Tampilkan postingan dengan label ITS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ITS. Tampilkan semua postingan

ITS ciptakan alat peringatan gempa lewat SMS

Ilustrasi
Surabaya Mahasiswa ITS Surabaya menciptakan "software" untuk alat peringatan dini terjadinya gempa yang menimpa bangunan berstruktur beton dan peringatan itu disebarkan secara cepat lewat SMS (short message service/pesan singkat) kepada masyarakat.

"Software itu tidak hanya mampu mendeteksi gempa lebih awal untuk mengurangi korban jiwa dan materi, tetapi juga langsung memberikan peringatan cepat kepada masyarakat melalui SMS," kata mahasiswa Jurusan Teknik Sipil ITS Surabaya Robiy Ul Ars Al-Maliki di Surabaya, Jumat.

Ia menceritakan alat yang merupakan karya Tugas Akhir (TA) berjudul "Aplikasi Sistem Peringatan Dini pada Komponen Struktur Beton" itu dibuat untuk bangunan berstruktur beton, seperti gedung atau jembatan.

"Alat itu menggunakan sensor straingauge untuk mendeteksi keretakan beton," katanya saat mendemonstrasikan alatnya di Laboratorium Struktur Jurusan Teknik Sipil ITS Surabaya.

"Sensor straingauge" sendiri merupakan sensor yang digunakan membaca seberapa besar perpindahan yang terjadi pada material bangunan.

"Data yang diterima oleh sensor tersebut akan di-record menggunakan alat yang bernama Data Logger, sebuah alat penghitung kondisi bangunan yang dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya beban," katanya.

Data yang terekam oleh Data Logger tersebut akan otomatis terekam ke software yang dibuatnya itu. "Sofware itu yang akan menentukan antisipasi apa yang harus dilakukan oleh pihak yang berkaitan dengan permasalahan tersebut dan juga masyarakat sekitar," katanya.

Didampingi salah satu dosen yang ikut mengembangkan software itu, Nisfu Asrul Sani SKom MSc, ia mencontohkan di suatu apartemen ada indikasi terjadinya gempa berbahaya, maka akan disampaikan kepada para penghuni apartemen melalui SMS untuk menyelamatkan diri.

"Untuk kepentingan itu, masyarakat yang berada di wilayah terjadinya gempa harus melakukan register untuk mempermudah pengiriman SMS oleh software. Kalau tempat-tempat umum seperti itu pasti sudah ada pendataan, sehingga tidak sulit untuk memprogram nomor handphone siapa saja yang akan dikirimi SMS," katanya.

Untuk jembatan, pesan peringatan langsung dikirim ke pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan dengan cepat untuk meminimalkan korban. "Nantinya, kami juga bekerja sama dengan perusahaan provider untuk menyampaikan pesan peringatan ini," katanya.

Menurut Nisfu Asrul Sani yang merupakan dosen Jurusan Sistem Informasi itu, alat yang digunakan gedung dan jembatan itu berbeda.

"Gedung menggunakan alat sensor yang disebut akselerometer yang harus diletakkan di bagian atas atau atap bangunan, sedangkan jembatan menggunakan Lateral Vertical Displacement Transducer (LVDT) yang dipasang pada besi maupun beton yang tepat di tengah bentang jembatan," katanya.

Posisi pemasangan sensor tersebut memperhitungkan "moment ultimate" (besar perpindahan terbesar) yang terjadi pada benda. "Kalau gedung yang lebih mudah goyah kan bagian tertingginya, karena itu alat dipasang di atap. Kalau jembatan itu titik beratnya ada di tengah, lendutan terbesarnya ada di bagian tengah," katanya.

Robiy menambahkan ide TA itu muncul dari inisiasi dua dosennya, yakni Dr Ir Amien Widodo MS dan Data Iranata PhD. "Dari situ, saya coba eksekusi melalui tugas akhir saya, tapi karena merupakan hasil karya baru, maka alat dan software itu belum memiliki nama," katanya.

Namun, Data Iranata mengungkapkan alat itu akan segera diberi nama untuk dipatenkan. "Untuk sekarang masih tahap uji coba dan penyempurnaan," katanya. (*)


  Antara  

ITS sabet juara umum lomba mobil hemat

Mobil Hemat ITS
Surabaya - Tim ITS menyabet juara umum lomba mobil hemat bahan bakar bertajuk "Indonesia Energy Marathon Challenge" (IEMC) 2013 yang diikuti 53 tim dari 30 universitas se-Indonesia di Sirkuit Kenjeran Park, Surabaya, Jawa Timur 15--17 November.

"Karena hasil race hari terakhir dalam lomba irit (mobil hemat) itu, tim ITS menyabet empat dari enam kelas (dua kategori) yang dilombakan," kata Sekretaris Panitia Pelaksana IEMC 2013, Kenan Sihombing, di Surabaya, Minggu malam.

Didampingi staf Sekretariat Panitia Pelaksana IEMC 2013, Zahrah, dia menjelaskan untuk kategori prototype, tim ITS menyabet peringkat pertama pada kelas diesel, sedangkan kelas bensin menyabet peringkat kedua. Namun, pada kelas listrik justru kalah dari tim UI dan UPI.

"Sebaliknya, pada kelas urban, tim ITS menyabet peringkat pertama pada semua kelas yakni bensin, diesel, dan listrik," kata mahasiswa jurusan Teknik Mesin ITS itu.

Untuk proto bensin (kategori prototype kelas bensin), dari hasil race, Nakoela Hore UI mencapai 1.027,4650 kilometer per liter (km/lt), sedangkan ITS Team 1 mencapai 677,9639 km/lt.

Pada proto diesel (kategori prototype kelas diesel), ITS Team 4 dari ITS mencapai 399,2818 km/lt, sedangkan peringkat kedua tidak ada.

Pada proto listrik (kategori prototype kelas listrik), Arjuna Hore UI dari UI mencapai 252,4328 km/kWh dan Bumi Siliwangi 3 dari UPI menghasilkan 236,9837 km/kWh.

