“Orang Pendek” Sumatera: Manusia atau Kera?

Banyak saksi melihatnya di hutan Sumatera. DNA mirip manusia?

 Ilustrasi Orang Pendek
Hampir setiap hari para polisi hutan di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, berjalan kaki menyusuri hutan perawan di wilayah seluas 125 ribu hektar. Itu tugas rutin, berpatroli mengawasi tiga area besar taman konservasi, Way Kanan, Way Bungur, dan Kuala Penet. Setiap area itu dibagi lagi menjadi empat resor.

Mereka menjaga taman nasional dari pembalakan liar, atau perburuan liar. Hutan di Way Kambas adalah tempat konservasi badak, harimau sumatera, dan juga gajah. Di sana bahkan ada sekolah gajah pertama di Indonesia.

Sekali patroli, para polisi hutan itu bisa berjalan kaki selama dua pekan, atau bahkan sebulan. “Mereka membawa makanan, dan juga tenda”, ujar juru bicara Taman Nasional Way Kambas, Sukatmoko kepada VIVAnews.

Tapi satu regu patroli di resor Rawa Bunder, Way Kanan, menemukan hal mengejutkan pada Ahad, 17 Maret 2013 lalu. Di petang hari itu, di saat tubuh mulai lelah, tujuh polisi hutan terperangah: ada sekelompok makhluk mirip manusia namun ukurannya lebih kecil melintas di rawa.

Mereka sontak terkesiap. Para polisi hutan dan kelompok “orang pendek” itu berhadap-hadapan dengan jarak sekitar 30 meter. Kaget, dan tak menyangka bersua makhluk aneh, para polisi hutan itu terpacak diam. Hening. Sekejap kemudian, gerombolan “orang pendek” itu berlari masuk ke dalam rimbun hutan. Hilang.

Barulah para polisi hutan sadar, seharusnya mereka mengabadikan gambar “orang-orang pendek” itu. Mereka hanya bisa mengingat “orang-orang pendek” itu bertelanjang, sebagian memegang kayu berbentuk tombak, dan bahkan ada yang menggendong bayi. Diduga saat itu, mereka sedang mencari ikan atau mencari air minum.

Penasaran dengan apa yang mereka lihat, tiga hari kemudian, grup itu kembali berpatroli di tempat sama. Tim sengaja memilih waktu persis saat mereka bertemu makhluk aneh, menjelang malam. Dan betul, “orang-orang pendek” yang dihitung lebih dari sepuluh orang itu terlihat lagi. “Suasana dan lokasinya sama saat petugas patroli melihat yang pertama dan yang kedua,” kata Sukatmoko. Namun, lagi-lagi, polisi kalah cepat memotret mereka.

Dari penampakan kedua ini, tim memastikan, penampilan “orang-orang pendek” itu seperti manusia purba. “Mereka tidak memakai baju, berambut gimbal panjang dan memegang tombak kayu panjang. Tidak bisa juga dibedakan yang masih dewasa atau anak-anak, namun petugas kami melihat ada di antaranya seperti yang perempuan sedang menggendong bayi,” Sukatmoko menambahkan.

Hari itu juga, polisi hutan Taman Nasional memasang 15 kamera pengintai bersensor inframerah di sekitar lokasi itu. Kamera ini biasa digunakan untuk menangkap gambar aktifitas satwa liar, dan bisa menangkap objek bergerak yang melewatinya baik siang maupun malam.

“Nanti kalau sudah ada bukti secara visual kami baru bisa bicara. Karena selama ini kami hanya mengandalkan bukti penglihatan mata petugas, maka kami saja belum berani melaporkannya ke kementerian kehutanan secara resmi,” kata Sukatmoko.

Ini sebetulnya bukan kali pertama “orang-orang pendek” itu terlihat. Pada 1995, satu regu pendaki di Gunung Singgalang pernah bersua dengan makhluk serupa yang dilihat para polisi hutan di Way Kambas. Denni, seorang anggota pendaki itu, menghubungi VIVAnews setelah berita temuan “orang-orang pendek” itu dimuat di media. “Saya pernah melihat ‘orang pendek’”, ujarnya.

Dia berkisah, pada suatu pagi, dia mendaki gunung setinggi 2.887 meter itu. Sekitar pinggang gunung, di sebuah kawasan yang agak datar, tiba-tiba Denni dan temannya kaget campur takjub melihat sepasang makhluk seperti monyet tapi berjalan dengan dua kaki. Tangannya mengayun khas seperti manusia. “Bulunya berwarna emas, berjalan tegak, berpegangan tangan,” kata Denni. Denni dan temannya berhenti berjalan, lalu mengamati.

Tinggi makhluk tak berekor itu sepinggangnya atau kira-kira 1 meter. Sepasang makhluk itu berjalan kira-kira 30 meter di dekat mereka berdua. Semua badannya berbulu, kecuali mukanya. Bulu di kepalanya sedikit lebih panjang. “Mukanya agak rata,” kata Denni.

Meski perawakan seperti manusia, namun bulu tipis di sekujur badannya membuatnya tampak lebih seperti monyet daripada manusia, kata Denni.

Karena tak pernah melihat makhluk macam itu sebelumnya, Denni yang menenteng kamera saku pun bergerak cepat hendak memotret. Namun seperti tahu mau dipotret, kedua makhluk itu bergerak lebih cepat, menghilang di balik rimbun pepohonan. Dia gagal mengambil gambar dari temuan langka itu.

“Orang Pendek” Kerinci

Tapi Deborah Martyr, perempuan peneliti asal Inggris yang beberapa kali menyaksikan ”orang pendek” di Taman Nasional Kerinci Seblat, meragukan makhluk yang dilihat polisi hutan di Way Kambas adalah “orang pendek” yang sama.

Debbie, begitu panggilan perempuan itu, menyatakan “orang-orang pendek” yang dilihatnya di sejumlah hutan di Jambi, Bengkulu dan Sumatera Barat umumnya soliter, tidak bergerombol lebih dari tiga orang.

“Saat melihat ‘orang pendek’, dia hanya sendiri. Tidak pernah saya melihat mereka berkelompok hingga belasan,” kata Pemimpin Tim Fauna & Flora International's Tiger Protection & Conservation Units di Sumatera itu.

Perkenalan Debbie dengan “orang pendek” dimulai dari tahun 1989, ketika dia saat itu bekerja sebagai jurnalis sebuah media di Inggris, dan berlibur ke kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat yang membentang di empat provinsi yakni Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Saat itu, Debbie mendengar kisah Orang Pendek. Dia pun penasaran. Namun baru tahun 1994, Debbie bersama Jeremy Holden dari Fauna dan Flora International-IP dan Achmad Yanuar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menggelar Project Orang Pendek.

“Awalnya saya juga beranggapan sama, itu hanya mitos. Namun setelah melihat, saya yakin itu bukan mitos,” katanya saat diwawancara jurnalis VIVAnews, Eri Naldi dan Arjuna Nusantara, di kediamannya di Sungai Penuh, Jambi, Rabu 27 Maret 2013.

Debbie pertama kali melihat “orang pendek” tahun 1994 di kawasan Gunung Tujuh dan kemudian di Gunung Kerinci, masih di Taman Nasional Kerinci Seblat. Tahun 1995, saat memasuki bagian Sumatera Barat dari taman nasional itu, di Solok Selatan, kembali Debbie melihat makhluk soliter ini. Tahun itu juga dia kembali menyaksikan makhluk itu di hutan lindung di perbatasan Sumatera Barat dengan Sumatera Utara. Terakhir, pada 1996, Debbie melihatnya lagi di sebuah hutan produksi di Mukomuko, Bengkulu, dan di Tapan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Namun tak satu pun yang berhasil dipotretnya. Padahal mereka sudah memakai kamera pengintai paling canggih yang biasa memotret harimau sumatera. Alhasil, tim penelitian ini lebih banyak mengandalkan penelitian berdasarkan pandangan mata saksi, termasuk mereka sendiri.

“Badannya agak besar, tinggi sekitar 130 cm. Warna kulitnya madu tua, bulu di kepala sedikit tebal. Perawakan wajahnya hampir sama dengan orangutan tapi tidak mirip dengan manusia,” kata Debbie menceritakan ciri-cirinya, mirip seperti yang dilihat Denni di Gunung Singgalang.

Yanuar yang meraih gelar master dari Universitas Cambridge, Inggris, atas penelitian primata di Kerinci ini juga mengalami hal yang sama, hanya bisa melihat namun tak bisa mengabadikan gambar “orang pendek” ini. Bahkan Yanuar lebih dulu melihat “orang pendek” ini daripada Debbie. Kali pertama, seperti diungkapkannya dalam sebuah laporan terkait Project Orang Pendek, adalah di Provinsi Lampung di tahun 1993.

“Jelas sekali berjalan dengan dua kaki, memperlihatkan ayunan tangannya,” kata Yanuar. “Warna (bulu)nya coklat agak keemasan.”

Meski tak mendapatkan gambar meyakinkan, Project Orang Pendek ini berhasil mengumpulkan spesimen rambut, feses, jejak telapak kakinya, serta bentuk pemukimannya. Rambutnya kemudian ada yang dikirim ke Inggris untuk diekstrak DNA-nya. Jejak kaki juga dicetak, memperlihatkan lekuk seperti telapak kaki manusia, namun lebih pendek, lebih lebar dan jempolnya agak besar dan mencelat.

