Indonesia Tawarkan China Investasi Teknologi Batu Bara
DENPASAR • Indonesia menawarkan kepada China, Jepang dan Korea untuk investasi teknologi pengelolaan batu bara yang bersih seiring meningkatnya konsumsi energi batu bara di dalam negeri.
Teknologi yang bersih dalam pengolahan bat ubara sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk turut menekan efek pemanasan global.
"Indonesia ke depan membutuhkan teknologi baru eksplorasi dan pengelolaan batu bara yang bersih," tegas Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Marzan Aziz Iskandar usai membuka Indonesia-China Coal Summit di Nusa Dua, Bali, Selasa (19/3/2013).
Dipilihnya China dalam penjajakan investasi tersebut, karena diketahui negara tirai Bambu itu, merupakan produsen sekaligus konsumen terbesar di dunia.
Demikian juga, Indonesia memiliki potensi batu bara cukup besar dengan produksi pada tahun ini, mencapai 330 juta ton yang 30 persennya dikonsumsi sendiri, sisanya 70 juta ton untuk eksopor.
Selain produsen, Indonesia sebagai pengimpor yang cukup besar pula, mencapai 40 persen dari total batu bara impor China. Jumlah ini, sekira 25 persen dari total volume perdagangan batu bara dunia.
Belum lagi, ke depan meningkatnya pembangkit listrik akan lebih banyak menambah atau cenderung terjadi peningkatan pemakaian batu bara karena dianggap lebih murah dibanding BBM.
Melihat kecenderungan makin meningkatnya konsumsi batu bara dalam negeri dan pengurangan ekspor, maka diperlukan kerjasama riset sebelum kesiapan kerjasama teknologi dan kesiapan investasi lainnya. "Indonesia, tidak lagi membahas batu bara sendirian, tetapi tetap bersama mitra kita berdasar keyakinan untuk mendapatkan manfaat bersama," imbuhnya.
Pentingnya kerjasama investasi bidang teknologi pengelolaan batubara mengingat Indonesia telah menerapkan kebijakan yang pasti dalam menjamin keamanan pasokan batubara sekurang-kurangnya 20 hingga 50 tahun mendatang.
Dalam paparannnya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan Tri Marjoko memprediksi ekspor batubara Indonesia akan terus meningkat di masa mendatang. Hal itu dipicu tingginya permintaan batu bara China sekitar 4,5 miliar ton pada 2020.
Produksi batu bara Indonesia mencapai 500 miliar ton pada 2020. Bahkan, diprediksikan tetap menjadi leader dalam perdagangan batubara dunia hingga 10 tahun mendatang.
Saat memberi sambutan, Ketua Kehormatan China Coal Transport and Distribution Association (CCTD) Liu Caiying mengatakan, konsumsi batubara China lebih dari 3,5 miliar ton pada 2012. Tak heran jika, China menjadi negara pengkonsumsi terbesar di Asia Pasific sekaligus prudosen batubara terbesar di dunia.
"China dan Indonesia sama-sama merupakan pemain penting karena sebagai produsen sekaligus konsumen besar batubara. Stabilitas supply dan demand tetap harus dijaga," tutup Liu Caiying. (wan)(wdi)
Teknologi yang bersih dalam pengolahan bat ubara sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk turut menekan efek pemanasan global.
"Indonesia ke depan membutuhkan teknologi baru eksplorasi dan pengelolaan batu bara yang bersih," tegas Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Marzan Aziz Iskandar usai membuka Indonesia-China Coal Summit di Nusa Dua, Bali, Selasa (19/3/2013).
Dipilihnya China dalam penjajakan investasi tersebut, karena diketahui negara tirai Bambu itu, merupakan produsen sekaligus konsumen terbesar di dunia.
Demikian juga, Indonesia memiliki potensi batu bara cukup besar dengan produksi pada tahun ini, mencapai 330 juta ton yang 30 persennya dikonsumsi sendiri, sisanya 70 juta ton untuk eksopor.
Selain produsen, Indonesia sebagai pengimpor yang cukup besar pula, mencapai 40 persen dari total batu bara impor China. Jumlah ini, sekira 25 persen dari total volume perdagangan batu bara dunia.
Belum lagi, ke depan meningkatnya pembangkit listrik akan lebih banyak menambah atau cenderung terjadi peningkatan pemakaian batu bara karena dianggap lebih murah dibanding BBM.
Melihat kecenderungan makin meningkatnya konsumsi batu bara dalam negeri dan pengurangan ekspor, maka diperlukan kerjasama riset sebelum kesiapan kerjasama teknologi dan kesiapan investasi lainnya. "Indonesia, tidak lagi membahas batu bara sendirian, tetapi tetap bersama mitra kita berdasar keyakinan untuk mendapatkan manfaat bersama," imbuhnya.
Pentingnya kerjasama investasi bidang teknologi pengelolaan batubara mengingat Indonesia telah menerapkan kebijakan yang pasti dalam menjamin keamanan pasokan batubara sekurang-kurangnya 20 hingga 50 tahun mendatang.
Dalam paparannnya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan Tri Marjoko memprediksi ekspor batubara Indonesia akan terus meningkat di masa mendatang. Hal itu dipicu tingginya permintaan batu bara China sekitar 4,5 miliar ton pada 2020.
Produksi batu bara Indonesia mencapai 500 miliar ton pada 2020. Bahkan, diprediksikan tetap menjadi leader dalam perdagangan batubara dunia hingga 10 tahun mendatang.
Saat memberi sambutan, Ketua Kehormatan China Coal Transport and Distribution Association (CCTD) Liu Caiying mengatakan, konsumsi batubara China lebih dari 3,5 miliar ton pada 2012. Tak heran jika, China menjadi negara pengkonsumsi terbesar di Asia Pasific sekaligus prudosen batubara terbesar di dunia.
"China dan Indonesia sama-sama merupakan pemain penting karena sebagai produsen sekaligus konsumen besar batubara. Stabilitas supply dan demand tetap harus dijaga," tutup Liu Caiying. (wan)(wdi)
• Okezone
0 komentar:
Posting Komentar