Tampilkan postingan dengan label Kerjasama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kerjasama. Tampilkan semua postingan

China Bantu Indonesia Bangun Sistem Peluru Kendali

 RI juga tengah membahas pembelian kapal selam Kilo dan Amur dari Rusia 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjByTwRL76fTAc3V9tzW7TlOAn8X99DwccCRSqRWT3UNNB6sbY0MV7AnE7yWKznmnPybsNDp6QclF9LPUK9vwVtMrKWiZoDwWyeYQjPwHMWhn1Synfk3JCDMRhSsXb6jppRVdpJQyLFxKg/s400/Club+S+missile+2.bmp
Club S Missile
Jakarta Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia tidak mengincar sistem peluru kendali jarak jauh yang dapat menjangkau antarbenua. Indonesia justru ingin membangun sistem peluru kendali jarak menengah yang bisa menembakkan rudah berjarak 150-300 kilometer.

“Peluncur peluru kendali antarbenua tidak masuk dalam agenda Indonesia. Keinginan Indonesia tidak muluk-muluk,” kata Purnomo usai menerima kunjungan Menteri Pertahanan China Jenderal Chang Wanquan di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta. Senin 16 Desember 2013.

Purnomo menyatakan, saat ini kementeriannya tengah membahas pembelian kapal selam jenis Kilo dan Amur dari Rusia. Kemenhan juga sudah menyetujui kemungkinan penggunaan rudal Club S, yakni rudal antikapal jarak jauh yang diluncurkan dari bawah permukaan air. Jenis peralatan tempur ini termasuk kategori misil pembunuh yang mempunyai jarak tembak hingga 400 kilometer.

Rudal Club S itu akan melengkapi rudal lainnya yang telah dioperasikan oleh TNI AL, yaitu Yakhont. Kemampuan rudal Yakhont dapat menempuh jarak hingga 200 kilometer.

“Yang kami bangun saat ini yaitu kemampuan peluru kendali yang bisa mencapai 100, 150, 200, 250, dan 300 kilometer, apakah itu dilemparkan dari kapal selam atau pesawat tempur,” kata Purnomo.

Transfer teknologi rudal 

http://malaysiaflyingherald.files.wordpress.com/2013/01/china_made_c-705_anti-ship_missile.jpg
Untuk kerjasama militer dengan China, Purnomo mengatakan saat ini Indonesia tengah membahas mekanisme transfer teknologi Rudal C-705 yang akan digunakan oleh Angkatan Laut Indonesia. Rudal C-705 ketika diluncurkan dapat menempuh jarak 150 kilometer.

Ini merupakan bagian dari kerjasama industri pertahanan kedua negara. Kerjasama itu tertuang dalam nota kesepakatan yang ditandatangani Wakil Menteri Pertahanan dan Kepala Badan Pengembangan Teknologi dan Industri Nasional Pertahanan Cina.

Dalam nota kesepakatan itu, disepakati lima hal pokok, antara lain pembelian senjata tertentu harus dilakukan antarpemerintah atau Government to Government. Selanjutnya, alih teknologi peralatan militer tertentu mencakup perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, upgrade, dan pelatihan.

Selain itu ada pula produksi dan pemasaran bersama atas produk persenjataan tertentu yang disepakati antara lain rudal kendali C-705. Kesepakatan pembuatan rudal tersebut dibahas ketika digelar pertemuan di Beijing antara perwakilan Kemhan kedua negara pada tahun 2012.

Saat itu disepakati pembuatan bersama rudal antikapal C-705 akan direalisasikan oleh Kemhan serta Badan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Industri Pertahanan Negara (SASTIND) China.

Rudal C-705 merupakan pengembangan dari C-704. Bentuknya lebih menyerupai miniatur C-602. Pengembangan rudal baru ini fokus ke tiga hal, yakni elemen mesin, hulu ledak, dan sistem pemandu. Desain modular dari mesin baru meningkatkan jangkauan rudal yang sebelumnya 75-80 kilometer menjadi hingga 170 kilometer, dengan jarak efektif 140 kilometer jika didukung sistem targeting di balik cakrawala (OTHT).

C-705 dipersiapkan untuk mengandaskan kapal perang lawan yang berbobot hingga 1.500 ton (kelas light corvette). Daya hancur yang dihasilkan rudal C-705 bisa mencapai 95,7 persen, ideal untuk menenggelamkan kapal.

  Vivanews  

Modernisasi Alutsista, TNI AD Akan Bekerja Sama Dengan Universitas

MBT Leopard 2A4 (Flogger)
Surabaya Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) mengupayakan proses modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari hasil riset yang bekerja sama dengan perguruan tinggi atau universitas.

"Nanti, apabila sudah mencapai tingkat keekonomisan, itu bisa diproduksi untuk kami," kata Kepala Staf TNI AD (Kasad) Jenderal (TNI) Budiman selepas memimpin peringatan Hari Juang Kartika di lapangan Komando Daerah Militer V/Brawijaya Surabaya, Minggu (15/12).

Kasad mengatakan salah satu peralatan TNI AD dari hasil kerja sama dengan perguruan tinggi dan swasta yaitu radio komunikasi jarak jauh.

"Radio ini bekerja secara digital, tapi ada juga sebagian yang dapat dioperasionalkan secara manual sehingga prajurit-prajurit yang di lapangan atau tempur dapat menggunakannya," katanya.

Radio komunikasi jarak jauh 8078 itu dilengkapi kemampuan anti-pengacak sinyal, enkripsi agar tidak mudah tersadap, dan sistem pemosisian global (GPS).

Sebelumnya, Kasad mengatakan alutsista produk dalam negeri yang sudah dimiliki TNI AD yaitu kendaraan Anoa, Komodo, dan tank Tarantula.

"Kendaraan itu adalah bentuk kavaleri masa depan dengan wilayah berinfrastruktur yang mempunyai jaring jalan cukup bagus," katanya.

TNI AD memamerkan sejumlah alutsista di lapangan Kodam V/Brawijaya Surabaya sejak 12 Desember hingga 17 Desember 2013.

Beberapa alutsista yang ditampilkan untuk memperingati Hari Juang Kartika itu antara lain: tank Leopard, tank Marder 1A3, 14 unit Tarantula, 13 unit tank AMX 105 mm, 13 unit Anoa, dua unit tank Panhard, dua unit Saladin, 45 unit tank Scorpion, dan dua unit tank Scorpion non 90.