“Jempol menonjol keluar dan beban sepertinya dibagi rata untuk menghasilkan kombinasi kera besar dan manusia. Saya mencatat beberapa persamaan, berdasarkan bentuk kaki,” Yanuar menulis di laporan riset.

Satu kali, dalam riset lapangan, tim sempat mendapatkan feses segar “orang pendek”. Baunya seperti feses manusia. Analisis atas feses ini, disimpulkan orang pendek itu adalah omnivora meski lebih banyak memakan sayur, buah-buahan dan akar-akaran. Orang pendek juga memangsa serangga seperti ulat pohon dan larva. “Tapi sepertinya dia tidak makan cabai,” kata Debbie lalu tertawa.

Kemudian tim juga mengumpulkan hasil wawancara dengan penduduk yang pernah bertemu makhluk itu. Narasumber ini macam-macam pekerjaannya, 57 persen petani, 18 persen pemburu atau pengumpul gaharu, 14 persen pegawai pemerintah, 4 persen ahli kehutanan dan lainnya sekitar 8 persen.

Ada variasi penampakan “orang pendek” di mata narasumber riset. Ada yang melihatnya berjalan dengan empat kaki, tapi umumnya dua kaki. Tapi semuanya konsisten melihat makhluk ini berjalan di atas tanah, tak ada yang melayang dari pohon ke pohon seperti dilakukan kera, beruk atau orangutan.

Sementara warna bulu di badannya, umumnya berwarna coklat meski ada sedikit yang melihatnya kemerahan atau keemasan. Bulu di kepala lebih panjang dan tebal, sementara di bagian dada dan perut lebih tipis sehingga memperlihatkan warna kulit mereka.

Umumnya mereka ditemui sedang berjalan, kemudian makan, dan sedikit yang bertemu sedang berbaring. Sementara tinggi badan, ada yang melihat di bawah 1 meter, namun ada yang sampai 130 sentimeter.

Narasumber ini tersebar di sepanjang Bukit Barisan dari utara Sumatera Barat sampai ke selatan Bengkulu, baik dari dataran rendah sampai pegunungan di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. Penamaannya pun beragam.

Di Sumatera Barat, “orang pendek” itu juga dikenal sebagai Si Bigau. Di Jambi sendiri, selain disebut Uhang Pandak (dialek lain dari ‘Orang Pendek’), juga disebut Antu Pandak dan Si Gugu.

William Marsden, yang menghabiskan masa mudanya di Sumatera antara tahun 1754 sampai 1836, sudah menyinggung soal Si Gugu ini dalam bukunya berjudul “History of Sumatra”. Dalam buku edisi tahun 1811, Marsden yang juga dari Inggris menceritakan bahwa di antara Palembang dan Jambi, ada dua suku yang hidup di hutan yakni suku Kubu dan Gugu. Gugu, dijelaskan Marsden, kecil dan berbulu di sekujur tubuhnya.

Seorang warga Sungai Penuh, Kerinci, Iskandar Zakaria, adalah salah satu warga yang percaya dengan keberadaan Orang Pendek. Di tahun 1990-an akhir, Iskandar yang kini berusia 71 tahun melihat betul Orang Pendek. Saat itu, Iskandar memang sengaja menjelajah hutan di kaki Kerinci dengan niat mencari makhluk legenda itu.

Di hari ketiga pencariannya, menjelang Subuh, Iskandar yang saat itu mau buang air besar di pinggir sungai di sebuah perkebunan melihat yang dicari-carinya. Orang Pendek terlihat turun dari bukit menuju sungai. "Saya terkejut dan hanya bisa diam saja. Karena, Uhang Pandak itu berjalan tepat di hadapan saya. Pada saat itu jaraknya hanya sekitar dua atau tiga meter saja dari saya," katanya.

"Pada saat melintas di depan saya, Uhang Pandak ini melirik saya. Kejadian itu cepat sekali. Karena, setelah melintas di hadapan saya, Uhang Pandak hilang ke dalam hutan lagi," katanya.

Dari pengamatan itulah, Iskandar menyatakan, wajah Orang Pendek sama sekali tidak menyerupai manusia. Sekujur tubuh mahluk dengan ketinggian sekitar 80 sentimeter ini ditutupi bulu seperti orangutan. Dan satu hal lagi, dia berjalan dengan telapak kaki ke depan, bukan terbalik seperti selama ini menjadi mitos di masyarakat

"Tempat tinggal Uhang Pandak ini semak rimbun. Makanannya kulit kayu yang ada di hutan. Karena, dari yang saya temui di sekitar tempat tinggal Uhang Pandak ini banyak bekas kupasan kulit kayu," katanya.

Kera atau Orang? 

“Mereka tergolong primata, bukan manusia,” kata Debbie yakin, saat ditanya soal klasifikasi 'Orang Pendek' ini. Orang Pendek, kata Debbie, adalah primata yang belum tercatat dalam ilmu pengetahuan.

“Asumsi saya dia lebih dekat ke Siamang. Mereka tidak berkelompok tapi tumbuh dalam keluarga kecil—satu ibu dan anak-anak tanpa pejantan.” Karena asumsi inilah Debbie meragukan gerombolan yang di Way Kambas adalah “Orang Pendek” yang sama dengan yang ditelitinya bertahun-tahun.

David Chivers, ahli primata dari Universitas Cambridge, telah menganalisis jejak telapak kaki yang dikumpulkan Debbie dan kawan-kawan. “Sangat tak biasa, karena mereka merupakan campuran karakter dari semua jenis kera dan manusia,” kata Chivers seperti dilansir majalah Edge Science edisi #7, April-Juni 2011. “Mereka punya jari yang lebih pendek, hampir seperti manusia.” Antropolog biologis dari Universitas Idaho, Jeff Meldrum, juga melihat jejak kaki itu menandakan bipedalisme atau berjalan dengan dua kaki.

Sementara analisis atas DNA rambut, ahli hewan Hans Bruner dari Universitas Deakin, Australia, menyatakan rambut itu milik primata tak dikenal. Tahun 2010, jebolan genetika Universitas Oxford Tom Gilbert melakukan tes DNA sendiri atas rambut tersebut. Peneliti di Centre for GeoGenetics, bagian dari Natural History Museum of Denmark, itu menyatakan DNA makhluk itu adalah manusia, atau setidaknya berhubungan dekat dengan manusia. Jika pendapat ini diterima, “orang pendek” bisa berdiri sejajar dengan Homo neanderthal, Homo floresiensis dan Homo sapiens alias masuk jajaran “manusia”.

Lembaga riset genetika di Indonesia, Eijkman Institute for Molecular Biology sendiri skeptis dengan status manusia atas “orang pendek” ini. Deputi Direktur Lembaga Eijkman Prof Herawati Sudoyo menyatakan, pertanyaan soal genetika “orang pendek” belum bisa dijawab karena tak ada gambar yang jadi bukti keberadaan mereka. Jika keberadaannya sudah pasti, barulah kemudian bisa lanjut kepada pengambilan sampel DNA, kata Herawati.

Soal gambar dan habitat “orang pendek” inilah yang menjadi pekerjaan bertahun-tahun sejumlah pemerhati flora dan fauna. Fauna Flora International (FFI) yang melakukan monitoring harimau sumatera di Taman Nasional Kerinci Seblat belum pernah mendapat gambar “orang pendek” dari seratusan kamera trap yang terpasang di enam lokasi sejak tahun 2004.

“Jika memang ada, mungkin sudah tertangkap kamera pengintai kami,” ujar Yoan Dinata, Manager FFI areal Sumatera Barat pada VIVAnews.

“’Orang pendek’ itu sepertinya punya kemampuan mendeteksi benda listrik,” kata Suwandi Ahmad, yang pernah membantu dokumentasi tim Debbie saat mengumpulkan data “orang pendek”. “Indra pendengaran dan penciuman mereka sepertinya tajam sekali,” kata Suwandi.

Dia lalu menceritakan sebuah kisah unik seorang fotografer alam bebas yang sudah delapan bulan mengikuti Debbie, berusaha memotret “orang pendek”. “Setelah delapan bulan, pada suatu saat, baterai kameranya habis, dia lalu mengganti baterenya,” kata Suwandi. “Saat itulah, beberapa “orang pendek” datang mengerubungi fotografer itu. Dia gemetaran saat mengisi baterai, namun ketika sudah terisi, ‘orang pendek’nya pergi lagi. Seminggu lamanya setelah itu si fotografer ngambek,” kata Wandi tertawa.

Dosen Biologi Universitas Andalas, Dr. Wilson Novarino, salah satu ilmuwan yang yakin akan keberadaan “orang pendek”, menyebut insting makhluk menghindari dari manusia itu mungkin bagian dari kunci survivalnya. “Karena kondisinya yang sangat sensitif dan tidak mau bertemu manusia, bisa jadi populasinya semakin mengerucut,” kata Wilson.

Orang Pendek, kata Wilson, sangat besar kemungkinan salah satu dari banyak hewan yang masih misterius. Hingga kini baru 1,9 juta spesies telah teridentifikasi. Dalam studi yang dipublikasikan Selasa, 23 Agustus 2011 di jurnal PLoS Biology, ilmuwan menghitung ada nyaris 8,8 juta spesies di Bumi. Dari jumlah itu, 6,5 juta berada di daratan dan 2,2 juta di lautan. Kerajaan hewan mendominasi dengan 7,8 juta spesies, fungi (jamur) sekitar 611.000 dan tanaman sekitar 300.000 spesies.