Untuk urban bensin (kategori urban kelas bensin), ITS Team 3 dari ITS mencapai 191,1462 km/lt dan Bengawan dari UNS mencapai 135,8922 km/lt.

Untuk urban diesel (kategori urban kelas diesel), direbut ITS Team 2 dari ITS dengan capaian 191,9998 km/lt dan Semar Urban dari UGM dengan capaian 111,8151 km/lt.

Untuk urban listrik (kategori urban kelas listrik), direbut Nagageni 2 dari ITS dengan capaian 100,1006 km/kWh dan Cikal Cakrawala EV dari ITB dengan capaian 69,2053 km/kWh.

"Selain peraih nilai terbaik, panitia juga menyiapkan juara best desain, best video, dan best team yang diumumkan pada penutupan lomba di Gedung Robotika ITS Surabaya," katanya.

IEMC sudah dua kali diadakan Jurusan Teknik Mesin ITS dengan dukungan Dirjen Dikti Kemendikbud pada tahun 2012 dan 2013 dengan juara umum diraih ITS dalam dua tahun berturut-turut itu.

Pada hari terakhir IEMC 2013 yang sempat disaksikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, tim Apatte 62 Brawijaya Team 1 kelas proto listrik mengalami kegagalan "race" akibat kesalahan teknis sehingga mobil menabrak balon gate start.


  Antara  

ITS ‘unjuk gigi’ mobil mini dengan bahan bakar oksigen


Lagi, ITS ‘unjuk gigi’ mobil mini dengan bahan bakar oksigen - Ikut berlaga di Chem-E-Car Competition Australia - Spektronics generasi VI
Spektronics Generasi VI
Spektronics ITS kembali unjuk gigi di kancah internasional. Tahun ini, mobil berukuran mini itu ikut berlaga di Chem-E-Car Competition, salah satu rangkaian konferensi internasional CHEMECA 2013 di Brisbane, Australia.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh lima organisasi profesi di dunia, yaitu Engineer Australia, IChemE Australia, IChemE New Zealand, Royal Australian Chemical Institute (RACI), dan Engineer New Zealand.

Chem-E-Car adalah kompetisi prototipe mobil yang digerakkan dengan reaksi kimia. Spektronics yang merupakan hasil kerjasama tiga disiplin ilmu di ITS yaitu Teknik Kimia, Kimia, dan Desain produk telah terbentuk sejak tahun 2010. Beberapa pertandingan baik di dalam maupun luar negeri telah diikuti, dan pada kompetisi kali ini ITS menurunkan Spektronics generasi VI.

“Alhamdulillah, tim Spektronics ITS berhasil meyakinkan penguji dan peserta konferensi bahwa teknologi yang ditawarkan ITS ini bisa mengurangi efek rumah kaca,” tutur Muhammad Averous, salah satu anggota tim Spektronics ITS.

Averous menjelaskan bahwa Spektronics VI menggunakan prinsip kerja mesin piston dengan bahan bakar oksigen. Oksigen yang dipakai adalah hasil reaksi dari penguraian hidrogen peroksida dengan bantuan katalis potasium iodida.

Meski begitu, reaksi tersebut rupanya juga menghasilkan air sebagai produk samping yang dapat mengganggu sistem mekanis piston. “Oleh karena itu, pada Spektronics generasi VI ini dilengkapi dengan penangkan uap air, sehingga hanya oksigen yang akan mengisi mesin piston,” tambah Jeffry Pratama, anggota tim yang lain.

Tak hanya canggih, keunikan bodi Spektronics juga menjadi daya tarik yang lain. Desain bodi Spektronics terinspirasi oleh bentuk ikun hiu, atau dalam bahasa jawa disebut sura. Dimana sura dikenal sebagai ikon kota Surabaya, kota pahlawan tempat kampus ITS berdiri.

Pada perlombaan ini ITS berhasil menyabet Juara 1 pada sesi presentation poster dan Juara 3 untuk race competition. Team sangat gembira dengan hasil yang dicapai, mengingat persiapan yang hanya dilakukan satu hari sebelum lomba di State Library of Queensland.

“Kami atas nama tim Spektronics mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan partisipasi semua pihak terkait sehingga nama Indonesia pada umumnya serta nama ITS pada khususnya bisa terukir indah pada kegiatan internasional,” pungkas Setiyo Gunawan ST PhD.@angga_perkasa


Mobil Mini ITS Juara di Australia

Mobil Mini ITS Juara di AustraliaSurabaya - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menorehkan hasil gemilang di lomba otomotif tingkat internasional lewa karya Specktronic. Anggota tim Spectronic ITS, Muhammad Averous, mengatakan mobil ukuran mini tersebut ikut berlaga di Chem-E-Car Competition, salah satu rangkaian konferensi internasional CHEMECA 2013 di Brisbane, Australia. Chem-E-Car adalah kompetisi prototipe mobil yang digerakkan dengan reaksi kimia.

Rancangan mobil ini atas kolaborasi tiga disiplin ilmu di ITS, yakni Teknik Kimia, Kimia, dan Desain Produk. "Lomba kali ini ITS menurunkan Specktronic generasi VI. Tim berhasil meyakinkan penguji dan peserta konferensi bahwa teknologi ini bisa mengurangi efek rumah kaca," kata Averous di Surabaya, Selasa, 1 Oktober 2013.

Specktronic VI mengusung prinsip kerja piston dengan bahan bakar oksigen. Oksigen yang dipakai adalah hasil reaksi dari penguraian hidrogen peroksida dengan bantuan katalis potasium iodida. Mobil generasi terbaru ini juga dilengkapi penangkap uap air, sehingga hanya oksigen yang akan mengisi mesin piston. Mobil Specktronic sebelumnya sempat menghasilkan air sebagai produk sampingan dan bisa mengganggu sistem mekanis piston.

