Tampilkan postingan dengan label Roket. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Roket. Tampilkan semua postingan

Sukses Ekspedisi Morotai 2013

Pulau Morotai Ekspedisi Morotai yang dicanangkan sejak tahun lalu sukses dilaksanakan, Rabu (18/12). Sebanyak delapan roket hasil kerja sama Lapan dengan Konsorsium Roket Nasional berhasil diluncurkan dari Pulau Morotai, Maluku Utara.

Walaupun mulai dalam kondisi hujan, kegiatan yang dipimpin oleh Kepala Lapan dan didukung Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai berlangsung dengan baik. Hingga penekanan tombol terakhir yang menandai berakhirnya ekspedisi ini, cuaca berangsur cerah. Roket-roket yang diluncurkan terdiri dari RHan 1210, 1220, dan 2020.

Kepala Lapan, Bambang S. Tejasukmana, menekan tombol pemicu roket pertama yang diluncurkan. Meskipun hujan, roket tersebut meluncur dengan baik. Berikutnya, penekanan tombol roket dilakukan secara berurutan oleh Wakil Bupati Pulau Morotai, Ketua DPRD Kabupaten Morotai, Kasdam Pattimura, Wakil Bupati Halmahera Utara, perwakilan dari Balitbang Kementerian Pertahanan, tokoh masyarakat setempat, isteri Bupati Pulau Morotai, serta Komandan LANAL dan LANUD Pulau Morotai. Para penonton yang memadati area peluncuran selalu bertepuk tangan usai roket melesat ke udara.

Dalam sambutannya, Kepala Lapan mengatakan bahwa peluncuran roket pertama kali di Pulau Morotai ini menandai uji coba peluncuran roket di belahan utara bumi nusantara menuju samudera Pasifik. "Uji coba kali ini juga sekaligus menjajaki kemungkinan untuk meluncurkan roket-roket yang lebih besar seperti RX 550 dan pembangunan bandar antariksa di Pulau Morotai. Selama ini, Lapan sudah sering meluncurkan roket dari Pameungpeuk, Kabupaten Garut, belahan bumi selatan Indonesia, menuju samudera Hindia," ia berujar.

Sementara itu, Wakil Bupati Pulau Morotai dalam sambutannya mengungkapkan rasa bersyukur dan terima kasih karena telah memilih Pulau Morotai sebagai tempat uji coba peluncuran roket. Kegiatan ini diharapkan dapat berlanjut dan menjadi pemicu bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai.

Lokasi peluncuran di Tanjung Sangowo, Kecamatan Morotai Timur, dapat ditempuh selama satu jam perjalanan darat dari Kota Morotai. Pulau Morotai dapat diakses dari Ternate dengan menggunakan speed boat berkapasitas 12 orang menuju Pelabuhan Sofifi. Perjalanan tersebut ditempuh dalam waktu 30 menit. Dari pelabuhan Sofifi kemudian dilanjutkan dengan melintasi Kabupaten Halmahera Utara menuju kota Tobelo dengan waktu tempuh tiga jam. Pulau Morotai kemudian dicapai dalam waktu satu jam dari Tobelo dengan menggunakan speed boat berkapasitas 25 orang.

Sukses Ekpedisi Morotai 2013 ini merupakan hadiah akhir tahun yang manis untuk Lapan. Keberhasilan ini sekaligus menjadi kado spesial bagi Lapan yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 50 pada 27 November 2013.


  Lapan  

Menjaga Marwah NKRI dengan Roket

Hingga tahun 2015, Indonesia akan memiliki tiga jenis roket dengan berbagai daya jangkau, yakni R-Han 1220, R-Han 350, R-Han 450.

(Fotos : Defense Studies, Kaskus Militer)
Jakarta TNI terus memodernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) untuk pertahanan keamanan. Indonesia kini sudah mampu membuat beragam jenis roket untuk keperluan pertahanan demi marwah bangsa.

Kementerian Pertahanan (Kemhan) terus meningkatkan kualitas alutsista TNI dengan memanfaatkan inovasi teknologi buatan dalam negeri. Salah satu yang sudah siap hingga ke tahap produksi adalah roket. Setiap tahun, Kemhan menargetkan 1.000 roket bisa diproduksi oleh konsorsium industri roket nasional.