Jika benar ada 8,8 juta spesies, "Itu angka yang brutal," kata Direktur Eksekutif Ensiklopedi Kehidupan, Erick Mata. "Kita bisa menghabiskan waktu 400 sampai 500 tahun untuk mendokumentasikan spesies yang benar-benar hidup di planet kita," katanya.

Bisa jadi, “orang pendek” adalah salah satu makhluk yang masih luput terdata itu.(np)

 Berburu ‘Hobbit’ di Gua Flores 

Meski berotak mungil, mereka tidak terbelakang --justru jenius. 

 Ilustrasi wajah Homo Florensiensis
Pernyataan Dr. Debbie Argue mencengangkan hadirin di sebuah forum ilmiah. "Kami telah membandingkan (tengkorak) Homo florensiensis dengan hampir semua spesies yang satu gen dengan kita, manusia," ungkap Dr. Argue. "Mereka mirip seperti Australopithecine, yang diyakini sebagai genus Homo sebelum berevolusi jadi manusia modern (Homo sapiens)."

Argue membeberkan kisahnya satu dekade silam kala mengekskavasi Liang Bua di Flores. Ketika itu, bersama sejumlah rekan dalam tim penelitiannya, peneliti dari Departemen Arkeologi dan Antropologi di Australian National University (ANU) itu menggali jejak keberadaan manusia purba Homo florensiensis yang masih misterius.

Dan mereka nyaris tak percaya ketika menemukan jejak spesies manusia baru, yang diperkirakan hidup pada era Pleistosen itu, atau sekitar 2 juta - 12.000 Sebelum Masehi.

"Kita tahu bahwa Homo florensiensis telah berada di Flores, setidaknya dari 100 ribu tahun hingga 12 ribu tahun yang lalu," ucap Argue. "Tapi bukan tidak mungkin mereka pernah hidup bersama manusia modern. Setidaknya, 40 ribu tahun yang lalu juga ada Homo sapiens yang tersebar di Asia, Papua Nugini, dan Australia.”

"Inilah kenyataannya. Selama ini semua orang berpikir hanya spesies kita yang tersisa dan selamat sejak akhir Era Neanderthal, tapi ternyata tidak," ditandaskan oleh perempuan yang berkutat dengan jagat evolusi manusia sejak 1995 ini.

Semula, temuan Argue tak dipercaya banyak orang, termasuk oleh sejumlah arkeolog yang secara blak-blakan mengecam hasil penelitiannya. Mereka menuding yang ditemukan Argue hanyalah tengkorak manusia modern yang menderita kelainan microcephaly, atau mempunyai tengkorak dan otak berukuran lebih mungil dari standar manusia normal.

Debbie pantang mundur. Dia berteguh pada pendiriannya. Dia yakin temuannya bisa mengubah paradigma arkeologi, menjungkirbalikkan gagasan utama yang hidup saat ini bahwa Homo sapiens adalah satu-satunya gen manusia di Bumi, yang tersisa sejak kepunahan Homo erectus (1,8 juta - 300 ribu tahun lampau) dan Neanderthal (600 ribu - 350 ribu tahun lampau).

"Ini adalah ilmu. Memang bukan bukti definitif, tapi ini hipotesis yang sangat-sangat solid," dia berkukuh.

Belakangan, pengakuan pun datang. Hasil kerja keras Argue mendapat apresiasi dan dipublikasikan di Journal of Human Evolution.

 “Saya Dua Kali Melihat Orang Pendek” 

Wawancara peneliti Orang Pendek asal Inggris, Debbie Martyr. 
Misteri Orang Pendek masih menjadi teka-teki di kalangan ilmuwan. Minimnya data ilmiah tak sebanding dengan segudang cerita warga yang seakan tak pernah sepi tentang makhluk yang satu ini. Keragaman cerita dan kesamaan ciri fisik yang berkembang di sejumlah daerah membuat beberapa akademisi meyakini keberadaan Orang Pendek.

Debbie Martyr, warga negara Inggris, rela menghabiskan waktunya selama enam tahun untuk membuktikan kebenaran mitos tersebut. Berawal dari liburan pasca cuti sebagai jurnalis, Debbie sampai ke Kerinci, Jambi, dan memulai penelusurannya pada mitos Orang Pendek.

Reporter VIVANews, Eri Naldi dan Arjuna Nusantara, berkesempatan mewawancarai Debbie Martyr di kediamannya di Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Berikut kutipan wawancara dengan mantan editor BBC Inggris ini.

Apa yang membuat Anda sampai ke Kerinci dan menghabiskan waktu begitu lama meneliti soal Orang Pendek yang katanya tak lebih dari mitos?

Saya awalnya seorang jurnalis. Tahun 1989 ambil cuti dan liburan ke Asia termasuk Kerinci. Di sini saya mendengar ada cerita Orang Pendek. Awalnya saya juga beranggapan sama, itu hanya mitos. Namun setelah melihat, saya yakin itu bukan mitos.

Anda pernah bertemu orang pendek?
Saya tidak bertemu, tapi saya melihat. Saya pernah melihat dua kali. Tolong dibedakan antara bertemu dengan melihat. Kalau saya bertemu, mungkin saya bisa mengucapkan salam (ujarnya sambil tertawa ringan).

Kapan Anda pernah melihatnya dan di mana lokasinya?
Saya melihat pertama kali tahun 1994 dan terakhir tahun 1996. Tahun 1994 saya melihat di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yakni di Gunung Tujuh dan kedua di Gunung Kerinci. Tahun 1995 di Solok Selatan (kawasan TNKS) dan hutan lindung di perbatasan Pasaman dengan Sumatera Utara. Lalu pada tahun 1996 perbatasan Muko Muko dengan Bengkulu Utara (hutan produksi). Dan terakhir di tahun yang sama di Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan (masuk wilayah TNKS).

Saat melihat Orang Pendek Anda tidak mengabadikannya?

Sebenarnya waktu itu saya memegang kamera. Tapi karena kaget, tidak terpikir untuk memotret. Setelah itu, saya penasaran dan ingin mendokumentasikan dan meneliti lebih dalam. Akhirnya saya ajak beberapa pihak. Akhirnya di bawah LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) saya meneliti, bekerjasama dengan TNKS.

Kemudian saya pasang sekitar 10 kamera di beberapa titik, namun hasilnya nihil. Akhirnya, saya bersama teman saya Jeremy Holden sebagai teknisi kamera, memutuskan untuk mengumpulkan jenis satwa seperti burung yang terdapat di TNKS. Karena, orang TNKS tidak punya peta lokasi satwa di TNKS.

Sejak itu, saya berkeliling di sepanjang TNKS dan beberapa hutan lindung di pulau Sumatera. Maka bertemulah saya dengan Orang Pendek ini.

Seperti apa ciri-ciri Orang Pendek itu?
Badannya agak besar. Tinggi sekitar 130 cm. Warna kulitnya madu tua, bulu di kepala sedikit tebal. Perawakan wajahnya hampir sama dengan Orang Utan tapi tidak mirip dengan manusia.

Apakah yang Anda lihat sama dengan ciri-ciri yang disampaikan warga?
Hampir sama. Hanya saja yang saya lihat lebih kecil dari ciri-ciri yang disampaikan warga.

Apakah dia berjalan seperti manusia?
Bukan, jalannya sedikit berbeda dari manusia dan tidak sama dengan Orang Utan. Dia berjalan dengan kaki dua sangat lancar. Waktu itu saya lihat dia berjalan pelan dan hati-hati. Tangannya di kedepankan sambil menguak tumbuh-tumbuhan yang ada di depannya.

Dari sekian lama Anda meneliti, kira-kira apa makanan Orang Pendek?
Makannya sayur-sayuran, buah dan akar. Tapi sepertinya dia tidak makan cabai.

Menurut Anda, apakah Orang Pendek tergolong ke manusia atau bagaimana?
Oh, tidak. Mereka tergolong primata, bukan manusia.

Lebih dekat ke spesies apa pada jenis primata?
Asumsi saya dia lebih dekat ke Siamang. Mereka tidak berkelompok. Tapi tumbuh dalam keluarga kecil —satu ibu dan anak-anak tanpa pejantan.

Soal penemuan Orang Pendek oleh polisi hutan di Way Kambas, bagaimana menurut Anda?
Mereka boleh saja menemukan itu. Secara ciri-ciri, berbeda dengan yang pernah saya lihat. Di sini, lebih besar dari yang dilihat polisi hutan Way Kambas. Ingat, Way Kambas bukan taman nasional besar, teman-teman peneliti di sana menemukan Badak Sumatera, anehnya, masyarakat tidak tahu sebelumnya.

Kita tunggu saja hasil kamera tersembunyi mereka. Bisa jadi yang dilihat di sana memang berbeda dengan yang ada di Kerinci, karena Hutan Sumatera sangat kaya. Tanpa keinginan untuk membantah penemuan itu, tapi saya yakin yang ada di Way Kambas berbeda dengan yang di Kerinci.

Anda tidak yakin jika mereka berkelompok?
Saat melihat Orang Pendek, dia hanya sendiri. Tidak pernah saya melihat mereka berkelompok.