Jeffry Pratama, anggota Specktronic ITS lainnya, mengatakan keunikan bodi Specktronic menjadi salah satu daya tarik juga. Sebab, desain mobil ini terinspirasi bentuk ikan hiu yang menggambarkan juga ikon Kota Surabaya. Dalam lomba, ITS berhasil menyabet juara 1 sesi presentation poster dan juara 3 untuk race competition. "Kami bersyukur, mengingat persiapan hanya satu hari menjelang lomba di State Library of Queensland," kata Jefrry.


  Tempo  

Mahasiswa ITS Rancang Kota Apung

Mahasiswa ITS Rancang Kota Apung
Ilutrasi
Surabaya - Reklamasi pantai yang diharapkan menjadi jalan keluar bagi perluasan lahan pemukiman justru menimbulkan masalah baru. Hal itulah yang melatarbelakangi tiga mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Rigan Satria A Putra, Puput Wiyono, dan Titis Wahyu, tergerak untuk menciptakan ide kota apung masa depan.

Ide itu dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM GT) dengan judul “Surabaya Frishhap Kota Terapung Masa Depan dengan Desain Floating Ring Shaped Plate sebagai Solusi Pemekaran Kota Surabaya”. Pada Pekan Ilmiah Mahasiswa (Pimnas) XXVI dua pekan lalu di Mataram, Nusa Tenggara Barat, karya mereka meraih medali emas.

Rigan Satria menyatakan, dampak negatif reklamasi bukan satu-satunya hal yang melatarbelakangi munculnya ide kota apung. Naiknya permukaan air laut dan juga tingginya laju pertumbuhan penduduk menjadi alasan lain penciptaan ide tersebut. “Kalau dengan reklamasi, selain merugikan manusia, juga merugikan habitat laut, bahkan merusaknya,” ujar mahasiswa Jurusan Arsitektur angkatan 2009 ini.

Dalam kota apung ini ada beberapa bangunan yang merupakan fasilitas umum dan juga pemukiman warga. Bangunan utama memiliki diameter sepanjang 200 meter dan mampu menampung 12.000 penghuni. “Di main building terdapat rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum lainnya,” kata Rigan, Sabtu, 28 September 2013.

Sedangkan di setiap ‘cincin’ area rumah apung dapat dihuni hingga 32 orang. Pembuangan limbah juga tak luput dari perhitungan. Sebelum akhirnya di buang ke laut, limbah akan terlebih dahulu diolah sehingga tidak mencemari kawasan perairan. Kota apung ini bisa diterapkan di daerah pesisir manapun yang merupakan perairan tenang.

Komponen bangunan utama kota apung sendiri terdiri dari beberapa bagian. Yakni top rise, area fluktuatif, town ring, dan badan tumpu. Top rise  merupakan bagian bangunan paling atas yang menggunakan konstruksi baja sebagai struktur penangkal petir dan penangkap sinyal. Sedangkan town ring merupakan bagian bawah bangunan yang terbuat dari bahan kedap air sehingga dapat menerima gaya tekan air dengan baik.

Antara top rise dan town ring  dihubungkan dengan area fluktuatif. Area ini didukung sistem pegas sehingga dapat meredam tumbukan. “Konsepnya ini sama seperti kereta monorel. Jadi antara bagian atas dan bawah tidak langsung menempel sehingga tahan terhadap goncangan gempa, apalagi hanya pergerakan permukaan air laut,” kata mahasiswa yang sekarang melanjutkan S2 Perancangan Arsitektur di ITS ini.

Pondasi kota apung tertancap ke dasar laut namun bersifat floating fluktuatif terhadap pergerakan air. Sehingga efek dari pergerakan air tidak terlalu berarti dibandingkan dengan reklamasi alias pondasi tidak gampang rusak.

Konsep kota apung dirancang tanpa kendaraan pribadi karena sudah disediakan transportasi umum untuk para penghuninya. Hal tersebut untuk mewujudkan green architecture dalam rancangan kota apung yang dibuat.

Selain aksesibilitas, pembangkit listrik pun tidak menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM), namun memanfaatkan kondisi alam yang ada di sana. “Di area laut kan kaya angin, jadi kita menggunakan kincir angin, selain itu juga memanfaatkan solar cell dari sinar matahari,” lanjut Rigan.

Menurut Rigan konsep kota apung yang dipadukan dengan green concept architecture  membutuhkan investasi awal yang tidak sedikit. Namun konsep ini memang dirancang agar ramah lingkungan dan efisien. “Memang dibutuhkan investasi yang besar di awal untuk merealisasikan konsep ini, tapi pasti akan sustainable dalam jangka waktu 50 sampai 100 tahun,” kata dia.


  Tempo 

Sapu Angin ITS Optimistis Menang di Australia

Sapu Angin ITS Optimistis Menang di  AustraliaSurabaya - Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya kembali berlaga di ajang balap tingkat mahasiswa. Siti Choirun Nisa, anggota tim Solar Car Racing Team ITS, menuturkan ITS sebagai satu-satunya perwakilan Indonesia di ajang World Solar Challange 2013 yang dihelat Federasi Motorsport Australia.

World Solar Challange adalah kompetisi dua tahunan untuk mobil balap bertenaga surya yang mencakup 3.021 kilometer (1.877 mil) melalui rute pedalaman Australia, yaitu dari Darwin ke Adelaide. Ia mengatakan, perlombaan ini diikuti banyak tim dari berbagai negara, baik dari universitas atau perusahaan. "Tahun ini, Indonesia hanya diwakili oleh ITS," kata Siti di kampus ITS Surabaya, Jumat 27 September 2013.

Tim Solar Car Racing didampingi oleh Nur Yuniarto selaku dosen pembimbing dengan anggota sebanyak 18 mahasiswa lintas jurusan di ITS. Menurut Siti, ajang ini bertujuan mempromosikan penelitian mobil bertenaga surya. Pada 2005, ada 22 tim dari 11 negara yang masuk kategori lomba utama. Tahun ini, timnya harus bersaing dengan 42 tim dari 24 negara yang akan berlaga di Bridgestone World Solar Challange. "Tim optimistis memenangkan perlombaan ini."