Selain itu, tank Stormer Komando, tank Stormer APC, enam meriam 105 mm/Tarik M101, enam meriam 105 mm, 12 meriam 57mm, enam rain metal 20mm, tiga unit helikopter Bolco 105, tiga helikopter serbu MI-35 (Rusia), empat helikopter serbu MI 17 (Rusia), dua helikopter Bell 205, dan tiga helikopter Bell 412.


  Berita Satu  

Len Kembangkan WECDIS dan Integrated Navigation & Tactical System

Jakarta Len dan OSI Maritime dari Canada melakukan penandatangan MOU mengenai WECDIS (War Electronic Chart and Display) pada tanggal 26 November 2013 yang ditandatangani oleh Priono Joni Hartanto, Manager Rekayasa Sistem UB Elektonika Pertahanan.

WECDIS merupakan peta laut elektronik untuk peperangan yang akan diintegrasikan core software-nya ke dalam CMS Len, agar produk CMS Len semakin powerfull.

Dalam acara ini turut hadir para pamen/pejabat dari TNI AL Kalakhar Bakorkamla, Kadislitbangal, Kadissenlekal dan Kadishidros yang juga melakukan paparan, diskusi, serta kunjungan kerja ke Laboratorium Defense Electronics dan Gedung Produksi Elektronik di PT Len Industri (Persero).


  BUMN  

PT DI Tawarkan Kerjasama dengan Pemprov Sulsel

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyTcWNbEFyTSy4dsaPmqBepHJh7XZu_t1ZTjOfYqaq_Cls4Opt0S70ZPoW0zrFcyRvnfOZvRAuLVnJpgQmMcyzYRB1w4q9MVWyju4RCLW8xPTT1jXUqr-f_cpwPzBKuYf7WDalEMC2ees/s400/cutaway+N219+%2528Custom%2529.jpgJakarta PT Dirgantara Indonesia (Persero) menawarkan kerjasama bersama kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam hal pengadaan pesawat yang dirancang secara khusus untuk melewati rute-rutepenerbangan jarak pendek.

Hal ini diungkapkan perwakilan PT DI bersama dengan Kementrian Perindustrian dihadapan Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu’mang, Senin (9/12/2013).

Manager Program N219, Direktorat Teknologi dan Pengembangan PT DI Budi Santoso menyebutkan, pesawat N219 dapat digunakan untuk beberapa kebutuhan, seperti penumpang, kargo dan juga pesawat militer, tentunya dengan kapasitas minimal 19 orang penumpang.

Ia menambahkan, sebenarnya ada beberapa jenis pesawat sejenis pesawat untuk landasan pendek seperti pesawat N219 dengan landasan 500 meter, pesawat N 212 untuk landasan 800 meter.

Khusus untuk Sulsel sendiri, rute daerah cocok untuk pesawat jenis N219. Budi menuturkan, untuk rute pesawat ini misalnya dapat menjangkau rute Makassar – Tana Toraja – Makassar , Makassar – Masamba – Makassar.

“Untuk satu unit pesawat ini USD 4.5 Juta dan jika nantinya pemprov menginginkan pesawat ini , pembayaran dapat dilakukan secara bertahap. Tahun 2016 baru akan diberikan kepada beberapa customer yang telah pesan. Akhir 2015 pesawat ditargetkan selesai dan akan disuplai kepada pemesan.” Kata Budi.

Budi menjelaskan dalam beberapa paket kerjasama yang ditawarkan, termasuk dengan penyediaan operator , dan ini juga ditawarkan pada beberapa daerah, seperti Aceh dan Papua. Adapun peneyediaan kru, PT DI akan mensuport dengan memanfaatkan putera daerah.

"Kami akan melakukan training , sehingga pembiayaan para kru tidak membebani.” Papar Budi.

Untuk metode Kerjasama ada beberapa yang ditawarkan perusahaan tersebut, salah satunya adalah pemerintah membayar black seat dan per bulan membayar operator untuk menerbangkan pesawat.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah mengadakan pesawat buatan dalam negeri ini, apalagi untuk memudahkan akses antar daerah.

"Nantikan akan dilihat metodenya seperti apa , apakah operator atau bagaimana karena ini bukan sendiri Sulsel, tapi untuk pulau Sulawesi,” kata Agus.


  Tribunews  

BIN & Operator Telepon Kerjasama Mendeteksi Penyadapan

http://images02.olx.co.id/ui/7/56/95/1367215314_505955195_1-Gambar--Alat-deteksi-penyadapan-bug-detector.jpg
Alat Pendeteksi Penyadapan
Australia telah melakukan penyadapan terhadap pejabat Indonesia. Untuk mencegah terulangnya masalah tersebut, Badan Intelijen Negara (BIN) dan operator telekomunikasi didesak untuk memperkuat kerja sama.

“Selama ini kerjasama yang terjadi belum optimal, jadi sudah saatnya untuk ditingkatkan” ujar anggota Komisi I DPR, Helmy Fauzi, lewat rilisnya kepada Sindonews, Senin (2/12/2013).

Menurutnya, praktik penyadapan selalu erat kaitannya dengan perkembangan teknologi. Jika pengamanan saluran komunikasi hanya dilakukan sepihak oleh pemerintah maka diprediksi akan mudah untuk diretas. “Tanpa dukungan dari operator tentu penyadapan akan makin sulit dideteksi dan dihadang,” cetus dia.

Lebih lanjut, Helmy mengatakan, kerja sama yang dibangun antara operator dan BIN ini juga untuk menepis kecurigaan adanya ‘fasilitas’ yang diberikan operator kepada negara asing untuk melakukan penyadapan. Alasannya, sejumlah saham operator di Indonesia dimiliki oleh pebisnis dari luar negeri.

“Kalau sudah ada kerja sama, tuduhan adanya main mata operator dengan intelijen asing kan mudah untuk ditepis,” bebernya.

Anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini berharap, pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendukung penuh kerja sama operator telekomunikasi dan BIN. Hal ini penting untuk mempercepat kerja sama BIN dan operator terealisasi.

Oleh karena itu, sikap proaktif Menkominfo Tifatul Sembiring, dibutuhkan untuk bantu pengamanan saluran komunikasi. “Kalau memang pemerintah ingin mengatasi penyadapan, mau tidak mau harus satu suara. Menkominfo proaktif dong. Badan intelijen kita saat ini memang butuh dukungan kerja sama dari semua operator telekomunikasi yang ada di Indonesia,” kata Helmy.