Dalam cetak biru Kemhan disebutkan hingga tahun 2015, Indonesia akan memiliki tiga jenis roket dengan berbagai daya jangkau, yakni R-Han 1220, R-Han 350, R-Han 450. R-Han 1220 merupakan roket pengembangan R-Han 122 yang Agustus lalu diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertepatan dengan puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2013.


R-Han 122 dimodifikasi menjadi R-Han 1220 karena R-Han 122 dianggap kurang cocok dengan pelontar roket milik TNI AL yang nantinya menjadi pengguna (end user). Masing-masing jenis, sedikitnya akan diproduksi 1.000 roket yang digunakan latihan prajurit TNI.

Dengan kemampuan tersebut, Indonesia akan menjadi satu di antara sedikit negara yang mampu memproduksi roket. Negara lainnya adalah Rusia, Amerika Serikat, Prancis, China, India, Jepang Korea Utara, Iran, dan Pakistan.

Selain roket, tahun 2015, Indonesia juga menargetkan bisa memproduksi peluru kendali. Untuk yang terakhir ini, Indonesia masih meloby pihak China untuk kerja sama alih teknologi. Kemhan akan memproduksi roket berhulu ledak tinggi dengan daya jangkau sekitar 14,5 km.

“Sebetulnya Roket R-Han 122 sudah dilengkapi dengan hulu ledak. Roket ini akan dimanfaatkan untuk menggantikan roket yang dibeli dari luar negeri,” ujar Staf Ahli Menristek Bidang Pertahanan dan Keamanan, Hari Purwanto.

Ia menjelaskan, roket yang akan diproduksi tersebut memiliki jangkauan 15-20 kilometer. Sedangkan R-Han 350 dan R-Han 450 didesain memiliki jangkauan hingga tiga digit alias ratusan hingga ribuan meter jauhnya.


Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang Setiawan Tejasukmana, program pengembangan roket nasional sebetulnya bukan hanya untuk mendukung pengembangan alutsista TNI, namun juga untuk berbagai keperluan. Keperluan tersebut, antara lain roket yang dihasilkan mampu mengantarkan benda ke luar angkasa.

“Misalnya untuk meluncurkan satelit. Kami saat ini sedangkan meneliti dan mengembangkan kemampuan memproduksi satelit pemantau cuaca,” katanya.

Ahli Roket dari Lapan, Rika Andiarti mengatakan, teknologi roket perlu dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian bangsa. Terutama dalam bidang penyediaan persenjataan pertahanan negara dan pemanfaatan roket untuk kesejahteraan masyarakat.

“Pengembangan roket butuh investasi yang sangat besar dengan hasil yang penuh risiko dengan manfaat yang abstrak dan jangka panjang. Semua pihak terkait harus siap kerja sama terhadap hal yang penting dan strategis ini,” ungkapnya.

Komitmen pendanaan pun ditunjukkan pemerintah. Tahun 2011 dan 2012 alokasi anggaran untuk riset dan pengembangan roket tercatat Rp 10,5 miliar. Jumlah tersebut meningkat menjadi Rp 11 miliar pada tahun 2013 dan Rp 42 miliar pada tahun 2014.


  Sains Indonesia  

Delapan Roket Diluncurkan dari Morotai

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRNv3hU_Od_VPk8IRID3bxkY1cUEPMf2FHqfGE8gupOwdHtpVY04r9TfSy1_lbdozkzP5UnmkupVvF3OnFET7_-uQs473kDkMcDoo7k_UVVm1q6xpCySKn5xnBj6RHhuF-FtSqwbneKLqG/s640/Roket-RX2020-1-by-kenyot-10.jpgMOROTAI Sebanyak delapan buah roket pengorbit satelit (RPS) diluncurkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) RI dari Pulau Morotai, Maluku Utara, Rabu (18/12/2013).

Ini merupakan tahap uji coba peluncuran roket oleh Lapan atas nama Konsorsium Roket Nasional untuk yang kesekian kalinya. Delapan roket itu masing-masing roket jenis RX 2020 sebanyak dua buah, R-han 1220 sebanyak empat buah, dan R-han 1220 sebanyak dua buah.

Roket-roket ini merupakan roket ukuran kecil karena rata-rata memiliki diameter antara 12-20 sentimeter dengan jarang tempuh antara 14-32 kilometer. “Roket jenis RX 2020 ini memiliki panjang 3,2 meter, berdiameter 20 sentimeter dengan jarang tempuh 32 kilometer selama dua menit dengan berat 170 kilogram,” ujar Rika Andiarti, Ketua Panitia Peluncuran Roket.