Penilaian lomba menekankan pada keseimbangan efisiensi dan konsumsi daya. Waktu kecepatan berkendara yang optimal tergantung pada cuaca dan sisa kapasitas baterei. Balapan berlangsung malam hari karena saat siang hari dimanfaatkan untuk pengisian baterei lewat kekuatan sinar matahari. Untuk menangkap sebanyak mungkin energi surya, panel surya diarahkan tegak lurus terhadap sinar matahari agar dapat menyerap sinar maksimal.

Rangkaian lomba dimulai dengan scrutineering mulai 1-4 Oktober. Dilanjutkan kualifikasi awal perlombaan. Tim kembali ke Tanah Air dijadwalkan 17 Oktober 2013. "Lomba dimulai tanggal 6-13 Oktober dengan rute mulai Darwin ke Adelaide," kata Siti.


  Tempo 

Mobil buatan mahasiswa ITS akan adu cepat di Australia

 Widya Wahana Sapu Angin Karya Mahasiswa Teknik ITS 

Widya Wahana Sapu Angin  Karya Mahasiswa Teknik ITS
Widya Wahana Sapu Angin IV
Mobil bertenaga surya generasi keempat berjuluk "Widya Wahana Sapu Angin" yang merupakan karya mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ITS siap berlaga dalam kompetisi "World Solar Challenge 2013" di Australia, 6-13 Oktober 2013 mendatang. Kesiapan itu ditandai dengan peluncuran "Widya Wahana Sapu Angin" atau "Sapu Angin Surya" oleh Rektor ITS Tri Yogi Yuwono DEA di halaman Rektorat ITS Surabaya, Sabtu (25/8).

"Tidak ada target resmi dari ITS. Bisa mencapai finish saja, kami sudah bersyukur," kata Tri Yogi dalam peluncuran itu, didampingi tim mahasiswa dan dosen pembimbing proyek Widya Wahana Sapu Angin Muhammad Nur Yuniarto seperti dilansir dari Antara.

Ia memberikan apresiasi yang cukup tinggi terhadap karya civitas akademika kali ini. Sebab lahirnya "Widya Wahana Sapu Angin" mewujudkan mimpi para pendahulu ITS untuk berlaga di kejuaraan mobil surya internasional.

"Tidak ada alasan bagi mereka untuk minder dengan kontingen dari negara lain, karena Widya Wahana Sapu Angin merupakan kontingen satu-satunya dan yang pertama dari Indonesia dalam kompetisi tersebut. Harumkan nama ITS dan Indonesia di Australia," katanya.

Dalam kesempatan itu, dosen pembimbing Muhammad Nur Yuniarto meyakini "Widya Wahana Sapu Angin" berbeda dengan tiga mobil surya sebelumnya, karena Widya Wahana generasi keempat itu hampir pasti berangkat ke Australia. Dosen Jurusan Teknik Mesin ITS itu menambahkan proyek pembuatan mobil surya itu menyerap dana yang tidak sedikit, karena komponen mobil yang digunakan merupakan kualitas terbaik yang ada di pasaran.

"Dana Rp 700 juta yang terserap, sebagian besar untuk membeli sel surya dan motor. Sel surya tersebut memiliki efisiensi yang cukup tinggi hingga 22,5 persen," katanya.

Selain itu, kontingen tunggal Indonesia dalam ajang "World Solar Challenge 2013" itu juga dilengkapi dengan baterai yang memiliki daya simpan hingga 5 KW. Untuk kecepatan dari "Widya Wahana Sapu Angin" atau "Sapu Angin Surya" itu sendiri bisa mencapai 100 kilometer per jam. "Jadi, kami optimistis bisa mencapai finis, karena finis dalam kejuaraan itu hanya memerlukan kecepatan 80 kilometer per jam," katanya.

Sementara itu, Manajer "ITS Solar Car Racing Team" Agus Mukhlisin menjelaskan pihaknya menargetkan masuk 10 besar dalam lomba mobil surya tingkat dunia yang pertama kali diikuti tim ITS itu.

"Sebagai satu-satunya wakil Indonesia dalam lomba mobil surya yang tahun 2013 diikuti 47 tim dari 26 negara itu, kami ingin membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia mampu bersaing dengan tim-tim dari perguruan tinggi ternama seperti Tokai University, Michigan, Stamford University, MIT, dan sebagainya," katanya.

 Berikut Mobil Hasil kreasi ITS 

Widya Wahana I
Widya Wahana II
Widya Wahana III

  Merdeka 

Baterai Gadget Tahan Lama dari ITS

Foto : ITSJAKARTA - Saat ini, gadget seakan menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Apalagi inovasi terbaru dalam dunia gadget sangatlah cepat Akan tetapi, pesatnya pertumbuhan gadget tersebut tidak diimbangi dengan daya tahan baterai.

Hal tersebut diakibatkan oleh keterbatasan daya tahan baterai Lithium. Fenomena ini kemudian menginspirasi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Ahmad Fauzan Adzimaa dan tim untuk menciptakan bahan dasar baterai hemat energi.

Baterai hemat energi besutan Fauzan menggunakan campuran lithium dan besi. Campuran ini lalu diproses dengan menggunakan metode Flame Spray Pyrolysis. ''Metode ini semacam metode penguapan dan pembakaran dua zat tersebut,'' ujar Fauzan, seperti dikutip dari ITS Online, Jumat (19/7/2013).

Setelah melalui proses tersebut, tercipta serbuk padatan yang digunakan sebagai bahan dasar baterai berteknologi nano. Dengan menggunakan teknologi nano, arus dapat bersifat bolak-balik sehingga lifetime dari baterai menjadi lebih tahan lama.

Selain unggul dalam lifetime, baterai ini juga tidak beracun mengingat bahan dasar baterai yang berupa besi. Unsur tersebut dapat mengurangi sifat toksin dari baterai yang diakibatkan oleh cobalt.