Sebelumnya ramai diwartakan intelijen Australia melakukan penyadapan terhadap para pejabat tinggi termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta Ibu Negara Ani Yudhoyono.Aksi penyadapan Australia diduga dilakukan setidaknya sepanjang 15 hari pada tahun 2009, menurut sejumlah media di Australia dan Inggris.

Puncaknya, Indonesia bereaksi keras dengan memanggil pulang Duta Besar Nadjib Riphat dari Canberra, sementara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga meluapkan kejengkelan di twitter.Presiden SBY mengatakan, Indonesia mengkaji ulang hubungan kerja sama dengan Australia setelah muncul insiden ini.

Kegiatan kerja sama militer Indonesia-Australia yang dihentikan sementara antara lainpertukaran informasi intelijen terkait pencegahan aksi terorisme. Indonesia juga menghentikan kerja sama militer berupa patroli laut bersama di wilayah selatan Indonesia untuk menangani pencari suaka.(maf)


  Sindo 

Kemhan Dukung Alih Teknologi Fuze dari Bulgaria

Malang - Kementerian Pertahanan mendukung kemungkinan alih teknologi pembuatan fuze atau komponen pemicu bom dari Armaco JSC Bulgaria sebagai upaya menuju kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

"Kita memang menuju kepada kemandirian alat utama sistem senjata (Alutsista), tetapi prosesnya bertahap. Pada saat kita belum mampu, kita melakukan kerja sama dengan luar negeri," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Ketua High Level Committe (HLC) usai meninjau kesiapan pabrik bom PT Sari Bahari di Malang, Jawa Timur, Jumat.

Menurut dia, kerja sama dengan luar negeri harus ada kesetaraan dan kemitraan untuk mendapatkan satu alih teknologi tentang pengembangan fuze ini.

"Ini dilakukan secara bertahap dengan target suatu saat kita bangun pabrik fuze di Indonesia. Ini dilakukan agar industri pertahanan dalam negeri bisa mandiri tanpa ketergantungan negara asing," tuturya.

Menurut dia, meski Indonesia belum memiliki pabrik pembuat fuze, namun Indonesia memiliki pabrik pembuat bom, PT Sari Bahari, dimana satu-satunya yang ada di Asia Tenggara.

Bom yang telah diproduksi oleh PT Sari Bahari dan PT Dahana selaku tempat pengisian bahan peledaknya, antara lain, bom asap, bom P-100 L yang diperuntukan untuk pesawat tempur Sukhoi TNI AU, roket untuk pesawat Super Tucano dan lainnya.

"Kami koneksikan dengan PT Sari Bahari dengan PT Dahana. Ini menunjukan kemampuan industri pertahanan kita sudah memiliki infrastruktur termasuk amunisi untuk mendukung kemandirian alutsista TNI," kata Sjafrie.

Di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Sari Bahari Ricky Egam mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk bisa berkembang dengan pesat, meskipun ada beberapa kendala yang dihadapinya.

Kendala itu, kata dia, belum adanya pembuat fuze di Indonesia sehingga mengharuskan pihaknya mengimpor dari Bulgaria.

"Sebenarnya pihak Armaco, Bulgaria setuju untuk menjalin kerja sama untuk PT Sari Bahari untuk alih teknologi pembuatan fuze. Namun, pihak Armaco meminta sebelum ada kesepakatan, PT Sari Bahari harus membeli fuze sebanyak 1.500 pcs. Kami minta pemerintah untuk mendukung masalah ini," katanya.

 Pabrik Bom Siap Operasional Untuk Mendukung Modernisasi Peralatan Militer

Wakil Menteri Pertahanan, mengatakan Pabrik Bom yang ada di Indonesia telah siap beroperasional dalam rangka mendukung modernisasi peralatan TNI baik untuk kebutuhan latihan ataupun tugas-tugas mengamankan kedaulatan.

“kita pastikan industri dalam negeri makin bangkit dan kuat khususnya pabrik produksi bom siap operasional untuk mendukung modernisasi peralatan militer,” Ungkap Wamenhan.

Demikian diungkapkan Wamenhan, Sjafrie Sjamsoeddin, Jumat (22/11) saat meninjau secara langsung proses pembuatan bom latih P-100 di kompleks Pabrik milik PT. Sari Bahari, Malang, Jawa Timur.

Saat peninjauan, Wamenhan mengatakan industri bom seperti PT. Sari Bahari dalam proses perkembangan yang mengarah kepada kesiapan operasional mendukung modernisasi peralatan, selain memiliki peluang yang besar, namun juga terdapat tantangan yang harus dihadapi.

Mengenai peluang Wamenhan mengatakan penggunaan bom akan tetap diperlukan selama masih tersedianya senjata. Disamping itu pihak pemerintah juga memberikan peluang seluas-luasnya berjalan secara berkelanjutan pada setiap sistem yang melintas dari rencana strategis (Renstra) setiap lima tahun.

Sedangkan terkait dengan tantangan yang akan dihadapi, menurut Wamenhan akan menyangkut dengan keandalan dari suatu sistem persenjataan yang didukung oleh kemandirian industri pertahanannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa faktor penting yang akan bisa menopang peluang yang diberikan dari pemerintah, dan perlu diperhatikan dalam menjawab tantangan yang akan dihadapi.

Diantaranya dijelaskan Wamenhan, agar kualitas produksi bisa terus meningkat dan berkembang perlu juga meningkatkan factor Skill Level dalam wujud kesejahteraan, Selain itu diperlukan atensi terhadap perkembangan infrastruktur pabrik yang akan menunjang target industri strategis.

Wamenhan juga menghimbau dari sisi legitimasi kelayakan produksi sebagai bagian dari pada industri pertahanan juga perlu diawasi. Terkait faktor legitimasi kelayakan produksi industri harus berinteraksi dengan pihak regulator dan pengguna, karena disini memiliki kepentingan untuk mendapatkan otentikasi kelayakan operasional. Sehingga hal itulah yang menjadi pegangan untuk terus meningkat dan menjadi justifikasi apabila ingin masuk kedalam lingkup eksport regional.


  Antara  | Kemhan 

PM Belanda Gunakan Metode Hubungan 2.0 dengan R

Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte mengaku Pemerintahannya tak lagi membawa isu di masa lalu dalam menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia. Ketimbang berfokus kepada masa lalu, Belanda memilih menatap masa depan dengan menggunakan metode hubungan resiprokal 2.0 dengan Indonesia.