Peluncuran roket dilakukan di Tanjung Sangowo, Kecamatan Morotai Timur. Titik koordinat peluncuran berada pada satu kilometer dari permukiman penduduk, yakni Desa Sangowo dan Desa Mira, Kecamatan Morotai Timur.

Ujicoba Roket di Pameungpeuk
Sasaran peluncuran dikerahkan menuju kawasan timur Pulau Morotai. Kepala Lapan RI, Bambang Setiawan Tejasukmana, mengatakan, roket-roket yang diuji coba tersebut sering kali dilakukan uji coba peluncuran oleh Lapan di berbagai tempat di Indonesia.

Sebelumnya, Lapan juga melakukan uji coba peluncuran dengan jenis roket yang sama di wilayah selatan Indonesia. Tepatnya di Garut selatan. Kali ini, Lapan memilih Morotai sebagai pusat kegiatan uji coba peluncuran roket yang kesekian kalinya.

Pulau Morotai merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia yang terletak di kawasan utara Indonesia bagian timur. Pulau yang telah dimekarkan menjadi daerah otonom baru pada 2009 ini berada di Provinsi Maluku Utara.

Uji coba peluncuran roket ini karena Pulau Morotai berhadapan langsung dengan lautan Pasifik. “Sebelumnya kita uji coba di Garut selatan karena di sana berhadapan dengan Samudra Hindia, kita coba di Morotai ini karena Pasifik-nya,” ujar Bambang S Tejasukmana.

Menurut Bambang, roket-roket tersebut dibuat atas kerja sama konsorsium roket nasional yang melibatkan berbagai pihak, di antaranya Lapan RI, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementreian Pertahanan, dan beberapa lembaga lainnya, termasuk industri teknologi. “Dan roket-roket ini akan dimanfaatkan oleh TNI,” ujar Bambang lagi.

  Kompas  

Uji Statis Roket 80 mm Hasil LITBANGBUAT DISLITBANGAU

Tim Peneliti Roket 80 mm Dislitbangau yang dipimpin Kasubdis Rudalsen Kol. Tek Adang Heri Raspati melaksanakan Uji Statis terhadap Roket 80 mm hasil penelitian pengembangan dan pembuatan Subdis Rudalsen Dislitbangau. Uji Statis ini dilaksanakan di Pustek Roket Lapan Rumpin Bogor, belum lama ini.

Pengujian berjalan dengan baik, aman dan lancar dengan melibatkan tim dari Pustek Roket Lapan. Kegiatan penelitian pengembangan dan pembuatan Roket 80 mm akan dilanjutkan pada tahap selanjutnya pada TA 2014 yang akan datang.


  TNI AU  

Roket Lapan Diluncurkan di Morotai Desember

Roket LapanTim Lapan kembali melakukan survei lokasi untuk memastikan peluncuran roket di Wilayah Kecamatan Morotai Timur (Mortim) Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara (Malut) pada Desember 2013 nanti.

Peluncuran roket dari tim Lapan yang sebelumnya akan dilakukan pada bulan November, dipastikan akan ditunda pada pekan kedua bulan Desember 2013, kata Wakil Bupati Pulau Morotai, Weni Paraisu ketika dihubungi dari Ternate, Kamis.

Ia mengatakan, dari tim Lapan kembali melakukan survei lokasi untuk peluncuran roket untuk memastikan tempat dan titik koordinat yang akan ditentukan untuk peluncuran nanti.

Menurutnya, selain melakukan penentuan titik koordinat tempat peluncuran roket dari Tim Lapan, rencananya dari tim Lapan juga akan meluncurkan pesawat tanpa awak yang akan dipantau melalui monitor.

Selain itu, pesawat tanpa awak sendiri rencana diluncurkan sebelum melakukan peluncuran roket yang berdiameter sekitar 50 mm guna memantau situasi dan keadaan sebelum dilakukan peluncuran roket.

Jadi bukan roket saja yang akan diluncurkan, tapi juga akan meluncurkan pesawat tanpa awak yang akan dipandu melalui monitor pengawas untuk memantau keadaan situasi sebelum dilakukan peluncuran, katanya.

Sekedar diketahui, untuk lokasi peluncuran roket lapan sendiri nantinya berjarak minimal 1,5 km dari pemukiman warga.