Anda telah memulai, apakah tidak ada keinginan untuk terus meneliti Orang Pendek hingga bisa dibuktikan secara ilmiah?
Saya sudah pernah melihat, dan ini bisa menjadi awal bagi para ilmuwan untuk membuktikannya secara ilmiah. Sejak tahun 2000, saya fokus melakukan monitoring Harimau di TNKS, jadi fokus saya sekarang berbeda. Bukan saya tidak ingin mengakhiri penelitian ini dengan keberhasilan —Orang Pendek tertangkap kamera pengintai. Tapi pekerjaan saya sekarang cukup padat, membantu orang di TNKS untuk meneliti satwa.

Ada keinginan untuk kembali ke Inggris?
Saya merindukan Inggris, tapi saya selalu ingin pulang ke Kincai (sebutan Kerinci bagi masyarakat setempat).


PLN Percepat Perbaikan Menara Sutet Sumedang

Jakarta PT PLN (Persero) mempercepat perbaikan sistem transmisi dari menara Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) pemasok listrik DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Dari normal 16 hari, perbaikan dipercepat menjadi 8 hari.

Demikianlah yang disampaikan oleh General Manager Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali E Haryadi di Sumedang, Jawa Barat, Minggu (31/3/2013)

"Normal 16 hari, kita akhirnya butuh 8 hari," sebutnya.

Percepatan tersebut artinya juga meminimalisir gangguan seperti pemadaman yang mengenai tiga provinsi. 8 hari proses perbaikan adalah dari tanggal 28 Maret - 5 April 2013.

"Sejak Kamis pukul 22.00 kemaren, PLN mulai perbaikan tower Sutet di Sumedang selama 8 hari. Kami sengaja memanfaatkan waktu libur panjang disaat beban rendah sehingga dampak pemadaman dapat diminimalisasi," paparnya.

Haryadi mengatakan, untuk pondasi menara sebenarnya sudah selesai dari enam bulan yang lalu. Pondasi dibuat karena sudah memprediksi stabilitas pijakan tanah (lanslide) yang terlihat terkikis akibat curah hujan.

"Jadi sekarang itu 8 hari Itu dihitung mulai dari leher menara keatas dan pemindahan kabelnya, pas saatnya itulah dipadamkan," terangnya.

Sutet tersebut menyalurkan listrik dari Mandirancan (Cirebon) ke Bandung Selatan. Akibatnya transfer daya dari pembangkit yang ada di wilayah timur Jawa ke wilayah barat (Jakarta dan Jawa Barat) berkurang sekitar 750 Mega Watt (MW).

Kekurangan pasokan listrik ke Jakarta dan Jawa Barat ini diupayakan semaksimal mungkin untuk dipenuhi dengan mengoptimalkan pembangkit yang ada di wilayah barat seperti PLTU Indramayu, PLTU Lontar Tangerang dan PLTU Priok.(dru/dru)


Siap-siap, Mulai 1 April PLN Padamkan Listrik 3 Jam Secara Bergiliran

Jakarta PT PLN (Persero) memastikan tiap pelanggan hanya akan menderita pemadaman listrik selama 3 jam akibat perbaikan menara Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) di Sumedang.

Pemadaman bergilir rencananya memang akan berlangsung dari tanggal 1 hingga 5 April 2013 untuk lokasi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

"Jadi selama 5 hari, itu pelanggan cuma akan menderita pemadaman 3 jam dan cuma sekali kenanya," kata General Manager Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali E Haryadi di Sumedang, Jawa Barat, Minggu (31/3/2013)

Ia membantah, jika ada persepsi yang menyebutkan bahwa setiap hari akan mengalami mati listrik. Sehingga, pada beberapa kalangan merasa perlu menyiapkan peralatan tambahan.

"Jadi gak perlu lah saya rasa pakai petromax segala," ungkapnya.

Penghentian sementara aliran listrik tersebut akan dilakukan secara bertahap/bergantian selama 3 jam mulai tanggal 1 sampai dengan 5 April 2013 pukul 09.00 WIB – 21.00 WIB.

Berikut ini daftar lengkap jadwal dan wilayah pemadaman listrik bergilir:

Senin, 1 April 2013
Tahap I pukul 09.00 – 12.00 WIB


Gardu Pondok Kelapa: Kali Malang, Jatiwaringin, Penggilingan, Jaka Sampurna, Bintara, Pondok Kelapa, Pondok Kopi, Jati Kramat, Pondok Gede, Jati Makmur, Jatibening dsk

Gardu Dukuh Atas: Allianz TowerJl. Rasuna Said, Jl. Kuningan Persada Kav.2, Jl. Kawi dsk,Wisma Tugu, Kuningan Plaza Jl. Rasuna Said dsk,Waduk Setiabudi, PT. Metropol, Wisma Tugu Pratama, Kuningan Plaza,Apartemen Casablanca, Jl. Casablanca Raya, Tebet Barat Dalam dsk, Mena

Gardu Muara Karang: Pluit Utara, Sunda Kelapa, Muara Baru, Pluit Timur, Kapuk Raya, Kapuk Mandara Permai, Kapuk Cendana, Kapuk Utara, Pantai Indah Kapuk dsk

Gardu Duri Kosambi: Jl. Menceng Tegal Alur, Batu Ceper, Kamal, Rawa Buaya, Dadap, Daan Mogot, Semanan, Kali Deres, Gondrong Petir, Cengkareng dsk

Gardu Serpong: Cisauk, Pamulang, Kp. Babakan Pocis, BSD, Ciputat, Rumpit, Kp. Dandang, Ds Suka Mulya, Pondok Benda, Raya Serpong dsk

Senin, 1 April 2013
Tahap II pukul 12.00 – 15.00 WIB

Gardu Maximangando: Ds. Cibodas, Jati Uwung, Pasar Kemis, Jl. Raya mauk, Jl. Raya Serang, Komp Lippo Karawaci, Industri Jatake, Industri Kalisabi, Karawaci Tangerang dsk.

Gardu New Tangerang: Kawasan Industri Benua, Jl. Merdeka, Raya Serang, Jati Uwung, Desa Gembor, Pasir Jaya, Kota Bumi, Pondok Arum, Jl. Raya Mauk dsk

Gardu Taman Rasuna: Gedung Menara Bidakara 2 Jl. Rasamala Gatot Subroto Pancoran dsk, Gedung Tempo Jl. HR Rasunda Said Kuningan, Kedubes Korea, Deperindag, Bulog Jl. Raya Gatot Soebroto dsk

Gardu Cawang Baru: PGC Jl. Cililitan Besar, Kramatjati, Kp. Rambutan, Ceger, Bambu Apus, TMII, Cijantung, Cimanggis, Jl. Raya Bogor dsk

Gardu Pengangsaan: Jl. Pegangsaan, Jl. KBN Cacing, Jl. Raya Bekasi, Kelapa Gading, Perintis Kemerdekaan, Pulomas, Rawamangun, Jl. Raya Pulogadung dsk

Senin, 1 April 2013
Tahap III pukul 15.00 – 18.00 WIB


Gardu Miniatur: Lubang Buaya, Jati Waringin, Pondok Gede, Pinang Ranti, Kramatjati, Ceger, Cijantung, Bambu Apus, Ciracas, Kelapa Dua, Jl. Raya Bogor dsk

Gardu Sepatan: Gintung, Kemiri, Ketapang, Rawa Kidang, Mauk, Desa Bayur, Kp. Sangiang, Kp. Sarakan, Ds. Pakuaji, Ds. Kiara Payung, Kp. Kramat Sepatan dsk

Gardu Gambir Baru: Jl Rawa Sari, Percetakan Negara, Menteng Raya, Kwitang, Kramat Raya, Jl Pramuka Raya, Sumur Batu, Cempaka Putih, Pasar Baru, Rusun Kemayoran dsk

Gardu Marunda: Kp. Kebun Kelapa, Tanah baru, Kp. Tambun, Harapan Indah, Pejuang Jaya, Pondok Ungu, Rawa Malang, Jl. Raya Gudang Peluru Marunda dskl. Koja Bahari, PT Sarpindo, PT Pelita Bahari Kali Baru

Gardu Duren Tiga: Jl. Raya Pasar Minggu, Warung Buncit, Pejaten, Kali Bata Timur, Komp. Kalibata Indah, Gang Arab, Cililitan, Cawang 3, Ragunan, Jati Padang dsk

Senin, 1 April 2013
Tahap IV pukul 18.00 – 21.00 WIB


Gardu Mampang Baru: Jl. Tendean Raya, Duren Tiga, Jl. Bangka, Jl. Mampang Prapatan, Kemang, Buncit Raya, Karet Pedurenan, Komp Pertamina Patra, Gatot Subroto dsk.