Metode hubungan resiprokal 2.0 menekankan komunikasi terjadi dari dua arah. "Saya dapat mengatakan dari hati terdalam, misi perdagangan dan politik yang kami bawa datang dengan semangat kemitraan 2.0. Kami tahu bahwa sejarah yang dialami kedua negara ada yang bermakna positif dan negatif. Namun, kedua Pemerintah sepakat untuk fokus ke masa depan dan tak lagi menengok peristiwa yang terjadi di masa lampau," ujar Rutte di Jakarta, Kamis malam 21 November 2013.

Rutte pun memastikan semangat kerjasama itu juga akan tetap sama, kendati Pemerintah Indonesia akan segera bertransisi usai Pemilu 2014 mendatang. Dia juga memuji banyaknya perubahan yang dialami oleh Indonesia selama hampir sembilan tahun di bawah kepemimpinan Presiden SBY.

"Saya yakin pemilu tentu akan mengubah orang-orang yang duduk di dalam Pemerintahan, tetapi kerjasama kami akan tetap sama," ujar dia.

Bagi PM yang terpilih sejak tahun 2010 silam itu, Indonesia adalah negara penting bagi Belanda. Hal itu dipicu pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia, kata Rutte, mencapai lima hingga enam persen per tahunnya.

Belum lagi prediksi adanya peningkatan kaum menengah yang mencapai hingga 90 juta orang dalam 20 hingga 30 tahun mendatang. Hubungan perdagangan dengan Indonesia pun, kata Rutte, meningkat delapan persen pada 2012.

"Belanda menjadi negara mitra terpenting kedua di kawasan Uni Eropa. Banyak di antara pengusaha kedua negara yang sudah bekerjasama dalam berbagai bidang. Kami berharap dapat menjalin kerjasama yang lebih erat di bidang perdagangan khususnya minyak kelapa sawit dan tata kelola air," kata dia.

Bidang lain yang akan dikembangkan kerjasamanya, ujar Rutte, yaitu di sektor kesehatan. 

Kunjungan perdana Rutte ke Indonesia memang membawa agenda khusus perdagangan. Pada Rabu kemarin, Indonesia dan Belanda, telah menandatangani kemitraan strategis yang menjadi tonggak mempererat hubungan bilateral kedua negara.

Selain mengajak Menteri Perdagangan Luar Negeri Lilianne Ploumen dan Menteri Pertanian Sharon Dijksma, Rutte turut mengajak lebih dari 100 pengusaha asal Negeri Kincir Angin untuk menjajaki kerjasama dengan Indonesia.


Hari Terakhir PM Rutte di Indonesia, Ini Isu-isu yang Jadi Perhatian

http://images.detik.com/content/2013/11/21/4/061353_image.jpgDen Haag - Kegiatan kunjungan resmi di Indonesia pada hari ketiga, Jumat (22/11/2013) besok, akan dimulai oleh PM Rutte dengan membuka Forum on Sustainable Production and Trade (Forum Produksi dan Perdagangan Berkelanjutan).

Forum ini diselenggarakan atas kerjasama dengan Sustainable Trade Initiative, sebuah lembaga yang didirikan untuk mempercepat dan meningkatkan perdagangan ramah lingkungan, dengan membangun koalisi berorientasi dampak antara perusahaan-perusahaan multinasional, masyarakat madani, pemerintah dan para pemangku kepentingan.

Selanjutnya PM Rutte, yang lahir di Den Haag pada 14 Februari 1967, akan melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Boediono, terus ziarah ke Taman Makam Pahlawan Indonesia di Kalibata, baru kemudian ke Makam Belanda di Menteng Pulo, Jakarta, demikian keterangan pers Rijksvoorlichtingsdienst (Dinas Penerangan Kerajaan).

Sementara itu Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Lilianne Ploumen yang juga ikut ambil bagian dalam forum ini akan melakukan pembicaraan dengan kalangan pejabat pemerintah Indonesia, LSM, dan dunia usaha, mengenai pentingnya aspek kelestarian dalam perdagangan dan produksi.

Dari forum, Menteri Ploumen akan mengunjungi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Lembaga pemerintah non-kementerian ini belum lama berselang telah menggunakan sistem baru bantuan dari Belanda, untuk dapat memperkirakan banjir dan kekeringan lebih baik lagi.

Sedangkan Staatssecretaris (setingkat Menteri Muda) Urusan Ekonomi Sharon Dijksma akan mengunjungi sebuah perusahaan terkemuka dalam bidang sayuran yakni East-West Seed Indonesia dan ke pabrik Friesland Campina, cabang industri susu terbesar milik koperasi peternak di Belanda.

Sharon bersama para mitra terkait antara lain akan membahas mengenai pentingnya ketahanan dan jaminan ketersediaan pangan, serta peran yang dapat dimainkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia.

Kunjungan resmi PM Rutte akan diakhiri dengan makan siang bersama dan evaluasi dengan semua peserta dalam delegasi misi bisnis terbesar dalam sejarah hubungan bilateral Belanda-Indonesia.(es/es)



Indonesia Hentikan Kerjasama Militer dan Intelijen dengan Australia

  "Tidak mungkin kita melakukan itu jika ada penyadapan." 


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan sambil menunggu jawaban resmi Australia soal penyadapan, Indonesia menghentikan sejumlah kerjasama dengan Negeri Kanguru itu. Presiden menyatakan, akan menghentikan sementara semua kerjasama militer dan intelijen antara kedua negara.

"Yang jelas, untuk sementara atau saya meminta dihentikan dulu kerjasama yang disebut pertukaran informasi dan pertukaran intelijen di antara kedua negara," kata Presiden dalam jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu 20 November 2013.

SBY menyatakan, semua latihan militer antara kedua negara apakah itu antara sesama angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara atau gabungan akan dihentikan. "Saya meminta dihentikan sementara coordinated military operation, yang untuk menghentikan people smuggling, di wilayah lautan," kata SBY. "Tidak mungkin kita melakukan itu jika ada penyadapan terhadap tentara atau terhadap kita semua," katanya.

Penghentian kerjasama ini merupakan poin kedua pernyataan resmi pemerintah Indonesia. Poin pertama berisi permintaan resmi pada Australia untuk menyikapi soal penyadapan yang dilakukan terhadap sejumlah pejabat termasuk Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.