Adanya campuran besi juga berefek luasnya penyimpanan energi. Dengan begitu, energi yang tersimpan lebih banyak. ''Perbandingan lifetime baterai biasa dengan baterai berteknologi nano bisa 1:3. Kalau baterai biasa hanya satu jam, baterai ini bisa tahan sampai tiga jam,'' paparnya.

Berbicara tentang harga, baterai ini juga lebih unggul. Harga baterai berbahan baku besi ini hanya sepertiga dari harga baterai biasa. Meskipun begitu, Fauzan berharap penelitian tersebut dapat terus dikembangkan. Pasalnya, sampai sekarang, penelitian ini masih berupa bahan dasar baterai, yaitu serbuk padatan.

Dengan penelitian inilah mereka bisa didanai DIKTI dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P). ''Saya berharap penelitian ini bisa mendapatkan perhatian khusus dari lembaga riset nasional seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) agar tercipta baterai yang sesungguhnya,'' pungkas mahasiswa asal Magetan itu.(ade)


  Okezone 

ITS siapkan tim Sapu Angin Speed ke Jepang

Surabaya  - Tim mahasiswa Teknik Mesin ITS Surabaya menyiapkan mobil "Sapu Angin Speed" untuk mengikuti kompetisi "Student Formula Japan (SFJ) 2013" di Shizuoka, Jepang pada 3-7 September 2013.

"Mobilnya masih dirancang di sebuah bengkel di Jakarta, insya-Allah akan jadi pada pekan depan, lalu kami akan merakitnya," kata Manajer Umum Tim Sapu Angin 2013, Arif Aulia Rahman, di kampus setempat, Rabu.

Didampingi dosen pembimbing Ir Witantyo MEng.Sc, ia menjelaskan lomba yang diadakan oleh SAE (Society of Automotive Engineers) itu merupakan lomba yang memiliki konsep berbeda dengan SEM (Shell Eco Marathon).

"Kalau SEM itu lomba irit-iritan (hemat) bahan bakar, sedangkan SFJ justru lomba merancang kecepatan yang dimulai dari membuat mobil hingga merumuskan konsep pemasaran mobil jenis formula yang memiliki efisiensi tinggi itu," katanya.

Selain itu, partisipasi ITS dalam SEM tingkat Asia sudah empat kali (2010, 2011, 2012, 1013), tapi untuk SFJ masih pertama kalinya.

"Kalau UGM sudah tiga kali ikuti ajang itu, sedangkan ITB sudah dua kali, tapi mobilnya belum sampai race," katanya.

Meski baru pertama kali mengikuti, ia menyatakan tim ITS menargetkan Sapu Angin Speed bisa race.

Oleh karena itu, tim "Sapu Angin Speed" (SAS) mempersiapkan mobil secara serius, misalnya menggunakan karbon fiber yang biasa digunakan untuk body pesawat terbang, kemudian bobot 225 kilogram dengan daya 100 HP.(E011)


  Antara 

Sapu Angin ITS Ambisi Sabet Juara di Aussie

Ilustrasi : ist.JAKARTA - Dalam keikutsertaan Sapu Angin dalam World Solar Challenge 2013 yang akan diadakan di Australia Oktober mendatang, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berambisi tinggi untuk menang.

World Solar Challenge adalah kompetisi dua tahunan yang diadakan di Australia untuk mencari mobil-mobil listrik dengan performa terbaik. Setiap mobil listrik diharuskan menempuh perjalan sejauh 3.000 kilometer dari kota Darwin menuju Adelaide dalam waktu lima hari. Mobil yang bisa sampai dengan waktu tercepat akan keluar sebagai juara.

Perlombaan ini diikuti oleh berbagai universitas dan korporasi besar dari berbagai belahan dunia. Pada gelaran tahun ini, tim ITS Solar Car Racing menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang akan bersaing bersama tim-tim dari universitas ternama di dunia, seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT), Stanford University, hingga Tokai University, Jepang.

Terdapat tiga kategori yang dilombakan tahun ini yakni, kategori Challenger Class, Cruiser Class, dan Advanture Class. Kategori pertama ditujukan untuk mobil-mobil prototype dengan satu orang pengemudi. Pada kategori ini, sebanyak 90 persen bahan bakar mobil harus berasal dari tenaga surya.

Pada kategori kedua, Cruiser Class, yang dilombakan adalah mobil-mobil dengan desain mendekati mobil masa kini. ''Kategori yang ketiga adalah gabungan dari dua kategori sebelumnya,'' ujar General Manager Tim, Agus Mukhlisin, seperti dinukil dari ITS Online, Kamis (11/7/2013).

Agus menyebut, mobil Sapu Angin Surya akan diikutkan pada kategori Challenger Class untuk bersaing bersama 28 tim lainnya. Dari segi teknis, Agus meyakini mobil itu tidak kalah dari mobil-mobil lainnya. ''Dari material mobilnya saja, kami sama dengan mobil dari Tokai University yang dua tahun lalu menjadi pemenang,'' paparnya.

Mobil Sapu Angin Surya direncanakan mampu melaju dengan kecepatan maksimal 130 kilometer per jam. Mobil ini menggunakan dua motor penggerak yang diletakkan pada masing-masing roda.

Mobil berbobot 180 kilogram itu dipastikan mampu menyimpan energi hingga 5,6 kiloWatthour. ''Dari segi teknis, kami yakin bahwa mobil ini bisa finish dalam posisi 10 besar dunia,'' tegasnya.

Saat ini mobil Sapu Angin Surya sedang dalam proses fabrikasi. Mobil ini akan dipamerkan kepada publik bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus mendatang.

Menurut Agus, momen 17 Agustus sengaja dipilih sebagai simbolisasi kemerdekaan Indonesia terhadap masalah kelangkaan bahan bakar. ''Proses fabrikasi berlangsung dari bulan Januari hingga Agustus di Jakarta dan siap diuji coba di Pulau Madura pada Agustus mendatang,'' tutup Agus.