Gardu Gandul: Kantor PT PLN P3B, GITET Gandul Jl. Cendrawasih, Ds. Limo Sawangan, Pondok Cabe, Ciputat, Pamulang Jl. Cinangka, Jl. Raya Puspitek, Karang Tengah, Lebak Bulus, Cinere, Cilandak, Pondok Labu, Perum Bona Indah, Pasar Jum'at, Pratama Hills, Pondok Indah dsk

Gardu Teluk Naga: Jl. Salembaran, Kp. Melayu, Kp. Dadap, Jl. Kamal, Ds. Belimbing, Kosambi, Rawa Kucing, Batu Ceper, Daan Mogot, S. Tahang, Kp. Kebon Besar, Tj. Pasir, Kp. Babakan Asem, Ds. Muara Teluk Naga, Pergudangan Mutiara Kosambi, Pulau Untung Jawa (Kepulauan Seribu)

Gardu Manggarai: Tebet Timur Dalam, Bukit Duri, Saharjo, Slamet Riyadi, Matraman Dalam, Matraman Raya, Berland, Jl. Tambak, Jl. Proklamasi, Manggarai dsk

Gardu Cipinang: Jl Bekasi Timur, Cipinang Muara, Pondok Bambu, Pahlawan Revolusi, Tanjung Lengkong, Otista, Cawang Kavling, Pedati, Jl. DI Panjaitan dsk

Selasa, 2 April 2013
Tahap I pukul 09.00 – 12.00 WIB


Gardu Grogol: Kantor Pajak, Jl, S Parman, Central Park Mall dan Hotel, Kantor PDAM, Komplek Indosiar, Televisi Indosiar, Jl Daan Mogot, Komp Bapenas, Tomang, Pesing, Kav Polri Jl. Jelambar Raya, Apart Mediterania, Univ Tarumanegara, Tanjung Duren dsk

Gardu Tangerang: Jl. Raya Cikokol, Pakulonan, Cimone, Kp. Kober Tanah Tinggi, Daan Mogot, Cimone, Perum Banjar Wijaya, Karawaci Tangerang dsk

Gardu Cikupa: Tanjung Kait, Pasar Kemis, Kawasan Industri Cikupa, Ds Bunder, Pasir Jaya, Ds Gembor, Rajeg, Bitung, Kp Pasirawi, Ds Wanakerta, Raya Serang dsk

Gardu Ciledug: Poris Gaga, Poris Pelawad, Poris Indah, Batu Ceper, Cipondoh, Kunciran, Sudimara Pinang, Jl Bhayangkara Serpong, Perum Pinang Griya, Kp Nerogtog, Jl Warung Gantung, PT. Pelindo Jaya Sakti, Perum Puri Permata, Kp Dongkel, Semanan Duri Kosambi, Pd Jagung, Pakujaya

PT Tosan Prima: PT. Tosan Prima Jl. Raya Bekasi

Selasa, 2 April 2013
Tahap II pukul 12.00 – 15.00 WIB


Gardu Danayasa: Senayan City, Jl. Asia Afrika, Kaw SCBD Sudirman, Binus Arteri Pd. Indah, Pd. Hijau 2, Seibu, Blok M, Sudirman Tower, Gd Asean Jl. Sisingamangaraja, Pasific Place, Jl. Senopati, Hang Lekir, Jl. Patiunus, Sumitmas, Jl. Daha, Daksa 2,4, Jl. Sriwijaya, Galuh

Gardu Balaraja: Ds. Cibadak, Ds. Pasir Nangka, Kp. Cipaeh, Kp. Jenggot, Kp. Kresek, Kp. Lontar, Kaw Industri Balaraja, Jl. Raya Serang dsk

Gardu Polu Gadung: Jl. Raya Bekasi (PT.Pangeran Karang I), Jl. Cakung Cilincing, Jl. Pulo Gadung, Rawa Terate, Pulo Buaran, Kawasan Industri dsk, PT Kesa, PT PuloGadung steel

Gardu Kembangan: Perum Puri Metropolitan, Jl. Raya Gondrong Petir, Jurumudi, Daan Mogot Raya, Cengkareng, Semanan Kali Deres, Kbn Jeruk, Kembangan, Cipondoh dsk.

Gardu Abadi GP: Semanggi Plaza, Danamon Lang Jl. Sudirman, Hotel Mariot, Jl. Dr satrio, Tanah Abang, Jl. Denpasar Jl. Kuningan Raya dsk

Gardu Kemayoran: Pademangan, Bendungan Jago, Sumur Batu, Warakas, Poncol, Kalibaru, Garuda, Bungur, Jl. Suprapto, Sunter, Jiung, Kemayoran dsk

Selasa, 2 April 2013
Tahap III pukul 15.00 – 18.00 WIB


Gardu Jatake: Kp. Gandasari, Ds. Pasir Jaya, Jati Uwung, Ds. Bunder, Cisoka, Jl. Raya Curug, Kawasan Industri Manis Jatake, Jl. Raya Serang dsk

Gardu Plumpang: Jl. Yos Sudarso Astra, Kolinlamil, Sunter, RE Martadinata, Tanjung Priok, KBN, Pelabuhan II, Wali Kota Jak-ut, Kelapa Gading, Pertamina Plumpang dsk.

Gardu Gandaria: Cibubur, PT. YKK, PT. Indo Milk Jl. Raya Bogor, HUBAD Cijantung, Komplek Kopassus, Jl. H. Yusin, Palsigunung, Komplek Kodam dan sekitarnya.

Gardu Legok: Jl. Raya Legok, Ds. Pakulonan Barat, Gading Serpong, Parung Panjang, Pagedangan, Rumpin, Jl. Raya Curug, Jatake, Kp. Cisoka Balaraja dsk.

Gardu Cawang: Cililitan, Condet, Halim, Tebet, Dewi Sartika, Otista Raya, Kramatjati, Kalibata, Pengadegan, Jl. MT Haryono, Cijantung, Cawang, Jl. Raya Bogor dsk

Gardu Gambir Baru: Jl. Angkasa Kemayoran, Jl. Serdang, Bendungan Jago, Sumur Batu, Jl. Perintis Kemerdekaan, Sunter, Jl. Suprapto, Jl. Yos Sudarso dsk

Selasa, 2 April 2013
Tahap IV pukul 18.00 – 21.00 WIB


Gardu Petukangan: Ciledug Raya, Cipulir, Kreo Ciledug, Ciputat, Lebak Bulus, Bintaro, Pondok Ranji, Pondok Betung, Jombang, Pondok Aren, Ciputat, Tn Kusir 9, Bendi Raya, Radio Dalam, Kedoya, Meruya, Joglo, Karang Tengah dsk

Gardu Lengkong: Ds. Pakulonan, Ds. Kademangan, Ds. Paku Jaya, Kp. Cihuni, Perum BSD, Perum Alam Sutera, Jl. Raya Serpong dsk

Gardu New Balaraja: PT. Sumber Mitra S, PT. Aspex Kumbong Ry Serang Ds. Kp. Jayanti Cisoka, PT. Grasindo Graha Jl. Raya Serang KM.32 , PT. Sumber Mitra S, PT. Aspex Kumbong Ry Serang Ds. Jl. Raya Serang KM.29 Balaraja, PT. Charoend P Raya Serang KM30, PT. Sierad P Mill Ra

Gardu Pulo Mas: Jl. Matraman Raya, Kayu Manis, Tegalan, Rawamangun, Cipinang, Utan Kayu, Manggarai, Jatinegara Kaum, Cempaka Putih, Jl. Raya Pulogadung dsk

Gardu Kemang: Pejaten, Pasar Minggu, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Jagakarsa, Ragunan, Cilandak, TB. Simatupang, Lebak Bulus, Cipete, Ampera Raya, Kemang Raya dsk

Gardu Kebon Sirih: Jl. Kwitang, Pasar Senin, Sebagian Salemba, Gunung Agung , Jl. Wahid Hasyim, Kebon Sirih, Dedung PLN Dist.Jaya & Tangerang Jl. Payahkumbuh, Menteng Atas, Taman Tangkuban Perahudsk,Hotel President, PT Sinar Mas, Jl Timor, Kedutaan Prancis dsk, RS Bunda Ci

Rabu, 3 April 2013
Tahap I pukul 09.00 – 12.00 WIB


Gardu Karet Lama: Jl. Imam Bonjol, Jl. Sudirman, Jl. Karet Kubur, Jl. H. Agus Salim, Taman Suka Tani, Jl. KH. Mas Mansyur, Jl. Fachrudin Tanah Abang dsk.

Gardu Citra Habitat: Ds. Sukamulya, Kp. Peusar, Cukang Galih, Cisereh, Cikuya, Cisoka, Bitung, Kp. Lebak, Ds Wanakerta, Ranca Kelapa, Daru, Curug dsk

Gardu Pasar Kemis: Desa Badak Anom, Desa Rajeg, Kp. Sangiang Sepatan, Desa Gembor, Kawasan Industri Gajah Tunggal, Jl. Raya Pasar Kemis dsk

Gardu Bintaro: Ciputat, Jombang, Bintaro, Pondok Pinang, Pamulang, Pondok Ranji, Rempoa, Legoso, Cireundeu, Pesanggrahan, Pondok Cabe, Cireundeu, Aryaputra dsk

Gardu Tiga Raksa: Ds. Cirenang, Ds. Cikuya, Ds. Cengkudu, Ds. Cempaka, Ds. Telaga, Cisoka, Jl. Raya Serang, PT. Sanex Steel, Jl. Raya Pemda Tiga Raksa dsk

Rabu, 3 April 2013
Tahap II pukul 12.00 – 15.00 WIB


Gardu Angke: Pluit, Muara Karang, Teluk Gong, Tubagus Angke, Jembatan Tiga, Penjaringan, Bandengan, Pejagalan, Sawah Lio, Jl. Kapuk Raya dsk