Bahkan atas peluncuran yang akan dilakukan, dari Lapan sendiri sebelumnya meminta dukungan dari Pemda Morotai untuk melakukan peluncuran roket yang dilokasikan di sangowo Mortim sebagai tempat peluncuran.

Wakil Bupati menyatakan, pemkab sendiri merespon kegiatan peluncuran roket dari Lapan, sementara untuk persiapan-persiapan yang akan dilakukan nanti dipastikan pada awal Desember sudah disiapkan, mulai dari bangunan untuk operator, VIP, dan beberapa tenda untuk para tim yang akan datang termasuk para pengunjung yang akan menyaksikan.

  Antara  

Langkah Awal LAPAN Meluncurkan Roket Menuju Mars

Jakarta ♼ Beberapa negara sudah memulai proyek penelitian untuk memungkinkan umat manusia menghuni planet tersebut. Selasa sore kemarin, India sudah meluncurkan roket yang membawa pengorbit pertama mereka ke Mars.

Lalu kapan Indonesia?

Pertanyaan itu begitu menantang dan membayangkan saja tidak tega. Tapi pertengahan Oktober lalu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sudah mulai melangkah ke arah sana.

Setidaknya, diskusi ke arah itu sudah mulai digalakkan dalam momen penyelenggaraan Festival Sains Antariksa (FSA) di Pusat Sains Antariksa Lapan, Bandung, Sabtu (19/10).

Kegiatan ini merupakan wujud partisipasi Lapan dalam World Space Week 2013 dan rangkaian menyambut HUT Lapan ke-50 pada 27 November 2013. FSA yang diikuti 152 siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas tersebut bertema Exploring Mars, Discovering Earth.

"Sesuai dengan tema, dengan mengeksplorasi Mars, kita juga mempelajari Bumi kita sendiri. Belajar cara menciptakan lingkungan hidup yang kita inginkan, dan cara manusia bisa mengelola sumber daya yang ada," kata Kepala Pusat Sains Antariksa Lapan Clara Yono Yatini dalam sambutannya dilansir dari laman Lapan,lapan.go.id.

Guru pendamping peserta FSA 2013 mengikuti sesi tanya jawab setelah presentasi Pengaruh Lingkungan Ruang Angkasa terhadap Pertumbuhan Tanaman serta misi Space Seeds for Asian Future (SSAF) pada acara FSA 2013 di Auditorium Lapan Bandung.

Perlukah Bangsa Indonesia ke Mars?

NKRI dibangun untuk berdiri selamanya. Jadi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan di masa mendatang juga merupakan milik bangsa ini. Setidaknya Indonesia dari sekarang harus bersiap, jikalau suatu saat bumi yang dihuni umat manusia mengalami gangguan kosmologis. Ada banyak tujuan lain mengeksplorasi Planet Mars.

"Berjaga-jaga terhadap tumbukan Bumi dengan asteroid di kemudian hari, mengurangi kepadatan penduduk di Bumi, serta mengembangkan berbagai bentuk teknologi baru," ujar Gunawan Edmiranto Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa LAPAN dalam presentasinya.

Di FSA ini juga ditampilkan presentasi misi Space Seeds for Asian Future (SSAF) oleh tim SSAF Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB). Mereka memberikan gambaran tentang biji yang dibawa dan ditumbuhkembangkan di ruang angkasa.

"Kesimpulan yang didapat dari eksperimen tersebut yaitu biji ruang angkasa mengalami kerusakan kulit biji dan aberasi kromosom," ujar Chunaeni Latief dari SITH ITB. Ia menambahkan, meskipun ada perbedaan pada pertumbuhan dan produktivitasnya, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan.


  Republika 

Menjajaki Lokasi Tempat Peluncuran Roket Indonesia

Roket Lapan
Roket LAPAN
JAKARTA -- Morotai bukan sekedar pulau di Maluku Utara yang bersejarah dan menyimpan jejak pasukan sekutu di masa Perang Dunia II, karena pulau ini juga dinilai ideal dipilih sebagai lokasi peluncuran roket yang sudah seharusnya dimiliki Indonesia.

Jarangnya penduduk (54 ribu jiwa untuk daerah seluas 2.315 km2) dan lokasinya yang menghadap langsung ke Samudera Pasifik sesuai untuk memenuhi prasyarat sebuah lokasi peluncuran roket yang harus menghadap ke laut bebas dan jauh dari wilayah berpenduduk padat.