Kemudian poin ketiga adalah, untuk kerjasama ke depan, Indonesia meminta ada protokol kode perilaku dan asas pedoman kemitraan di antara kedua negara untuk menghadapi isu penyelundupan manusia atau kerjasama militer dan intelijen. "Protokol code of conduct itu sifatnya mengikat, jelas dan dijalankan. Itulah tiga hal yang akan kita tempuh," kata SBY.

 RI Hentikan Kerjasama, Ini Dua Kerugian Utama Australia 

RI selama ini jadi tanggul penahan gelombang imigran ke Australia.

Indonesia mulai menurunkan derajat hubungannya dengan Australia setelah menarik duta besarnya dari Canberra. Pemerintah RI pun meninjau ulang seluruh kerjasama dengan Negeri Kanguru, termasuk di bidang pemberantasan terorisme yang selama ini berjalan amat baik.

Anggota Komisi Hukum DPR Eva Kusuma Sundari menilai langkah keras yang diambil Indonesia amat merugikan Australia, terutama di bidang penanganan terorisme yang selama ini menjadi perhatian utama Australia paska puluhan warganya tewas dalam tragedi Bom Bali 2002 dan 2005.

“Meskipun Australia memberikan bantuan pada Detasemen Khusus Anti-Teror 88, tapi mereka sangat butuh informasi dari RI. Jadi Indonesia tak perlu bernyali kecil,” kata Eva di Jakarta, Rabu 20 November 2013. Menurutnya, Australia bahkan bergantung pada Indonesia soal penanganan terorisme.

Eva berpendapat Indonesia sesungguhnya lebih ahli dalam hal pemberantasan terorisme, sebab Kepolisian RI sudah banyak menangani dan menangkap pelaku terorisme. “Di sini Australia hanya user, yang bergantung pada Indonesia untuk memperoleh informasi,” kata dia.

Selain soal terorisme, kerjasama dalam isu penyelundupan manusia juga kini dikaji ulang Indonesia. Padahal, ujar Eva, Australia sangat buruh Indonesia dalam menangani imigran gelap atau manusia peragu. “RI selama ini dipakai sebagai tanggul untuk menahan gelombang ribuan imigran yang hendak masuk ke Australia,” kata politisi PDIP itu.

Sebaliknya, Indonesia tak terlalu rugi bila menurunkan kualitas hubungannya dengan Australia. Dari segi bisnis, kata Eva, investor terbesar Indonesia masih berasal dari Jepang, Amerika Serikat, dan China. Oleh sebab itu pemerintah RI tak perlu khawatir.

“Jika impor daging dari Australia kita stop, itu bisa beralih ke India. Syukur apabila bisa menggenjot produksi dalam negeri. Realitanya RI tidak begitu bergantung pada Australia, tapi sebaliknya,” ujar Eva.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia telah mulai menurunkan derajat kemitraannya dengan Australia. “Ini sudah kami lakukan. Australia pun mulai merasakannya. Ibarat keran air, Indonesia sudah mengecilkan kucurannya sedikit demi sedikit,” ujarnya.

Setiap langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia, menurut Marty, dilakukan secara terukur sesuai dengan tanggapan dan sikap dari Australia.

 Indonesia Turunkan Derajat Dengan Australia 

Indonesia membuktikan ancamannya terhadap Australia. Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa menyatakan pemerintah Indonesia telah mulai menurunkan derajat hubungan kemitraan dengan Australia, Rabu 20 November 2013.

“Ini sudah kami lakukan. Australia pun mulai merasakannya. Berbagai bentuk kerjasama sudah kami sesuaikan. Ibarat keran air, Indonesia sudah mengecilkan kucurannya sedikit demi sedikit,” kata Marty.

Setiap langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia, menurut Marty, dilakukan secara terukur sesuai dengan tanggapan dan sikap dari Australia. Saat ini pun pemerintah RI tengah memikirkan langkah-langkah yang akan ditempuh ke depannya.

Hari ini Marty mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menemui Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, yang Senin kemarin dipanggil pulang dari Canberra. Pertemuan akan berlangsung di Kantor Presiden pukul 11.00 WIB. Belum diketahui sampai kapan Indonesia menarik dubesnya dari Australia.

Sementara itu, langkah keras yang ditempuh pemerintah RI didukung oleh politisi tanah air. Mantan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum bahkan meminta pemerintah menyuruh pulang Dubes Australia dari Jakarta.

“Kepada tetangga yang usil dan berisik, layak diberikan pelajaran sopan-santun dalam pergaulan internasional. Sudah jelas menyadap, PM Australia tetap menolak minta maaf. Itu artinya meremehkan Indonesia. Itu tidak benar,” kata Anas.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyatakan pemerintah manapun di dunia punya tugas utama melindungi negaranya dan mengedepankan kepentingan nasional. “Setiap pemerintah mengumpulkan informasi, dan mereka (Indonesia) pun tahu bahwa pemerintah negara lain melakukan hal serupa,” ujar Abbott di hadapan parlemen Australia.

Sebagai perdana menteri, Abbott mengatakan harus memastikan keselamatan setiap warganya. “Itu sebabnya kami mengumpulkan informasi intelijen,” ujarnya. Namun Abbott menjamin informasi yang diperoleh Badan Intelijen Australia tak akan digunakan untuk hal buruk.

Apapun, Presiden SBY murka. “Tindakan (penyadapan oleh) Amerika Serikat dan Australia jelas telah merusak kemitraan strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara penganut sistem demokrasi. Indonesia menuntut Australia memberikan jawaban resmi yang dapat dipahami publik terkait isu penyadapan terhadap Indonesia,” kata SBY.


  Vivanews  

Empat Negara Siap Kerjasama Industri Pertahanan dengan Indonesia

Korea Hubungan kerjasama Indonesia dan Korea Selatan khususnya kerjasama di bidang pertahanan terus meningkat. Korsel melihat bahwa Indonesia tepat sebagai mitra sejajar kerjasama untuk masa kini dan masa mendatang. Untuk itu, Korsel menyatakan komitmennya dalam kerjasama dengan Indonesia khususnya di bidang industri pertahanan.

Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Korea Selatan Baek Seung-joo saat pertemuan bilateral dengan Wamenhan RI Sjafrie Sjamsoeddin di sela-sela Forum Seoul Defence Dialogue (SDD) 2013, Senin (11/11) di The Westin Chosun, Seoul, Korea Selatan.