Gardu New Senayan: Centra Ciledug, Jl. Cidodol, Jl. Raya Ciledug, Jl. Raya Cipulir dsk , Grand Soho Jl. S. Parman Slipi , Jl. Pos Pengumben, Kelapa Dua, Joglo, Jl. Panjang Kebun Jeruk dsk, Jl. Panjang Cipulir, Jl. Delman, Jl. Peninggaran Timur, Pasar Cipulir dsk

Gardu Duri Kosambi: Taman Kencana, Pergudangan Miami, Kapuk Kamal Raya, Cengkareng, Grendvile, Rawa Buaya, Duri Kosambi, Tegal Alur, Jl. Raya Menceng dsk

Gardu Ancol: Jl. Pasir Putih Raya, Jl. Ancol Timur, Jl. Karang Bolong Raya, Lodan, Gunung Sahari, Hidup Baru, Rasela, Pademagan, Angkasa, Jl. Mangga Dua Raya dsk

Gardu Jatirangon: Jl. Kranggan, Pedurenan, Jati Karya, Jati Mekar, Jati Rahayu, Ujung Aspal, Pondok Rangon, Cisalak, Cibubur, Pondok Gede, Munjul, Mabes ABRI Cilangkap dsk

Gardu New Tangerang: Perum Total Persada, Kp. Doyong, Ds Gembor, Kota Bumi, Sitanala, Rajeg, Bayur, Selapajang, Sepatan, Jl. Raya Mauk dsk

Rabu, 3 April 2013
Tahap III pukul 15.00 – 18.00 WIB


Gardu Gedung Pola: RSCM Jl. Diponegoro, Jl. Kimia, Jl. Cikini Raya, Jl. Proklamasi, Jl. Raden Saleh, Jl. Kramat II, Jl. CPM Guntur, SKY Garden Tower, Jl. Prapatan, Fakultas Kedokteran UI Salemba, Kwitang, Jl. Kramat Raya, Kali Pasir, Jl. Kayu Manis, Menteng Dalam, Jl. Sawo

Gardu Curug: Ruko Boltsena, Cluster Domitri, Pirodini, Lorenzo, Emerald Gading Serpong dsk, PT Shanfu Metal Indonesia Jl. Raya PLP Curug,Gedung Super Mall Komplek Lippo Village Karawaci Tangereng

Gardu Penggilingan: Jl. I Gusti Ngurah Rai, Jl. Dermaga Duren Sawit, PT. Kangar Konstruksi Jl. Raya Bekasi, PT. Sharp Yasonta Jl. Rajiman WD, Telkomsel Jl. Raden Inten dan sekitarnya

Gardu PondoK Kelapa: Caman, Pondok Kelapa, Pondok Bambu, Duren Sawit, Klender, Jakasampurna, Kali Malang, Kp Cikunir, Jatibening Bekasi dsk

Gardu Mampang Baru: Kantor PLN Pusat, Lamandau Kby Baru, Jl. W. Monginsidi, Jl. Supomo, Saharjo, Psr Menteng Pulo, Kuningan Brt, Tirtayasa, Trunojoyo, Iskandar Syah, Duren Tiga, Kali Bata Utr, Ry Buncit, Tendean, Wijaya, Melawai, Tendean, Bangka, Kemang Ry, Cipete, Darmawang

Gardu Maximangando: Ds. Gembong Pasir Jaya, Kp. Ganda Sari, Kp. Cerewet, Ds. Dumpit Jatake, Jl. Panunggangan, Kp. Komp Lippo Karawaci, Jl. Raya Serang dsk

Rabu, 3 April 2013
Tahap IV pukul 18.00 – 21.00 WIB


Gardu Muara Karang: Jl. Pluit Timur, Pluit Selatan, Pluit Kencana, Pasar Ikan, Muara Baru, Jl. Pluit Raya, Muara Karang Raya dsk

Gardu Marunda: Jl. KBN Marunda, Jl. Raya Cakung Cilincing, Jl. Koja Bahari, Jl. Kali Baru, Jl. Kebantenan, Jl. Sungai Landak, Telaga Jaya. Jl. Perum Pondok Ungu, Jl. Sungai Tiram, Gudang Peluru Marunda dsk

Gardu Kebon Jeruk: Meruya, Kedoya, Tanjung Duren, Kemanggisan, Tomang, Slipi, Daan Mogot, Palmerah, Cidodol, Cipulir, Kebayoran Lama, Kebun Jeruk dsk

Gardu Teluk Naga: Taman Dadap Indah, Kosambi, Teluk Naga dsk, Kawasan Sentra Pergudangan Kosambi , PLN T.Naga,Perum Dadap Kosambi,Salembaran,Kp. Melayu, Jl. Ry Prancis, Pergud Kosambi, Perum Villa Bandara, Taman Dadap Indah, Kosambi, Teluk Naga, Kp. Kali Baru,Kp.Kramat,

Gardu Tangerang: Perum Kelapa Dua, Larangan, Cikokol, Modern Land, Cipondoh, Tanah Seartus, Jl. Panunggangan Karawaci, Cibodas Jati Uwung, Industri Jatake dsk.

Gardu Cikupa: Desa Pasir Jaya Bunder, Kaw Industri Cikupa Mas, Ds Telaga Cikupa, Ds Sukanegara, Ds. Bojong, Ds Pasir Nangka, Jl. Raya Serang dsk

Kamis, 4 April 2013
Tahap I pukul 9.00 – 12.00 WIB


Gardu Setia Budi: Jl. HR Rasuna Said, Kuningan, Jl. Sudirman, Jl. Karet Belakang, Casablanca, Jl. Dr. Satrio, Tebet, Pancoran, Jl. Gatot Subroto dsk

Gardu Pulo Mas: Jl. Matraman Raya, Kayu Manis, Tegalan, Rawamangun, Cipinang, Utan Kayu, Manggarai, Jatinegara Kaum, Cempaka Putih, Jl. Raya Pulogadung dsk

Gardu Serpong: Puspitek Serpong, Jl. Rawa Buntu, Kp. Dandang, Jl. Raya Serpong, Jl. Raya Suradita, Kawasan Industri Techno Park Serpong dsk.

Gardu Maximangando: Ds. Gembong Pasir Jaya, Kp. Ganda Sari, Kp. Cerewet, Ds. Dumpit Jatake, Jl. Panunggangan, Kp. Komp Lippo Karawaci, Jl. Raya Serang dsk

Gardu Pegangsaan: PT IGI Jl. Raya Bekasi Pulogadung, PT Wahana Garuda Lestari Pulo Gadung, Jl. Raya Bekasi, Tipar Cakung, Jl. Pegangsaan Raya dsk

Kamis, 4 April 2013
Tahap II pukul 12.00 – 15.00 WIB


Gardu Miniatur: Pondok Gede, Jagakarsa, Ciracas, Cipayung, Cijantung, Jl. Raya Bogor, Centex, Tanah Merdeka, Kramatjati, Bambu Apus, Susukan, Trikora Halim dsk

Gardu Gambir Baru: Jl. A.Yani, Jl. Perintis Kemerdekaan, Pulomas Barat, Jl. Percetakan Negara, Jl. Cempaka Putih, Rawasari, Kelapa Gading, Jl. Sunter dsk

Gardu Duren Tiga: Jl. Raya Pasar Minggu, Warung Buncit, Pejaten, Kali Bata Timur, Komp. Kalibata Indah, Gang Arab, Cililitan, Cawang 3, Ragunan, Jati Padang dsk

Gardu Gandul: Pondok Cabe, Cireundeu, Lebak Bulus, Rempoa, Pasar Jum'at, Ciputat, Pondok Labu, Fatmawati, Cilandak, TB. Simatupang, Pamulang, Cinere dsk

Gardu PT Pangeran Karang: PT. Pangeran Karang Jl. Raya Bekasi

Kamis, 4 April 2013
Tahap III pukul 15.00 – 18.00 WIB


Gardu Grogol: Jl. Makaliwe, Tanjung Duren, Slipi, Kyai Tapa, Tomang, Daan Mogot, Latumenten, Pesing, Jl. Kali Angke, Jl. Kapuk Raya dsk

Gardu Petukangan: Jl. Panjang, Ulujami, Pondok Betung, Bintaro, Ciputat, Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Pondok Indah, Radio Dalam, Kebayoran Baru, Ciledug, Jombang, Pondok Ranji, Kreo, Karang Tengah, Pondok Aren, Pesanggrahan, Joglo, Petukangan dsk

Gardu Cikupa: PT. Dong Joe Ind, Kp.Sindang Sari, Ds.Suka Mantri Pasar, Jl. Raya Serang, Ds. Bojong Cikupa, Ds Pasir Nangka, Tiga

Gardu Ciledug: Mall & Carrefour CBD Ciledug, Ruko CBD Ciledug, Jl. Ciledug Raya dsk

Gardu Pulo Gadung: Kawasan Industri Pulogadung, KBN, Pulo Lentut, Rawa Gelam, Tipar, Jl. Raya Penggilingan, Raya Cacing, Jl. Raya Bekasi dsk

Kamis, 4 April 2013
Tahap IV pukul 18.00 – 21.00 WIB


Gardu Gandaria: Jl. Raya Bogor, Palsigunung, Cimanggis, Kelapa Dua Menpor, Kampung Rumput, Cisalak, Cijantung, Bulak Ringin Cibubur dsk

Gardu Jatirangon: Pondok Gede, Lubang Buaya, Pinang Ranti, Jati Asih , Kp Sawah, Perum Bumi Asih, Kranggan, Perum Villa Nusa Indah dsk

Gardu New Tangerang: Perum Total Persada, Kp. Doyong, Ds Gembor, Kota Bumi, Sitanala, Rajeg, Bayur, Selapajang, Sepatan, Jl. Raya Mauk dsk

Gardu Plumpang: Jl. RE Martadinata, Raya Cilincing, Sunter Agung, Sunter Podomoro, Jl. Yos Sudarso, Tupar Raya, Warakas(dru/dru)

PT DI Tawarkan Pesawat Casa 212 ke Myanmar

PT DI Tawarkan Pesawat Casa 212 ke Myanmar
 Pesawat NC212 Skud 600 Pernebal
Jakarta PT Dirgantara Indonesia berencana menawarkan pesawat Casa 212 (C-212) ke Myanmar dalam kunjungan 15 BUMN ke negara itu awal bulan April. "Jumlahnya belum ditentukan (karena) masih ada kendala," kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso dalam pesan singkat singkat kepada Tempo, Sabtu, 30 Maret 2013. "Nanti yang akan menawarkan ke Myanmar itu dari Direktur Marketing kami."