Pulau Morotai juga dinilai sebagai alternatif terbaik di antara dua lokasi pilihan lainnya, seperti Pulau Enggano, Bengkulu dan Pulau Biak, Papua, kata Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr. Ing. Soewarto Hardhienata.

"Pada 6 November ini kami mulai mempersiapkan pengiriman perlengkapan peluncuran beserta roketnya melalui kapal ke Morotai, mungkin sekitar 20 hari perjalanan. Diharapkan awal Desember peluncuran roket sudah bisa dimulai, ini sebagai uji coba lokasi," katanya. 
Lapan, ujarnya, sejak lama telah berencana mengembangkan roket pengorbit satelit (RPS) yang didesain dan dibuat secara mandiri di dalam negeri untuk mengorbitkan satelit yang juga buatan sendiri.

Namun Desember ini roket-roket yang diluncurkan untuk uji terbang di Morotai memang masih roket-roket ukuran kecil yakni dua unit RX 1210 dan empat unit RX 1220 yang digunakan untuk misi pertahanan, ujarnya.

"Roket pengorbit satelit yang berskala besar merupakan rencana jangka panjang Lapan untuk 2025, karena untuk sekarang ini Lapan masih menggunakan roket milik India untuk meluncurkan satelit. Lokasi peluncurannya pun dari negara itu," katanya.

Satelit Lapan-Tubsat (Lapan A1) seberat 57 kg buatan Lapan telah diluncurkan sejak Januari 2007 dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, India untuk keperluan memantau kondisi bumi dan pemantauan lalu lintas kapal.

Satelit berikutnya yang sudah siap adalah Lapan A2 yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 2013, namun ditunda hingga 2014 karena kesiapan roket India yang belum selesai. Lapan A2 ini akan disusul satelit Lapan A3 di tahun berikutnya.

"Indonesia adalah negara kepulauan yang luas. Satelit adalah alat yang tak bisa ditawar lagi di zaman modern ini, terkait pentingnya komunikasi antarwilayah dan optimasi sumber daya alam melalui pengamatan penginderaan jauh serta untuk kepentingan keamanan wilayah," katanya.

Pengembangan roket Lapan, lanjut dia, ditujukan baik untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan pertahanan, yang dalam jangka panjang juga mengarah pada peluncuran satelit.

Dimulai dengan RX 320 yang diluncurkan pada 2008, disusul RX 420 pada 2009 dan terakhir mempersiapkan roket RX-550 (Kaliber 550mm) dengan jangkauan 300 km yang masih dalam tahap uji statis.

Teknologi roket, urai Soewarto, bisa digunakan untuk berbagai kepentingan, baik sipil maupun militer, tergantung dari muatannya, apakah berupa sensor ilmiah untuk kepentingan pengamatan bumi atau satelit untuk keperluan komunikasi, atau berupa hulu ledak.

Untuk misi pertahanan, teknologi roket Lapan sudah diadopsi oleh Konsorsium Roket yang terdiri dari Kemhan, Kemristek, PT Pindad, PT Dahana, dan PT DI yang ditandai dengan diproduksi sebanyak 200 unit roket dinamai R Han-122 dengan daya jangkaunya 20 km pada 2012 dan 2013.

Roket R Han 122 ini akan disusul R Han 220 berdaya jangkau 40 km yang sedang dikembangkan konsorsium untuk kepentingan peningkatan kapasitas personel militer.

Pengganti Pamengpeuk

Menurut Kepala Pusat Teknologi Roket Lapan Dr Rika Andiarti, selama ini Lapan menggunakan Instalasi Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Garut untuk melakukan uji terbang roket dengan ketinggian terbatas.

Instalasi yang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat ini dibangun khusus untuk riset penguasaan teknologi dasar roket, terutama pada kinerja motor roket, agar roket dapat meluncur dengan baik, ujarnya.

Namun instalasi milik Lapan ini sudah tak lagi ideal untuk melakukan uji coba roket berukuran besar berhubung saat ini kawasan di sekitar Pantai Santolo itu sudah semakin padat penduduk, dan makin berkembang menjadi kawasan wisata.

"Untuk meluncurkan roket yang berukuran besar diperlukan lokasi yang memenuhi zona aman, mengingat faktor resiko yang ditimbulkannya lebih besar, karena itu dicarilah lokasi baru yang memenuhi syarat, sekaligus syarat sebagai bandar antariksa nasional," katanya.