Rasa optimistis untuk meraih juara juga datang dari sang dosen pembimbing, yakni Muhammad Nur Yuniarto. Dia yakin mobil Sapu Angin Surya bisa menampilkan performa terbaik. Namun, Dosen Teknik Mesin itu menegaskan, untuk memenangkan lomba ini, keunggulan teknis bukan satu-satunya faktor penentu.

Terdapat beberapa faktor lain yang menentukan kemenangan seperti kerjasama tim dan strategi dalam race. ''Race-nya akan diadakan selama lima hari full. Pasti akan ada tukaran antara mahasiswa-mahasiswa ini. Jadi teamwork harus juga diperkuat,'' kata Nur. (mrg)


  Okezone 

ITS segera gelar IEMC di Sirkuit Kenjeran Park

ITS segera gelar IEMC di Sirkuit Kenjeran Park - Kerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi - Para peserta IEMC dituntut mampu memodifikasi mobil semaksimal mungkinITS kembali mengadakan IEMC dengan tema `Saving in Action, Sustaining in Creation`. Serupa dengan IEMC 2012 lalu, mahasiswa Indonesia ditantang untuk mendesain, mengaplikasikan, dan memperlombakan mobil mereka dalam kompetisi bertaraf nasional ini.

Diharapkan akan muncul teknologi baru di bidang otomotif yang berkontribusi pada pembangunan teknologi otomotif nasional lewat kompetisi ini. ”Indonesia Energy Marathon Challenge (IEMC) 2013 yang diselenggarakan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti),” tutur Bambang Sampurno, penanggung jawab IEMC 2013.

IEMC 2013 akan dilaksanakan pada hari Kamis, 14 November 2013 hingga Minggu 17 November 2013 di Sirkuit Kenjeran Park, Surabaya. “Rencananya, tahun ini pelaksanaan IEMC 2013 akan bekerjasama dengan pihak Dinas Pariwisata Surabaya terkait tempat pelaksanaan dan rangkaian acara IEMC 2013,” jelas Derry, salah satu panitia IEMC 2013.

Hal ini dilakukan untuk memberikan sensasi dan kesan berkompetisi yang lebih hidup bagi para peserta. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin itu menambahkan, kompetisi ini mengusung konsep yang serupa dengan kompetisi Shell Eco Marathon (SEM), tidak jauh berbeda dengan IEMC tahun lalu.

Serupa dengan tahun lalu, mobil irit yang diperlombakan dalam kompetisi ini terbagi menjadi tiga kategori bahan bakar, yaitu bensin, solar dan listrik. Para peserta diwajibkan melakukan presentasi teknis dan project management kendaraan yang akan dilombakan. Setelah itu, para peserta dapat melakukan race menurut peraturan yang telah ditetapkan pada regulasi sebelumnya.

Ketiga jenis bahan bakar tadi terbagi lagi menjadi dua kategori umum kendaraan, yakni prototipe dan urban concept. Kendaraan prototipe adalah kendaraan yang didesain sebagai kendaraan masa depan dengan efisiensi yang optimal. Sementara urban concept adalah kendaraan yang didesain mirip kendaraan masa kini yang siap pakai untuk berkendara di jalanan.

“Harapannya adalah agar seluruh kontestan dalam kompetisi ini dapat menyalurkan ilmu kreatifitas, dan kemampuan di bidang otomotif. Dan nantinya akan didapatkan penyelesaian untuk masalah keterbatasan sumber energi yang melanda penduduk Indonesia,” ujar Alif Wikarta, dosen Jurusan Teknik Mesin selaku ketua pelaksana IEMC 2013.

Lebih jauh, juara dalam kompetisi ini mampu bersaing di ajang Internasional, mengalahkan negara-negara Asia bahkan Eropa lainnya, yang juga unggul dalam teknologi otomotif.

Mobil yang diikutsertakan dalam kompetisi ini harus memenuhi kualifikasi awal yang telah ditentukan oleh pihak panitia dalam regulasi. Mobil yang dinyatakan lolos kualifikasi awal, akan diundang ke Surabaya untuk mengikuti kompetisi. @angga_perkasa


Robot Penanam Pohon PPNS-ITS Kalahkan Langganan Juara

http://icome.its.ac.id/wp-content/themes/wp_yoghourt/images/its.pngSurabaya - Tim Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya-ITS (PPNS-ITS) patut berbangga. Untuk kali pertama mereka mereguk manisnya menjadi juara pertama ajang Lomba Robot Nasional (Baronas) yang diselenggarakan di Gedung Robotika ITS.

Lawan yang mereka hadapi tak bisa diremehkan. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS (PENS-ITS) yang sering menjadi langganan juara.

Tim PPNS-ITS yang diperkuat oleh Syamsiar, Zindu dan Sony awalnya tak menyangka bakal keluar sebagai juara. Hal ini lantaran latar belakang pendidikan mereka yang berlabel 'perkapalan' ketimbang elektronika.

"Karena sebenarnya kan kita perkapalan toh. Sedangkan musuh kita banyak yang berasal dari bidang khusus elektronika," ujar kapten tim, Syamsiar kepada detikINET, Selasa (21/5/13).

Robot yang diberi nama 'Robot Dewa Ruci' ini difungsikan sebagai robot yang mampu menanam pohon dan tanaman. Ia bekerja dengan sensor garis dan ultrasonik. Ultrasonik inilah yang bertugas mendeteksi plot lahan yang akan ditanami pohon.

"Ini kita sesuaikan dengan tema lomba yang mengusung tentang penghijauan kembali. Jadi kita buat robot yang bisa menanam tanaman. Karena kan banyak tanaman yang ditebang sekarang ini," tandas mahasiswa semester akhir tersebut.