Usai pertemuan tersebut, Wamenhan RI menjelaskan bahwa kedua negara sepakat untuk mengimplementasikan MoU kerjasama pertahanan yang telah ditandatangani kedua negara pada tanggal 12 Oktober 2013.

"Korsel mempelajari 40 tahun hubungan dengan Indonesia, mereka melihat bahwa Indonesia tepat sebagai mitra sejajar kerjasama untuk masa kini dan masa depan, sebaliknya Indonesia menempatkan kerjasama dengan Korea Selatan menjadi comprehensive strategic partnership”, jelas Wamenhan RI.

Lebih lanjut Wamenhan RI mengungkapkan, di bidang industri pertahanan, kedua negara berharap kerjasama strategis khususnya pembangunan kapal selam dan pesawat tempur dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 10 sampai 15 tahun kedepan.

Selain itu, Korsel juga menaruh perhatian terhadap peningkatan kerjasama di bidang capacity building, sebagai contoh Korsel telah mengirimkan instruktur bahasa-nya di Pusat Bahasa Badiklat Kemhan.

Korsel berkeinginan untuk terus memelihara hubungan personal baik militer maupun pejabat pertahanan agar antara tataran kebijakan dan implementasi memiliki presepsi yang sama, dan yang utama untuk mempersiapkan hubungan kerjasama dalam jangka panjang ke depan.

Wamenhan RI menambahkan, Indonesia dan Korsel juga sepakat untuk memperluas dan meningkatkan kerjasama pertahanan kedua negara diantaranya kerjasama di bidang cyber defence. Kesepakatan tersebut akan ditindaklanjuti dalam langkah nyata dan menekankan pentingnya hubungan kerjasama dalam jangka panjang.

Selain pertemuan bilateral dengan Wamenhan Korsel, pada SDD 2013 tersebut Wamenhan RI juga melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa pejabat senior pertahanan dari negara sahabat antara lain Secretary Policy Department of Defence Australia Michael Shoebridge, Deputy Permanent Secretary for Defence Thailand Admral Polawat Sirodom, dan Deputi Menhan Brunei Darussalam Dato Paduka Haji Pustappa bin Haji Sirait.

Wamenhan RI mengungkapkan, secara terpisah pejabat senior dari tiga negara yaitu Thailand, Brunei Darussalam, dan Australia menyatakan kesiapan negaranya untuk bekerja sama mengembangkan industri pertahanan dengan Indonesia.

Mereka menilai Indonesia mempunyai potensi memproduksi Alutsista. Industri pertahanan Indonesia dinilai sudah menunjukkan hasil nyata baik untuk Alutsista darat, laut, maupun udara.



  DMC  

Indonesia Memasuki Era Kebangkitan Industri Pertahanan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsfNLnXgjQjyB_eyNBiT1fOpZHRdVA6Fn8su3IHPRwR8tFfKA9VTHSF_QbqXs_JmedQET7fzBoqGjupoGWBfwd8wpX5eIbehIbQ2xAjsYnKfQEBSblbyqvVNzrYmu3z97iiiDxvM-dbFw/s1600/1551209_20130430070914kenyot10.jpgSeoul - Setelah sembilan tahun membangun, Indonesia kini memasuki era kebangkitan industri pertahanan. Indonesia sudah mampu memproduksi sejumlah jenis senjata api, panser, kapal laut, dan kini tengah mempersiapkan pembuatan kapal selam dan pesawat tempur.

"Kita harus optimistis bahwa Indonesia bisa membangun industri pertahanan untuk menjaga wilayah NKRI serta menunjang stabilitas politik dan ekonomi," kata Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin dalam dialog dengan masyarakat Indonesia di Seoul, Korea Selatan (Korsel), Minggu (10/11). Wamenhan berada di Seoul hingga Rabu (13/11) untuk mengikuti "Cyber Defence Conference" dan meninjau pabrik pembuatan T-50i Golden Eagle, pesawat tempur pesanan Indonesia yang dibuat Korsel.

Indonesia sudah memesan satu skuadron--16 buah pesawat--T-50i dan pengiriman sedang berlangsung. Selain pesawat, Indonesia juga memesan kapal selam dari Korsel. Saat ini, Indonesia sudah memiliki lima kapal selam dan sedang memesan tujuh kapal selam lagi. Korsel dipilih karena negara ini sejak awal menggunakan kapal selam buatan Jerman, sama seperti Indonesia. Kapal selam yang diproduksi Korsel pun merupakan pengembangan dari kapal selam Jerman.

Keputusan bekerja sama dengan Korsel membuat Indonesia akan lebih cepat menguasai teknologi pembuatan kapal selam. Lagi pula, kapal selam buatan Jerman yang kini dipakai akan mudah mendapat suku cadang dan perbaikan. Setelah kerja sama produksi di Korsel, pembuatan kapal selam akan dialihkan ke Indonesia. "Kita akan menjadi negara pertama di ASEAN yang memproduksi kapal selam," kata wamenhan.

Sesuai amanat UU 16/2012 tentang Industri Pertahanan, lanjut Sjafrie, Indonesia harus memproduksi sendiri senjata dan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di dalam negeri. Impor hanya untuk senjata dan alusista yang tidak bisa diproduksi di Indonesia. "Itu pun dengan syarat harus ada alih teknologi agar dalam waktu tertentu, semuanya bisa diproduksi di dalam negeri. Alih teknologi sungguh menantang teknokrat dan profesional kita," katanya.

"Kita tidak akan malu lagi saat latihan bersama sesama negara ASEAN, bahkan dengan negara lain di luar ASEAN, yang lebih maju. Kita bisa menunjukkan bahwa kita punya peralatan militer berat yang bagus. Senjata, panser, kapal, dan pesawat buatan Indonesia sudah diekspor. Semua kemampuan ini tinggal diitngkatkan," ungkap Sjafrie menjawab pertanyaan para mahasiswa dan profesional asal Indonesia yang datang dari berbagai wilayah di seluruh Korsel.

Dalam 10 tahun terakhir, kata wamenhan, kemajuan persenjataan Indonesia cukup signifikan. Ini juga berkat alokasi anggaran untuk pertahanan yang meningkat. Dalam lima tahun, pemerintah mengalokaskan sekitar Rp 150 triliun untuk pertahanan. "Kita belum pakai semua karena Indonesia masih membutuhkan dana untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan pembangunan infrastruktur," paparnya.