Dari hasil ekspedisi di Morotai, ada enam alternatif lokasi, yakni di Tanjung Gurango, Desa Gorua, Kecamatan Morotai Utara yang jaraknya dari pemukiman penduduk 2 km, Pulau Tabailenge di depan kota Berebere dengan jarak 2,5 km, Kecamatan Morotai Utara, di Desa Bido, Kecamatan Morotai Utara yang jaraknya 2 km dari pemukiman penduduk.

Selain itu Desa Mira, Kecamatan Morotai Timur dengan jarak 1 km dari pemukiman penduduk, lokasi antara Desa Sangowo dan Desa Daeo Kecamatan Morotai Timur serta Tanjung Sangowo yang letaknya berada di antara Desa Sangowo dan Desa Mira, Kecamatan Morotai Timur.

Dari enam alternatif lokasi itu, urainya, Tanjung Sangowo merupakan wilayah yang paling potensial, karena jika ditarik garis lurus, jarak tepi dua desa ini mencapai 6,5 km sehingga jika meletakkan posisi peluncur utama di tengah antara dua desa itu, maka jaraknya lebih dari 3 km dari masing-masing desa, jauh dari kawasan penduduk.

Kontur daerah tersebut juga merupakan bukit yang sebagian besar memiliki sudut kemiringan yang tak curam, sementara di selatan kontur tanahnya datar dengan tepi pantai yang landai dan bagian utara pegunungan yang langsung bersinggungan dengan pantai dengan kemiringan cukup curam.

Kontur yang relatif datar dapat digunakan untuk daerah perakitan, penyimpanan serta pekerjaan dengan mobilitas tinggi, sedangkan peluncur yang memerlukan standar keamanan dan keselamatan tinggi dapat diletakkan di daerah yang mempunyai ketinggian cukup dari muka laut.

"Daerah terbang roket di sini bisa ke arah utara dan bisa ke timur, bebas ke laut dan juga tak melewati jarak jangkau ke pemukiman penduduk maupun ke batas negara lain," katanya.

Berbeda dengan Pameungpeuk yang baru mengantisipasi uji terbang roket skala kecil, Morotai ditargetkan menampung uji terbang roket skala besar, bahkan termasuk peluncuran satelit yang jangkauannya minimal 350 km, misalnya untuk keperluan remote sensing, bahkan sampai ketinggian 36 ribu km untuk geostation, kata Rika.

Sebelumnya Asisten Deputi Penyedia Jaringan Kemristek Goenawan Wibisana mengatakan, pihaknya sangat mendukung misi ini, khususnya karena roket berdaya jangkau hingga ratusan kilometer seperti yang ditargetkan memerlukan lokasi pengujian dan peluncuran yang representatif.

"Ini sangat penting untuk bangsa," tambahnya.


  Republika  

Pindad Kembangkan Roket GPS dan Tank Medium SBS

rhan-122.tni-2013

PT Pindad sedang mengembangkan roket balistik Rhan 122 yang memiliki jangkauan 15 kilometer serta bisa dikendalikan dengan GPS. Roket berpandu GPS ini dikerjakan PT PIndad bersama:PT Dirgantara Indonesia, PT Dahana, Ristek dan BPPT, yang tergabung dalam sebuah konsorsium.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo mengatakan roket balistik ini pernah diuji coba di Baturaja- Sumatera Selatan, serta di Garut Selatan, Jawa Barat.

Pembuatan roket masih dalam tahap penyempurnaan dan masih perlu mendapatkan tabel tembak. Tabel tembak baru bisa didapat jika sudah dilakukan pengujian beberapa kali dan tembakannya akurat. “Tabel tembak, kita harus menembakkan berapa ratus kali dan sekian kali. Kalau itu akurat baru dibuat tabel tembak. Nama roketnya Rhan 122,” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo.

Roket Rhan-122 dikembangkan berpandu GPS

Roket ini nantinya akan dipakai oleh TNI yang selama ini masih memakai produk impor. Menurut Wahyu, roket ini adalah roket balistik pertama untuk industri pertahanan. “Sekarang ini akan diuji dulu. Ini roket balistik pertama untuk pertahanan. Roket ini bisa dikendalikan GPS di sirip siripnya kita kendalikan. Nanti ada GPS segala macam dan ini generasi pertama,” jelasnya.

