PLN Bangun 3 PLTU dan 2500 Tower

UNTUK menerangi seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), PT PLN membangun sistem interkoneksi kelistrikan, mulai dari Palangkaraya hingga Pangkalanbun arah barat, dan Murungraya di Utara. Tiga PLTU besar,  2.442 tower, yang diperkuat lima Gardu Induk (GI) tengah dibangun untuk program tersebut. Tiga pembangkit itu adalah PLTU Pulang Pisau 2x60 MW, PLTU Sampit 2x25 MW dan PLTG Bangkanai 2x80 MW. Beroperasinya mulai 2013 hingga 2015.

M NASARUDDIN ISMAIL
Palangkaraya


Suasana di tepi Sungai Kahayun, Kamis malam nampak gelap. Hujan turun dengan deras, yang membuat lahan seluas 30 hektare untuk dijadikan pembangunan PLTU Pulang Pisau itu tergenang air.

Untuk pembangunan PLTU yang jadi kebanggaan masyarakat Kaltim ini, sebenarnya sudah meneken kontrak sejak 29 Juli 2010. Rencananya Desember 2012, sudah mulai beroperasi. Dengan demikian, PLN tak perlu lagi membakar solar yang bernilai ratusan miliar rupiah untuk menerangi Plangkaraya dan sekitarnya.
Namun, untuk membangun PLTU di tiga lokasi tersebut, bukanlah pekerjaan mudah. Di Pulang Pisau, misalnya, banyak hambatan yang dihadapi PLN. Salah satu diantaranya dari warga sekitarnya.

Sebagai contoh, pada Aktober 2011 hingga April 2012, praktis tidak bisa bekerja sama sekali. Pasalnya, warga melarang pekerja untuk mengambil pasir di suangai dengan berbagai alasan, yang kadang-kadang diluar akal yang sehat. Misalnya, warga Desa Buntoi, Kecamatakan Kahayan Hilir, melarang untuk menyedot pasir untuk pendalaman kolam termaga, dengan alasan takut kalau airnya jadi asin, karena pasir diambil. Juga takut, kalau pasir itu disedot akan menyebabkan ikan jadi mati, dan lain-lainnya.

Untuk menguruk lokasi tersebut, PLN membeli pasir dari masyarakat  Minting yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari lokasi. Sekitar 40 perahu kecil mengakut pasir setiap hari. Karena hanya mengandalkan perahu kesil itu, akhirnya menghabiskan waktu 9 bulan. Padahal, kalau menggunakan mesin pompa hanya menghabiskan waktu dua bulan. "Sekali jalan, mereka hanya bisa  angkut sekitar 60 m3. Padahal yang diuruk 30 hektare," cerita Manager Unit Pelaksana, Kontruksi (UPK) Kitring Kalteng, Sumardji Yono.

Belum lagi dengan kondisi tanah rawa yang bergabus itu. Karena tanahnya yang tak labil ini, untuk tiang pancang saja, kedalamannya mencapai 45 meter. Itu pun tingkat kepadatannya baru medium. Bila lebih dalam tanahnya campur lumpur. Lantas untuk mengukur beban tiang pencang, dengan beban satuan 130 ton, kemarin tengah diberi beban 400 ton. Bila tes secara menual itu berhasil akan  dijadikan sebagai barometer pemasangan tiang pancang PLTU yang merupakan percepatan 10000 MG yang dicanangkan presiden ketika Jusuf Kalla masih menjadi wakilnya .

Menurut Sumardji, sapaan akrab-Sumardji Yono, ayah tiga anak kelahiran, Semarang itu, sebenarnya pembangkit tersebut Desember 2012 lalu sudah mulai beroperasi. Namun, karena banyaknya hambatan, pembangunannya tertunda.

Kata dia, dengan berbagai hambatan tersebut, rencana pengopeasian pada 2014 itu akan molor, bila tidak mendapat dukungan dari Pemda. "Kalau ingin pembangkit ini segra terwujud, dukungan dari Pemda sangat diperlukan, dalam menyelesaikan masalah sosial di masyarakat. Kami tidak bisa berbuat banyak tanpa bantuan dari pemerintah," ujar alumnus Universitas Gajah Mada, kelahiran 2 Agustus 1965 ini dengan kalem.

Itu baru pembangkit. Padahal yang sedang dibangun PLN, juga jaringan 150 kV, untuk intekoneksi yang listriknya disuplai dari tiga pembangkit besar itu. Dengan interkoneksi dari PLTU ini, saling mengisi antara satu dan lain apabila terjadi gangguan.

Dengan tiga PLTU ini pula, Kalteng menghasilkan 330 MW. Sementara beban puncak hanya 117,5 MW tiap hari. Meski masih ada kelebihan setrum, tak berati listrik di Kalteng melimpah. Hingga sekarang, masih banyak kelompok masyarakat yang menggunakan diesel secara komunal hasil swadaya mereka sendiri. "Saya optimis, begitu tiga pembangkit ini beroperasi, dayanya pun akan habis," tuturnya. Untuk interkoneksi antara satu daerah dengan daerah lainnya, PLN tengah membangun jaringan 150 kV sebanyak 2442 tower sepanjang 828,26 km. (din)


  JPNN  

0 komentar:

Posting Komentar