Tiga Prinsip Universal

Mengutip Presiden SBY, Sjafrie mengatakan Indonesia memegang tiga prinsip plus satu dalam membangun bangsa dan menjaga kedaulatan negara. Pertama, kalau negara ingin kuat, politiknya harus bermartabat. Kedua, ekonomi harus tumbuh pesat. Ketiga, ada kemampuan pertahanan. "Yang harus mejadi perhatian adalah persatuan. Sepanjang ada persatuan, dalam negeri mauuun yang di luar negeri, kita akan kuat," kata Sjafrie.

Sistem pertahanan memberikan kontribusi terhadap politik dan ekonomi. Saat ini, di era global Indonesia harus meningkatkan pertahanan dan kerja sama. "Jika ingin damai, siaplah perang. Ini bukan berarti Indonesia menyiapkan perang. Tapi, sebagai negara besar dan berdaulat, kita harus mempunyai sistem pertahanan yang baik," kata Sjafrie.

Indonesia, lanjutnya, menempuh empat kegiatan strategis untuk membangun sektor pertahanan.
Pertama, sistem pertahanan tidak hanya militer, melainkan juga nonmiliter.
Kedua, fokus pada pembangunan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan bela negara. Hal ini bisa dijalankan setiap orang lewat pekerjaan masing-masing, tanpa perlu menjadi TNI.

Ketiga, membangun sistem pertahanan setara dengan negara lain untuk melindungi bangsa dan negara. Indonesia harus membangun kekuatan militernya hingga menjangkau seluruh wilayah wilayah. "Peralatan militer dimodernisasi agar high mobility," papar Sjafrie.

Keempat, membangkitkan kembali industri pertahanan. Indonesia sudah menguasai teknologi menengah dan kini sedang menapak menuju teknologi tinggi. "Untuk yang kemampuan yang tangible, kita masih menengah, tapi kemampuan intangible, kita sudah sangat tinggi," kata Sjafrie.

TKI di Korsel

Sementara itu, Dubes Indonesia untuk Korsel John Prasetio mengatakan saat ini terdapat 1.250 mahasiswa Indonesia yang belajar di Korsel. Selain itu, ada 250 profesional yang bekerja di kampus dan berbagai sektor ekonomi. "Ada 500 orang Korsel yang kawin dengan orang Indonesia," katanya.

Sedangkan jumlah TKI yang bekerja di industri manufaktur sebanyak 23.000 orang. Ditambah TKI yang bekerja di sektor lain, jumlah mereka mencapai 33.000 orang. "Lebih dari 6.000 TKI tidak lagi bekerja. Mereka yang tidak punya izin kerja, kami tidak berikan perpanjangan tinggal di Korsel dan harus pulang," papar John.

Luas daratan Korsel hanya 100.200 km persegi atau jauh lebih kecil dari Jawa. Penduduk negeri ini berjumlah 48 juta atau sepertiga penduduk Jawa. Sekitar 25 persen penduduk Korsel tinggal di Seoul, kota metropolitan terbesar di Korsel. Produk domestik bruto (PDB) Negeri Ginseng ini sekitar US$ 1.700 miliar atau US$ 1,7 triliun dengan PDB per kapita US$ 24.000.

  Berita Satu 

Kerjasama Militer RI dengan Berbagai Negara: Tank Sampai Jet Tempur

 RI memproduksi tank bersama Turki, dan jet tempur bersama Korsel. 

http://www.armyrecognition.com/images/stories/europe/turkey/main_battle_tank/altay_tank/pictures/altay_project_new_main_battle_tank_Turkey_Turkish_army_001.jpg
MBT Altay Turki
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Ulang Tahun TNI ke-68 di Skadron Halim Perdanakusuma Jakarta, 5 Oktober 2013, menjanjikan kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) RI akan meningkat signifikan dalam waktu dekat hingga akhir tahun 2014. Untuk memodernisasi alutsista sekaligus meningkatkan kualitas sistem pertahanan RI, pemerintah telah menjalin kerjasama dengan industri pertahanan di dalam dan luar negeri.

Ucapan Presiden SBY itu bukan omong-kosong. Sejumlah negara pada akhir Oktober ini membeberkan kerjasama pertahanannya dengan Indonesia. RI aktif menggandeng berbagai negara untuk memperkuat militernya. Mulai negara-negara di kawasan Asia sampai benua Eropa, semua digaet RI dengan rakus demi transfer teknologi pertahanan.

Anggaran modernisasi dan perawatan alutsista TNI sampai akhir tahun 2014 tercatat Rp99 triliun, dan Kementerian Pertahanan masih membutuhkan tambahan anggaran Rp57 triliun. “Kami prioritaskan mencari alutsista bergerak seperti pesawat temput dan tank. Sementara alutsista yang tak bergerak seperti radar,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro

 Tank Bersama Turki-RI 

Selasa 29 Oktober 2013, Duta Besar Turki untuk Indonesia Zekeriya Akcam mengungkapkan negaranya telah mengikat nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) untuk bekerjasama membuat tank dengan Indonesia. MoU itu diteken di sela kegiatan Pameran Industri Pertahanan Internasional (IDEF) ke-11 di Istanbul, Turki, Mei 2013.

Produksi tank bersama Indonesia dan Turki tak digarap terburu-buru. Saat ini pemerintah kedua negara lebih dulu mendesain satu prototipe tank. “Setelah desain tank selesai dibuat, maka akan diproduksi massal dan digunakan bagi militer kedua negara,” ujar Zekeriya kepada VIVAnews. Desain tank RI-Turki ini akan diumumkan ke publik internasional setelah kedua negara selesai menggelar pemilu yang sama-sama berlangsung Juli 2014.

Di pihak Indonesia, produksi tank RI-Turki akan melibatkan dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Pindad dan PT Len Industri. PT Len merupakan mitra perusahaan Aselsan asal Turki yang sudah berpengalaman memproduksi peralatan komunikasi militer taktis dan sistem pertahanan elektronik untuk Angkatan Bersenjata Turki.

Sementara dari pihak Turki, proyek tank bersama ini akan ditangani oleh kontraktor pertahanan Turki, FNSS Defense System, yang kerap memproduksi roda kendaraan tempur lapis baja dan senjata untuk militer Turki dan sekutunya. Dari segi teknologi, FNSS jelas lebih maju dari PT Pindad. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk menerima transfer teknologi dari Turki.