Roket Rhan122 ditargetkan bisa digunakan tahun 2015 mendatang. Untuk mengejar tabel tembak yang diperkirakan butuh waktu 2 tahun.

Tank Pindad

Selain mengembangkan roket Rhan 122 ber-GPS, Pindad juga mengembangkan tank kelas medium, dengan menggandeng perusahaan Turki. “Kerja sama ini tidak murni untuk bisnis, melainkan kerja sama antar pemerintah”, ujar Wahyu Utomo.

Namun, ada hal yang disayangkan dari kerja sama dengan Turki. Marketing Manajer PT Pindad Sena Maulana mengatakan, perusahaan Turki yang bekerja sama dengan Pindad, belum ahli dan belum pernah membuat medium tank.

Prototype Tank Pindad (photo: Audrey)
Prototype Tank SBS Pindad (Photo: Kenyot10)


Pindad kini mendisain sendiri tank-nya. Pemerintah Indonesia dengan Turki bekerja sama, namun masih penjajakan. Turki tidak memiliki kapabilitas yang kita harapkan. Kita ingin partner yang lebih jago. Tapi kerjasama dengan Turki itu, telah bersifat G to G, pemerintah ke pemerintah,” katanya.

Prototype Tank SBS Pindad (Gojos)

Untuk itu, disamping pengembangan medium tank dengan Turki, Pindad juga mengembangkan medium tank sendiri dengan nama SBS dan saat ini sedang mengembangkan prototype-nya. “Daripada proyek dengan Turki masih diam, kita kembangkan sendiri tanknya. namanya SBS. SBS sudah jalan sekarang. 2014 target sudah mulai bisa jalan jauh,” ujar Sena Maulana. PT Pindad terus mendorong pembuatan medium tank, karena jumlah medium tank yang dibutuhkan TNI cukup banyak.


  JKGR 

Indonesia-Cina Kerjasama Pertahanan dan Antariksa

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPwcHUyxg6nNEkI4C9HRRpkT8LLcIwYmXA4Iz3LkokxNNR8GcKdwzCs4jeTB-L4rpH3aT_ubdfm5CpnlEvnyrry-cqKElTX7xJh7s1HNSAzLH0EC0NGQ34hKwXEiSvjgNbx-AT0JcqTYc/s400/1.jpgJakarta - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto hari ini, Kamis, 19 September 2013, menerima tamu Dewan Negara Republik Rakyat Cina Yang Jiechi. Keduanya pun bertemu dan menjalin perbincangan di Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan.

Dalam pertemuan itu, Djoko Suyanto mengaku membicarakan kelanjutkan kerjasama kedua negara. "Salah satunya kerjas ama bidang pertahanan dan antariksa," kata Djoko usai pertemuan. Selain itu, mereka juga membahas kerjasama ekonomi meliputi: investasi, pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, hingga energi.

Mengenai kerjasama di bidang pertahanan, Djoko tak mau banyak bicara. Dia hanya menyebut, Indonesia-Cina akan saling mendukung industri pertahanan antar kedua negara.

Untuk kerjasama bidang antariksa, dia melanjutkan, Indonesia akan mengedepankan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional untuk menimba ilmu dari Cina. Sebab, negeri Tirai Bambu ini jauh lebih maju ketimbang Indonesia. Sebagai bukti Cina telah berhasil pesawat luar angkasa.

"Kedua bagaimana kita adakan peluang kerjasama satelit, nanti biar LAPAN yang menindaklanjuti," kata Djoko.

Sementara itu, Dewan Negara Republik Rakyat Cina Yang Jiechi menyambut baik rencana peningkatan kerjasama dengan Indonesia. Yang Jiechi juga menyebut Indonesia sebagai salah satu negara mitra terbesar Cina.

Selain membicarakan kerjasama, pertemuan Djoko Suyanto dan Yang Jiechi juga membahas rencana kedatangan Presiden Republik Rakyat Cina Xi Jinping awal Oktober 2013. Keduannya juga membicarakan persiapan pertemuan KTT APEC di Nusa Dua Bali 7-8 Oktober 2013.

 Indonesia-Cina Bahas Masalah Laut Cina Selatan 


http://www.citizenjurnalism.com/wp-content/uploads/2012/09/spratly.gif
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto hari ini, Kamis, 19 September 2013, menerima tamu Dewan Negara Republik Rakyat Cina Yang Jiechi. Keduanya pun bertemu dan menjalin perbincangan di Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan.