Syamsiar mengaku, ia dan anggota tim lainnya rela tidur dua jam per hari selama tiga minggu berturut-turut. Bahkan, mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir ini terpaksa tidur di kampus dengan koleganya untuk dapat menyelesaikan robot yang akan dilombakan tersebut.

"Kita kuliah dari jam 7 pagi sampai jam 15.00. Setelah itu langsung garap robotnya sampai jam 2-3 dini hari. Kemudian kita tidur bangun jam lima pagi. Tapi gak sia-sia kok. Menyenangkan hasilnya," pungkasnya.(ash/ash)


  detik  

★ ITS dan PT Solusi-247 Kembangkan Radar Maritim

CONTOH: Integrated Maritime Surveillance System (IMSS), sistem radar maritim bernilai Rp 543,9 miliar ini merupakan bantuan AS kepada Indonesia. Secara konkret, IMSS terdiri atas 18 stasiun pengawas pantai (CSS), 11 radar berbasis kapal, dua pusat komando regional, dan dua pusat komando armada di Jakarta dan Surabaya. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara | Radar Maritim IMSS TNI-AL Efektifkan Pengamanan Laut Di Selat Malaka. (Ist)

Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan perusahaan penyedia layanan teknologi komunikasi PT Solusi-247 menjalin kerja sama untuk mengembangkan "marine radar" (radar maritim).

Kerja sama itu ditandatangani oleh Direktur Utama PT Solusi-247, Beno Pradekso, bersama Pembantu Rektor IV ITS Prof Dr Darminto di Gedung Rektorat ITS Surabaya, Rabu.


Beno Pradekso mengatakan pihaknya kini sedang gencar melakukan riset untuk pengembangan produk perusahaannya, karena itu pihaknya menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi, seperti ITS.


"Beberapa bidang riset yang akan kami lakukan dengan ITS antara lain Marine Radar, Electric Support Measure (ESM), Radio Direction Finding (RDF) Receiver , Electronic Chart Display and Information System (ECDIS), dan Integrated Surveillance framework," katanya.


Menurut dia, perusahaannya telah melakukan riset ESM hampir 90 persen dan telah diuji di Pelabuhan Tanjung Priok.


"Pengawasan laut yang belum optimal, karena keterbatasan fasilitas menjadi dasar bagi Solusi 247 untuk mendalami aplikasi teknologi produk itu di bidang maritim," katanya.


Hingga saat ini, persoalan mengenai kecelakaan kapal, "illegal traffic", pencurian ikan, hingga pembajakan kapal nelayan menjadi masalah tak terpecahkan karena lemahnya aktivitas monitoring.


"Oleh karena itu, kami mengajak ITS, kami memiliki pengetahuan tentang sensor dan radarnya, sedangkan ITS punya pengetahuan di bidang maritim dan perkapalannya," katanya.


Beno mengatakan ITS adalah mitra yang sangat sesuai untuk melaksanakan kerja sama ini, karena ITS unggul di bidang maritim, lalu keberadaan sentra nelayan, pelabuhan internasional, dan armada pertahanan laut di Surabaya juga menjadi nilai tambah tersendiri.


Senada dengan itu, Prof Dr Darminto mengatakan kerja sama itu bukan pertama kalinya ITS bekerja sama dengan pihak swasta.


"Kami berharap produk-produk yang dikembangkan nanti dapat benar-benar digunakan untuk kepentingan masyarakat," katanya.


Untuk tahap awal, kerja sama akan dilangsungkan selama dua tahun. "Tidak perlu kita menggunakan produk asing untuk aplikasi ICT di Indonesia. Lebih baik kita buat sendiri dan kita kuasai teknologinya," katanya.(*/Ant)

   Formatnews  

Empat Universitas Beradu Mobil Berbahan Bakar Alternatif

Mobil Listrik UNY EVO Tim Garuda  
Surabaya Empat universitas beradu dalam "Indonesia Chem-E-Car Competition 2013" yang merupakan kompetisi nasional untuk mobil berbahan bakar alternatif di Gedung Robotika ITS Surabaya, Sabtu.

"Ada tujuh mobil dari UGM, Politeknik Negeri Bandung, UI, dan ITS yang bertanding. Mereka umumnya menggerakkan mobil dengan reaksi kimia dari alat pemutih lumut di toilet atau kamar mandi," kata Ketua Panitia Chem-E-Car Hanif Mubarok.

Didampingi Ketua "Chernival Chemical Engineering Innovation Festival" (festival yang di dalamnya ada even Chem-E-Car), Raymond Vensky Rattu, ia menjelaskan Chem-E-Car tahun 2011 diikuti 11 tim, tapi tahun 2013 hanya tujuh tim dari empat universitas.

"Tahun 2011 cukup banyak, karena ada peserta dari luar negeri, tapi tahun ini tidak ada karena bersamaan dengan kegiatan serupa di negera lain seperti Malaysia, Thailand, dan sebagainya, sedangkan kompetisi tingkat dunia di Australia pada Juni mendatang," katanya.

Tentang penilaian, ia mengatakan hal itu ditentukan studi kasus dengan dua undian yakni undian beban dan undian jarak. "Beban akan diberikan dalam kisaran 0-20 persen dari bobot mobil, lalu berat beban itu yang menentukan undian jarak yang harus dicapai," katanya.

Bagi pemenang, panitia akan menyiapkan bantuan dana Rp10 juta untuk juara pertama, Rp7 juta untuk juara kedua, dan Rp4 juta untuk juara ketiga. "Khusus juara pertama akan difasilitasi Aptekindo untuk beradu ke kegiatan tingkat dunia," katanya.

Dari tujuh tim peserta itu, UGM mengeluarkan tiga mobil yakni mobil "Sugriwa III" yang berbahan bakar Asam Chlorida (HCl) untuk sistem rem dan Magnesium untuk sistem penggerak. "Itu merupakan alat pemutih lumut di toilet atau kamar mandi," katanya.