Jika Indonesia sukses memproduksi tank Anoa yang diklaim gesit mendekati sasaran, Turki berhasil membuat tank tempur utama bernama Altay yang berbobot 65 ton dan dipersenjatai meriam kaliber 120 mm dan senapan mesin kaliber 12,67 mm. Seperti dilansir www.artileri.org, tank Altay mampu melaju dengan kecepatan 70 km per jam di jalan mulus. Belum lama ini, Turki juga meluncurkan kendaraan lapis baja intai baru yang diberi nama Kaplan atau Harimau.

Soal tank, PT Pindad juga bekerjasama dengan Belarusia untuk mengembangkan tank. Kerjasama industri pertahanan adalah salah satu poin dalam nota kesepahaman RI-Belarusia yang ditandatangani dalam kunjungan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko ke Istana Negara, Jakarta, Maret 2013. Indonesia dan Belarusia juga menjalin kerjasama dalam bidang teknologi informasi dan nanoteknologi.

 Radar Ceko 

Bukan hanya Turki dan Belarusia yang tertarik menjalin kerjasama pertahanan dengan RI, tapi juga Republik Ceko. Ceko kini sedang menjajaki kerjasama dengan militer RI terkait pertahanan radar. Ceko dikenal punya catatan yang baik soal teknologi radar, terutama radar pasif ERA Ceko.

"Ada beberapa perusahaan Ceko yang menawarkan teknologi pertahanan kepada militer Indonesia. Salah satu teknologi yang kami coba jual yakni radar pasif yang dapat digunakan untuk memantau wilayah udara. Kami juga memiliki radar untuk menara pemantau udara (Air Traffic Controller),” kata Duta Besar Republik Ceko untuk Indonesia Thomas Smetanka kepada VIVAnews, Senin 28 Oktober 2013.

Antusiasme Ceko menawarkan teknologi radarnya kepada Indonesia sudah dimulai ketika Presiden Republik Ceko Vaclav Klaus berkunjung ke Indonesia Juli 2012. Indonesia sendiri enam-tujuh tahun lalu pernah menjajaki penggunaan radar pasif Ceko untuk memperkuat pertahanan udaranya. Ketika itu TNI Angkatan Udara datang langsung ke Ceko.

Namun saat itu TNI belum memutuskan untuk menggunakan radar pasif Ceko karena radar tersebut masih harus diintegrasikan dengan sistem radar yang sudah ada di Indonesia. Kesulitan mengintegrasikan radar baru dan radar lama juga terjadi ketika Indonesia menggabungkan sistem radar buatan Inggris dan Prancis.

Selain menawarkan radarnya, Ceko juga berharap dalam menjalin kerjasama pembelian senjata ringan dengan Indonesia. “Tapi saya tidak bisa memaparkan hal tersebut secara spesifik karena masih dalam tahap penjajakan,” kata Dubes Ceko Smetanka.

 Jet Tempur Korea-RI 


Proyek pesawat tempur Indonesia-Korea Selatan yang dimulai tahun lalu, ditargetkan selesai tahun 2020 meski ada kendala dana. Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin menekankan pentingnya keberlanjutan produksi jet tempur bersama RI-Korsel itu, siapapun yang terpilih menjadi Presiden RI pada Pemilu 2014.

“Program pesawat tempur KFX/IFX (Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment) adalah program nasional demi kepentingan bangsa dan negara. Kita harus mewujudkannya demi kemandirian bangsa membangun kekuatan pertahanannya,” kata Sjafrie. Tekad itu tak mengherankan karena bila proyek ini berhasil, maka KFX/IFX akan menjadi pesawat tempur pertama yang dibuat Indonesia.

Proyek tersebut kini memasuki tahap kedua, yakni pengembangan pesawat atau engineering manufacturing development. PT Dirgantara Indonesia menyiapkan 30 item dari 72 teknologi dalam pesawat itu. Untuk pengerjaan pesawat dengan skema joint production ini, Indonesia telah mengirimkan 40 orang teknisi dan insinyurnya ke Korsel pada pertengahan tahun 2012.

Pengembangan teknologi jet tempur KFX/IFX akan dilakukan hingga tahun 2020, dan dana yang dibutuhkan untuk memproduksi pesawat ini mencapai US$8 miliar, di mana Indonesia mendapat porsi anggaran sebanyak US$1,6 miliar.

Apapun, ambisi RI dan Korsel untuk memiliki pesawat tempur buatan sendiri masih terganjal dana. Dalam pertemuan antara Ketua Parlemen Korsel Ahn Hong-joon dan Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung, Mei 2013, terungkap bahwa pemerintah Korsel kesulitan mencari dana untuk proyek mahal tersebut. Namun Hong-joon meyakinkan, proyek KFX/IFX tak akan terhenti.

Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan, jet tempur Korsel-RI ini nantinya akan lebih canggih dari F-16 buatan Amerika Serikat. “Kalau F-16 itu generasi keempat, F-35 generasi kelima, KFX/IFX di tengah-tengahnya. Sukhoi buatan Rusia masih generasi empat,” kata Budi.

Untuk diketahui, F-16 dan F-35 merupakan pesawat tempur buatan Amerika Serikat, namun diproduksi oleh perusahaan yang berbeda. F-16 dikeluarkan oleh General Dynamics, sedangkan F-35 dikembangkan oleh Lockheed Martin.

KFX/IFX buatan RI-Korsel nantinya akan diproduksi sebanyak 250 unit, dan Indonesia mendapat bagian 20 unit. Satu unit pesawat tempur ini nantinya dihargai sekitar US$70-80 juta.

Masih banyak negara-negara lain yang berminat menjalin kerjasama dalam industri pertahanan dengan Indonesia, misalnya Ukraina. Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan, intelijen, dan luar negeri telah berkunjung langsung ke Ukraina, April 2013. Ukraina merupakan salah satu pusat industri militer di masa Uni Soviet masih berdiri.

Di Ukraina, DPR antara lain mengunjungi industri lapis baja, radio, roket jarak jauh dan luar angkasa, penerbangan, serta perkapalan. “Ukraina adalah negara produsen peluru kendali terbesar ketiga di dunia. Indonesia menginginkan pola kerjasama transfer teknologi dan produksi bersama,” kata anggota Komisi I Husnan Bey Fananie.

Namun kerjasama pertahanan RI-Ukraina sejauh ini belum terealisasi karena belum terbentuk komisi gabungan antara kedua negara.(eh)


  Vivanews