Kendala yang dimaksud adalah masalah komponen. "(Di sana) masih ada masalah embargo untuk komponen Amerika seperti engine dan avionic," katanya. Meski begitu PT DI tetap akan berusaha menawarkan pesawatnya. "Saya dengar Amerika juga menawarkan produk mereka."

Sebanyak 15 BUMN akan pergi ke Myanmar guna menjajaki peluang kerjasama dan bisnis. Deputi Bidang Usaha Jasa Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Gatot Trihargo mengatakan para delegasi akan ditemani oleh Menteri Kordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Budi menyebutkan beberapa BUMN yang ikut antara lain: PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), PT Timah (Persero), PT Garuda Maintenance Facilities (GMF), PT Bukit Asam (Persero), Perum Bulog, PT Bank BNI (Persero) Tbk, PT Pupuk indonesia, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT WIKA (Persero) Tbk.

"Pertemuan nanti lebih banyak G to G (pertemuan antar pemerintah). Bank Negara Indonesia (BNI) nantinya sebagai koordinator bank lokal. Dan kami akan membuat kantor yang dikoordinasi BNI, Wika, dan Pertamina," katanya.

Casa C-212 Aviocar adalah pesawat berukuran sedang bermesin turboprop yang dirancang dan diproduksi di Spanyol untuk kegunaan sipil dan militer. Pesawat ini telah diproduksi di PT. Dirgantara Indonesia, sebagai satu-satunya perusahaan pesawat pemegang lisensi di luar pabrik produsen utamanya. Pada bulan Januari 2008, EADS CASA memutuskan memindahkan seluruh fasilitas produksi C-212 ke PT. Dirgantara Indonesia di Bandung.


  Tempo.Co  

Terancam Tenggelam, Pemerintah Reklamasi Pulau Terluar Indonesia

Pulau Nipah, Batam 
Jakarta Perubahan iklim dan abrasi pantai banyak mengikis pulau-pulau terluar Indonesisa sehingga beberapa diantaranya terancam tenggelam. Untuk menghindari hal itu, pemerintah akan mereklamasi pulau-pulau tersebut.

Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menyebutkan, salah satu pulau yang akan ditangani pemerintah adalah Pulau Nipah di Batam, serta pulau-pulau lainnya.

"Pulau terluar di seluruh Indonesoia sudah menjadi perhatian kita, sudah ada yang kita tangani seperti Pulau Nipah, dan ada juga beberapa pulau launnya yang sedang dikerjakan serta beberapa pulau lainnya yang akan diusulkan untuk direklamasi," ungkap Djoko seperti dikutip dalam situs Kementerian PU, Minggu (31/3/2013).

Dikatakan Djoko, pemerintah terus memberi perhatian khusus kepada pulau-pulau terluar diantaranya melalui reklamasi pantai dan perkuatan tebing garis bantan agar tidak tergerus abrasi. Selain itu, pulau terluar yang berpenghuni yang dijaga TNI, pemerintah membuatkan embung atau kolam air untuk menampung air hujan.

Djoko mencontohkan konservasi yang dilakukan terhadap pulau Nipah antara lain pembuatan tembok laut di sekeliling pulau sepanjang 4,3 kilometer serta tertapod.

Selain itu juga dilakukan dengan pengisian pasir laut di zona utara dan selatan sehingga kini memiliki ketinggian 4,6 meter serta pengisian zona hutan bakau hingga elevasi 1,8 meter. Sedangkan pengisian timbunan kerjakan di kawasan utara dengan ketebalan 0,6 meter hingga mencapai elevasi 6,2 meter. Selain pulau Nipah, Kementerian PU juga mereklamasi Pulau Pelampong dengan membuatkan pemecah ombak.

"Di sekitar pulau Nipah masih ada pulau-pulau karang lainnya yang perlu direklamasi, kalau tidak maka tapal batas negara alan berubah khususnya dengan Singapura," ungkap Gubernur Kepulauan Riau.(zul/dru)


Indonesia, Mesin Pertumbuhan Bisnis Angkutan Udara

Wajah Rusdi Kirana tampak cerah. Senyum tersungging di bibirnya, seiring langkahnya menuruni tangga pesawat sesaat setelah mendarat di Blagnac International Airport, Toulouse, Prancis, Senin (18/3) lalu.

Dari tangga pesawat, di kejauhan tampak pesawat Airbus A320 terparkir. Di badan pesawat tulisan “Lion, Thank You” tampak mencolok tertulis dengan warna oranye. Di bawah pesawat, tak kurang 200 orang berkaus biru bertuliskan “Airbus A320 Team” berjajar rapi sembari bertepuk tangan.

Mereka adalah karyawan Airbus yang menyambut kedatangan Rusdi bersama jajaran petinggi Airbus. Rusdi pun menghampiri pasukan biru tersebut dan menyalaminya.

Itulah sambutan yang diberikan Airbus, produsen pesawat terkemuka di Eropa, terhadap CEO Lion Air Rusdi Kirana beserta rombongan, di markas Airbus, Toulouse. Sebelumnya, pada pagi harinya, Rusdi dan CEO Airbus Fabrice Bregier meneken kontrak pemesanan 234 pesawat Airbus oleh Lion Air.

Penandatanganan tersebut disaksikan langsung Presiden Prancis Francois Hollande, di Istana Presiden Elysee, Paris.

Kontrak pemesanan senilai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 288 triliun tersebut terdiri dari 109 unit pesawat A320Neo, 65 unit A321Neo, dan 60 unit A320Ceo. Aksi korporat yang dilakukan Lion Air tersebut, bagi Airbus, merupakan kontrak tunggal terbesar yang pernah diperoleh.

Bagi Prancis, kontrak tersebut sangat membantu perekonomian mereka yang dibayangi dampak krisis ekonomi Eropa. Sebab, kontrak Lion Air telah mengamankan 5.000 pekerja di Prancis selama 10 tahun ke depan.

Hal tersebut diakui sendiri oleh Hollande, di tengah tekanan PHK di banyak perusahaan Prancis, dan meroketnya angka pengangguran hingga di atas 10 persen. Tak berlebihan jika dia bersedia menjadi saksi mata penandatanganan kontrak oleh Lion dan Airbus.

“Kerja sama ini sangat membanggakan, tidak hanya bagi Prancis, tetapi juga bagi Eropa. Airbus merupakan kebanggaan Prancis dan Eropa, sebagai salah satu pilar ekonomi kami,” tandas Hollande.

Dalam sambutannya, Hollande tak lupa menyinggung bahwa megakontrak Lion Air mencerminkan kinerja ekonomi Indonesia saat ini, terutama ditopang pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 persen selama satu dekade terakhir.

Kontrak tersebut menempatkan Lion Air dalam daftar klien Airbus. Selain Lion Air, beberapa maskapai penerbangan asal Indonesia yang juga menggunakan Airbus, antara lain Garuda Indonesia yang telah mengoperasikan 15 tipe A330. Garuda juga memesan 25 unit A320 sebagai tulang punggung Citilink.

Pesawat tipe A320 juga digunakan maskapai Mandala Airlines, dan AirAsia Indonesia.

Sebelum meneken kontrak pembelian dengan Airbus, Lion Air membuat gebrakan melalui kontrak pemesanan 230 pesawat Boeing tipe B737 MAX dan B737-900ER, senilai US$ 22 miliar, atau sekitar Rp 210 triliun. Penandatanganan kontrak oleh Rusdi Kirana dan pihak Boeing disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama, di Bali, pada November 2011.

Terkait pembelian 234 pesawat Airbus, Rusdi menuturkan pembiayaannya berasal dari lembaga kredit ekspor (Export Credit Agency/ECA) tiga negara, yakni Prancis, Inggris, dan Jerman. Pinjaman dari tiga negara tersebut mencapai 85 persen. Sisanya, berasal dari sindikasi. Dengan demikian, hampir seluruh sumber dana berasal dari pinjaman.

Hal tersebut, bagi Rusdi menunjukkan maskapainya dipercaya produsen pesawat kelas dunia. “Ini modal kepercayaan, mereka tentunya melihat track record kami,” jelasnya.

Keseluruhan kontrak pembelian tersebut direncanakan tuntas pada 2026. Tahun depan, ditargetkan empat unit sudah bisa diterima, dan akan dioperasikan untuk dua maskapai baru yang akan dibentuk Lion Air di luar negeri. “Dua maskapai baru itu ada di negara di Asia Pasifik,” tutur Rusdi.

