkan ke kerangkeng untuk upaya penyelamatan.

"Luka di bagian kepala dan kakinya cukup parah sehingga perlu pengobatan intensif,  jadi kami bawa ke Bengkulu," tambahnya.

Saat ini harimau terluka itu sudah berada di Kantor BKSDA Bengkulu untuk mendapatkan perawatan dari dokter satwa BKSDA.(KR-RNI/Z002)

Kondisi harimau sumatera terjerat makin membaik

http://img.antaranews.com/new/2011/07/small/20110713104716w24.gifHarimau sumatera yang terjerat perangkap di Sumatera. Menurut survei, 11 harimau sumatera tewas di tangan pemburu liar atau dibunuh warga terkait konflik harimau-manusia. (FOTO ANTARA/FB Anggoro)

Bengkulu | Balai Konservasi Sumber Daya Alam menilai, konsisi harimau sumatera terkena jerat warga yang berhasil dievakuasi pekan lalu kondisinya makin membaik, setelah sempat stres berat.

"Namun berdasarkan saran dokter hewan setempat, harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) itu memerlukan perawatan lebih intensif ke rumah sakit hewan," kata Kepala BKSDA Bengkulu, Anggoro Sujatmiko, Rabu.

Ia mengatakan, harimau betina yang diberi nama Tesa itu sekarang mengalami salah satu urat kaki belakang terjepit diduga akibat benturan saat kena jerat belum lama ini.

Sekarang dua kaki belakang hewan dilindungi itu terancam lumpuh meskipun kodisi kesehatannya mulai membaik dan memerlukan perawatan ronsen di rumah sakit hewan.

"Kewajiban kita mengusulkan agar harimau itu bisa di-rontgen supaya bisa mengetahui penyakit dideritanya, terutama pada bagian kaki belakangnya," katanya.

Masalah menetukan lokasi rosen itu tergantung perintah pusat rumah sakit hewan mana yang mau dirujuk, sehingga harimau itu betul-betul kembali sehat.

Sekarang proses pengobatan harimau betina itu dalam tahap penyembuhan dan tinggal dua kaki belakangnya yang belum normal, bila tidak cepat dironsen dikhawatirkan bisa lumpuh, ujarnya.

Kepala Tata Usaha BKSDA Bengkulu, Supartono, mengatakan, harimau itu setelah kena jerat berhasil masuk kerangkeng yang umpannya seekor kambing dan beberapa ekor ayam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pertama saat kondisi harimau itu makin lemas ada beberapa hal pemicu yaitu pada lehernya terluka cukup serius dan membusuk bahkan sudah berulat.

"Saat sudah dalam kerangkeng harimau itu membawa seutas tali diduga jerat dan masih terlilit dilehernya, selain itu, terdapat luka bagian lutut kaki belakang sebelah kanan, kondisinya lemah dan tidak nafsu untuk minum air," ujarnya.

Harimau betina itu berhasil dievakuasi dari wilayah Desa Talang Sebaris, Kecamatan Airpriukan, Kabupaten Seluma, Bengkulu, Kamis (21/2). (*)


  Antara  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW_7Q_gMU8bWByPD8aRsTMrWQnA3C6m_cCcvcnflRenf66mPLH6EWCZhHh5b_QPi61GtYm3vlEiGg86qHAJIxpQMtGRwZ9W5G2ESw8QZXJubLJ_RU9z2t-AvqnBEJR3mwVMJ_hTXrI69s/s35/cinta-indonesia.jpg

Spesies baru burung hantu ditemukan di Indonesia

http://ichef.bbci.co.uk/news/ws/340/worldservice/assets/images/2013/02/14/130214023431_rinjani_owl_512x288_ap.jpgAktivis pencinta burung mengatakan burung ini sudah diketahui sejak 1896

Sebuah spesies baru burung hantu ditemukan di pulau Lombok dan dinamakan burung hantu Rinjani, sesuai lokasi habitatnya.

Keberadaan spesies ini pertama kali diketahui oleh George Sangster seorang ahli burung dari Museum Sejarah Alam Swedia pada 2003, berdasarkan suaranya yang unik.

Burung ini memiliki "suara teritorial" yang menandakan daerah kekuasaan dan berbeda dari burung hantu lainnya.

Setelah melakukan pembuktian ilmiah selama 10 tahun, Sangster memastikan burung hantu ini adalah spesies baru. Hasil penelitiannya diterbitkan di jurnal sains Plos One.

"Saya terkejut bahwa identitas burung ini tersembunyi sekian lama dari dunia sains," kata Sangster seperti dilaporkan kantor berita Associated Press.

'Bukan sosok asing'

Namun menurut seorang juru bicara dari Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia), keberadaan burung hantu Rinjani telah diketahui sejak abad ke 19.

"Sejatinya burung ini bukan sosok asing bagi para ilmuan karena pertama kali ditemukan naturalis Inggris, alfred Everett pada Mei 1896 dan sempat diduga masuk ke dalam keluarga Celepuk [burung hantu] Maluku yang tersebar di Maluku dan Nusa Tenggara," kata Rahmadi, juru bicara Burung Indonesia pada BBC Indonesia.

"Hanya waktu itu belum diketahui bahwa ia adalah jenis tersendiri karena selain dugaan burung ini juga ada di tempat lain, untuk itu kan harus melalui penelitian sendiri baik morfologi, bentuk, ukuran dan suara," tambahnya.

Indonesia memiliki 1596 jenis burung dari 10.000 jenis burung yang ada di dunia.

Rahmadi mengatakan Burung Indonesia berharap temuan ini dapat menjadi motivasi untuk merawat hutan yang merupakan habitat alami burung liar.

"Penemuan ini memberikan peneguhan pada kita bahwa konservasi alam penting karena Celepuk Rinjani adalah jenis burung yang sangat bergantung pada hutan dan habitatnya, artinya keberadaannya di hutan alami, karena itu demi kelestariannya kita harus menjaga hutan-hutan di Indonesia sehingga burung-burung di dalamnya bisa dilindungi dan dilestarikan," kata dia


  • BBC 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW_7Q_gMU8bWByPD8aRsTMrWQnA3C6m_cCcvcnflRenf66mPLH6EWCZhHh5b_QPi61GtYm3vlEiGg86qHAJIxpQMtGRwZ9W5G2ESw8QZXJubLJ_RU9z2t-AvqnBEJR3mwVMJ_hTXrI69s/s35/cinta-indonesia.jpg