Selain itu, UGM juga mengeluarkan mobil "Subali IV Car" yang berbahan bakar Hydrogen Peroxida sebagai penghasil gerak. "Hydorgen Peroxida itu alat pemutih yang lebih ampuh lagi, tapi mobil Subali itu juga Bejana Tekanan yang merupakan penggerak," katanya.

Mobil berbahan bakar alternatif yang lain dari UGM adalah "Anjani" yang menggunakan penggerak "fuel cell" dari Zodium Peroksida.

Sementara tim dari Politeknik Negeri Bandung ada dua yakni tim mobil "Sangkuriang" dan tim mobil "The Warrior". Sangkuriang memakai "fuel cell" buatan sendiri dari zinc dan asam sulfat, sedangkan The Warrior menggunakan baterai alumunim yang menghasilkan listrik.

"Untuk mobil Spektronics 5 dari ITS juga menggunakan reaksi kimia dari alat pemutih, lalu reaksi itulah yang mengisi Bejana Tekanan mirip tabung gas yang akhirnya menggerakkan mobil," katanya.

Tahun 2011, alat pemutih yang sama juga digunakan, tapi reaksi kimia yang ada menggerakkan piston, bukan turbin. "Kalau dengan turbin tidak ada energi yang terbuang," katanya.

Ia menambahkan tim UI juga mengeluarkan satu mobil yakni "Altair 1.0". Bahan bakar yang digunakan dari elektroda alumunium yang bisa menghasilkan gas bila bereaksi dengan udara, lalu reaksi itu menghasilkan listrik yang diubah jadi energi penggerak," katanya. (E011/T007)


  Antara  

Mobil hemat ITS tempuh 300 km/liter

Surabaya • Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menargetkan mobil hemat energi "Sapu Angin 8" (SA-8) mampu menempuh jarak sejauh 300 kilometer dengan satu liter bahan bakar biodiesel saat berlaga dalam ajang "Shell Eco-Marathon Asia (SEMA) 2013" di Sirkuit Sepang, Malaysia, 4-7 Juli.

"Dengan bobot lebih ringan--dari 145 kilogram pada tahun lalu menjadi 110 kilogram--maka Sapu Angin 8 (bisa melaju) lebih cepat. Kalau tahun lalu bisa hemat hingga 167 kilometer/liter, maka kali ini bisa 300 kilometer/liter," kata dosen pembimbing SA-8, Wityanto, di Surabaya, Sabtu.

Di sela-sela peluncuran mobil SA-8 yang dilakukan Rektor ITS Prof Tri Yogi Yuwono, ia menjelaskan target itu dimaksudkan untuk memecahkan rekor SA-2 pada tahun 2010 yang mencatat efisiensi hingga 237,8 kilometer/liter.

"Rekor SA-2 yang berbahan bakar gasoline fuel itu hingga kini belum terpecahkan, karena itu SA-8 akan mencoba memecahkan rekor itu, sebab SA-7 mampu mencatat efisiensi hingga 167 kilometer/liter. Pesaing kami sebenarnya ITB dan Thailand, tapi tim Thailand beda kelas," katanya.

Tahun 2013, SEMA 2013 diikuti 150 tim dari 16 negara, bahkan dari Indonesia sendiri ada 20 tim antara lain dari ITB, USU, UI, UPI, ITS, PNJ, Polnep, UGM, UB, STKIP Bandung, UNS, Unesa, UNJ, dan APKRIN.


  Antara  

Mobil tenaga surya ITS untuk lomba 3.000 km

Jakarta | Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, tengah merampungkan mobil tenaga surya yang akan diikutkan dalam lomba dunia untuk jarak 3.000 kilometer.

Bodi mobil yang dinamakan Widya Wahana IV saat ini tengah dicetak dan rencana uji coba dari Surabaya ke Jakarta akan dilakukan pada bulan Juni dan Juli.

"Kita telah menyelesaikan cetakan mobil dan telah dikirim ke Jakarta untuk pengerjaan bodi," kata Siti Choirun Nisa, mahasiswa ITS, yang ikut mengerjakan mobil tenaga surya ini.

"Untuk uji coba kami baru melalui simulai software dan uji coba di jalan akan dari Surabaya ke Jakarta pada bulan Juni dan Juli karena mobil ini kami siapkan untuk dapat menempuh jarak 3.000 kilomter dari Darwin ke Adelaide," kata Nisa.

Mobil Widya Wahana IV akan diikutkan dalam lomba World Solar Challenge pada tanggal 6 sampai 13 Oktober mendatang.

Sementara itu, mahasiswa lain yang ikut menyiapkan mobil tenaga surya ini, Singgih Ardi Prabowo mengatakan mobil ini dilengkapi dengan kerangka yang ringan dan sel solar dengan efisiensi 30% untuk menjaga ketahanan mobil dalam lomba.

Investasi ke depan

"Kerangka mobil dari aluminium dan serat karbon yang ringan namun kuat serta sel solar dengan efisiensi 30% yang kita taruh di atas bodi mobil berukuran enam meter persegi dan kekuatan 1,3 KW pada cuaca cerah," kata Singgih.

"Panel solar ini menyerap matahari yang mengkonversikan surya menjadi energi listrik untuk menggerakkan motor yang pada awalnya disimpan di baterai," tambahnya.

Dalam persiapan lomba ini, Tim ITS juga menganalisi suhu rute yang akan melewati gurun pasir di Australia.

"Tim yang akan ikut juga perlu mempersiapkan stamina. Menurut informasi, suhu luar pada saat lomba adalah 55 derajat dan di dalam mobil 40 derajat," kata Singgih.

Dosen pembimbing tim mobil tenaga surya ini, Muhamad Nur Yuniarto, mengatakan ikutnya mobil karya mahasiswa Indonesia di lomba dunia merupakan investasi untuk masa depan.

"Langkah ini merupakan investasi untuk masa depan, dan akan menjadi riset berkelanjutan sehingga mobil tenaga surya ini dapat diproduksi secara massal, menurut saya mungkin baru 10 atau 20 tahun lagi," kata Nur.


  BBC