Dia menyebut Thailand, Vietnam, dan Myanmar, sebagai negara yang potensial untuk dijajaki.

Dengan kontrak tersebut, sejak berdiri pada tahun 2000 hingga sekarang, Lion telah memesan 727 unit pesawat. Saat ini, sekitar 100 pesawat yang dioperasikan. Maskapai itu menargetkan memesan hingga 1.000 unit pesawat tahun 2027.

“Tentu tidak semua mengudara, karena pemesanan ini juga untuk mengganti pesawat yang sudah tua,” jelasnya.

Rusdi mengakui, aksi korporat yang dilakoni Lion Air, semata-mata untuk merespons tingginya pertumbuhan di pasar angkutan udara, baik di dalam negeri, maupun di Asia Pasifik. “Terutama mengantisipasi era open sky policy ASEAN pada 2015,” katanya.

Hal itu telah dibuktikannya melalui maskapai Malindo Airways yang berbasis di Malaysia. Pada Jumat (22/3) lalu, Malindo resmi mengudara dengan rute Kuala Lumpur-Kinabalu. Tahun ini, ditargetkan sejumlah destinasi baru akan dilayani, seperti New Delhi, Dhaka, Kanton, Senzhen, dan Hong Kong.

Tak hanya itu, jika saat ini Lion fokus pada layanan penerbangan berbiaya murah (low cost carrier/LCC), bulan depan mulai merambah jasa penerbangan full service, melalui maskapai baru, Batik Air. Maskapai ini akan memasuki pasar yang selama ini dikuasai Garuda Indonesia.

Demi semua itu, Lion berusaha memperkuat armadanya dengan menambah pesawat baru. “Bisnis angkutan udara, mau tak mau kita berbicara tentang teknologi yang terbaru, sehingga perawatan pesawat lebih murah, bahan bakar lebih efisien, sehingga bisa melayani pasar dengan lebih baik,” paparnya.

Dominasi Asia Pasifik

CEO Lion Air, Rusdi Kirana (tengah) disambut ratusan karyawan Airbus dengan latar model pesawat A320 Lion Air, di Blagnac International Airport, Toulouse, Prancis.
Potensi pertumbuhan pasar angkutan udara di Asia Pasifik, khususnya Indonesia, juga disadari Airbus.

Menurut Chief Operating Officer Customer Airbus John Leahy, pertumbuhan pasar jasa angkutan penumpang udara di Asia Pasifik lebih tinggi dibanding rata-rata dunia.

“Jika pertumbuhan pasar penerbangan di dunia mencapai dua kali lipat setiap 15 tahun, di Asia Pasifik, pertumbuhan sebesar itu terjadi setiap 10 tahun,” jelasnya.

Airbus mencatat dalam 20 tahun terakhir telah memenuhi permintaan hampir 10.000, tepatnya 9.800 pesawat baru untuk maskapai-maskapai di Asia Pasifik. Nilai keseluruhan kontrak pembelian mencapai US$ 1,6 triliun.

Saat ini, Leahy mengakui, Airbus mencatat order backlog (kekurangan pemenuhan permintaan) mencapai 4.998 pesawat. Jumlah backlog terbesar tercatat untuk kawasan Asia Pasifik, yakni mencapai 1.849 unit, atau 35 persen dari keseluruhan backlog.

Bagi Airbus, Asia Pasifik merupakan pasar utama. Sebab, kawasan ini mewakili 31 persen dari seluruh pesanan yang diterima Airbus.

“Kenyataan tersebut antara lain ditopang pertumbuhan bisnis LCC yang tumbuh 7 persen per tahun,” jelasnya.

Hingga saat ini, lebih dari 2.100 pesawat Airbus telah mengudara yang dioperasikan 97 maskapai di Asia Pasifik. Di luar itu, sekitar 1.800 sudah terjalin kontrak pemesanan.

Dalam 20 tahun ke depan, Airbus memperkirakan pasar global bakal membutuhkan 28.200 pesawat penumpang dan kargo, dengan nilai lebih dari US$ 4 triliun.

Leahy yakin, pesanan bertubi-tubi dari banyak maskapai di seluruh penjuru dunia tidak akan membuat over supply. Sebab, memproduksi pesawat tidak sama dengan memproduksi mobil. “Memproduksi pesawat selalu didasarkan pada pertumbuhan pasar,” jelas Leahy.

RI Kunci Pertumbuhan

Menyangkut Indonesia, Leahy menilainya sebagai salah satu kunci pertumbuhan pasar angkutan udara. Faktornya, Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih 240 juta orang, atau keempat terbesar di dunia, dengan wilayah geografis berupa kepulauan.

“Dengan populasi sebanyak itu, baru 10 persen penduduk Indonesia yang bepergian dengan pesawat komersial. Tentu ini peluang pasar yang sangat besar,” jelasnya.

Meski rasio penduduk yang bepergian dengan pesawat relatif kecil, namun Indonesia diperkirakan mencatat pertumbuhan penumpang udara rata-rata 6,4 persen per tahun selama satu dekade mendatang. “Hal ini dimungkinkan secara ekonomi melalui pertumbuhan PDB lebih 6 persen per tahun dalam tahun-tahun ke depan,” jelasnya.

Secara khusus, Leahy menekankan kehadiran Lion Air sebagai pemain kunci dalam bisnis angkutan udara di Indonesia, bahkan Asia. Selama 12 tahun beroperasi, Lion menjelma menjadi maskapai yang diperhitungkan, setidaknya di kawasan Asia Tenggara, melalui pengembangan jaringan rutenya.

Hal itu tercermin dari pertumbuhan penumpang yang cukup mengesankan dalam lima tahun terakhir, berturut-turut 6,8 juta orang (2007), 9,7 juta (2008), 13,8 juta (2009), 20,5 juta (2010), dan 25,9 juta (2011).

Rusdi Kirana juga mengakui, bisnis angkutan udara di Tanah Air tumbuh pesat. Menurutnya, pencapaian itu terutama ditopang pertumbuhan kelas menengah. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan penumpang pesawat udara tiga kali lipat di atas pertumbuhan ekonomi.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), penumpang pesawat tumbuh dari 43,6 juta pada 2009, menjadi 79 juta orang pada 2012. “Pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 22 persen,” ungkapnya.

Dia memperkirakan, dengan gambaran tersebut dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia membutuhkan sedikitnya 500 tambahan pesawat.


Mahasiswa Indonesia Juarai Kompetisi Keamanan Cyber

 Firman Azhari (Tengah)
Jakarta Nama Indonesia kembali diharumkan di kancah internasional. Seorang mahasiswa S2 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STIE) Institut Teknologi Bandung (ITB), Firman Azhari, telah memenangkan kompetisi keamanan jaringan komputer yang digelar Kaspersky untuk wilayah Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika.

Karya Firman yang berjudul "Detection of Security Vulnerability in Indonesia NFC Application" berhasil mengalahkan paper dari 14 peserta lain dan dinobatkan sebagai Paper terbaik.


Dalam karyanya tersebut, Firman banyak menjelaskan mengenai rapuhnya keamanan pada aplikasi-aplikasi yang menggunakan teknologi near field communication (NFC). Aplikasi-aplikasi tersebut bervariasi, mulai dari pembayaran untuk transportasi publik, hingga akses kontrol untuk gedung-gedung dengan standar keamanan yang tinggi.


"Saat presentasi, saya melakukan demonstrasi untuk memperlihatkan betapa cepat dan mudahnya mendapatkan data atau identitas seseorang menggunakan perangkat dengan sistem operasi Android. Tidak hanya untuk keperluan menyerang, saya juga menawarkan solusi untuk mengatasi orang-orang jahat di sekitar kita, agar tetap aman dari tindakan orang-orang yang tidak bertanggung jawab," jelas Firman, seperti dikutip dari siaran pers yang
KompasTekno terima, Sabtu (30/3/2013).

Atas kemenangannya ini, Firman, yang juga berprofesi sebagai Asisten Peneliti BlackBerry Innovation Center ITB, berkesempatan mengikuti Kaspersky's CyberSecurity for the Next Generation tingkat global dimana karyanya akan diadu melawan pemenang-pemenang dari wilayah Amerika, Rusia, dan Eropa pada bulan Juli 2013 nanti di Royal Holloway, University of London.


Dalam acara CyberSecurity for the Next Generation 2013 tingkat Asia Pasifik yang berlangsung pada 21 hingga 23 Maret 2013 lalu di National University of Singapore (NUS), Kaspersky mengadu 15 finalis dari berbagai negara, seperti Australia, Hong Kong (China), India, Indonesia, Jepang, Iran, dan Afrika Selatan. Masing-masing dari negara tersebut menempatkan 1 orang finalis.


Sedangkan Malaysia berhasil menempatkan 5 orang dan Filipina 3 orang finalis. Para peserta tersebut berasal dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari sarjana, master, hingga doktor.


Kompetisi tersebut dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari peneliti ahli Kaspersky Lab, praktisi TI, dan jurnalis. Penilaian didasarkan pada tingkat keilmiahan dan metodologi, hubungan dan relevansi sosial, tujual dan analisis materi, nilai inovasi dan kepraktisan, serta penampilan pada saat presentasi.



  Kompas