Dalam pertemuan itu, Djoko Suyanto mengaku menyinggung masalah Laut Cina Selatan. "Tapi (pembicaraan dengan Yang Jiechi) tidak sampai ke teknis," kata Djoko.

Mantan Panglima TNI itu hanya mengatakan Indonesia dan Cina saling menghormati batas wilayah masing-masing negara. Indonesia dan Cina pun sepakat untuk saling memanfaatkan laut Cina Selatan untuk kepentingan bersama. "Tentu tetap ada mekanisme dan aturan yang perlu disepakati," kata dia.

Kesepakatan mekanisme itu antara lain komitmen kerjasama bidang maritim Indonesia dan Cina. Meski begitu Djoko mengaku mekanisme itu belum diimplementasikan Indonesia dan Cina. "Saat ini kedua negara masih dalam proses penyamaan prosedur masing-masing, ini terus dirundingkan."

Laut Cina Selatan merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Cina. Di beberapa bagian terjadi tumpang tindih yurisdiksi antara negara-negara yang mengklaim antara lain Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Cina. Hal inilah yang menjadikan potensi konflik di wilayah ini cukup tinggi.


  Tempo 

★ Lapan Kembangkan Peralatan Produksi Bahan Baku Roket

RX 1210 Lapan (Kenyot10)
JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) tengah menyiapkan pengembangan peralatan produksi Propelan, sebagai bahan baku roket.

Lapan menargetkan pada 2015 sudah mampu mengembangkan fasilitas produksi dan uji teknologi roket, di antaranya peralatan produksi Propelan berdiameter besar, filament winding dan autoclve, dan laboraturium combustion.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata mengakui memang ada hambatan dalam produksi Propelan dalam negeri yakni metode penguasaan teknologi produksi. Adapun, untuk memproduksi Propelan diperlukan penguasaan metode pembuatan berstandar tinggi baik kualitas maupun sistem pengamanan. Oleh karena itu, investasinya cukup tinggi.

Ujicoba Roket RX2020 di Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Garut, Kamis (29/8).(photo:kenyot10/kaskus.co.id)
Peluncuran Roket Lapan (Kenyot10)
"Ada penawaran kerja sama dari Korea untuk membantu alih teknologi pembuatan peralatan produksi Propelan," kata Soewarto, Minggu (1/9/2013)

Dia merinci penawaran tersebut berupa formulasi Propelan, sistem insulasi thermal, desain konfigurasi Propelan dan sistem propulsi, dasar engineering fasilitas gedung laboraturium, serta pemberian pengetahuan SOP. Untuk riset pengembangan roket, Soewarto menyebutkan sejak 2010 pihaknya telah menghasilkan beberapa prototipe yang terus dikembangkan.


Pada 2010, LAPAN membuat RX 1210, RX 3227, dan RX 420. Tahun berikutnya ada Rhan 122 A berdaya jangkau 15 km, RX 2020 dan RX 550. Pada tahun lalu RX 1220, sementara pada tahun ini dikembangkan Rhan 122 B berdaya jangkau 25 km, Rhan 200 untuk 35 km, RX 3240, RX 450, dan RX 550.

Pada 2014, LAPAN menargetkan pengembangan Rhan 320 untuk 70 km dan roket pertahanan 3 digit untuk daya jangkau 100 km dan 200 km. Pada 2015 hingga 2016 LAPAN menargetkan mampu melakukan uji terbang RX 550.


  Bisnis 

★ Roket Meluncur dari Garut


[VIDEO] Roket Meluncur dari GarutGarut • Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil meluncurkan sejumlah roket dengan daya jelajah hingga 100 kilometer. Peluncuran dilakukan di Kawasan Cilautereun, Garut, Jawa Barat.

Dalam tayangan Liputan 6 Terkini SCTV, Kamis (30/8/2013), roket-roket dengan daya jangkau 30 dan 100 kilometer ini berhasil mengangkasa dengan baik.

Roket berjenis R-Han ini merupakan karya para ahli Indonesia dengan seluruh materialnya dari dalam negeri. Roket khusus ini diciptakan untuk memperkuat pertahanan dalam menjaga kedaulatan negara.

Roket berhasil diciptakan berkat kerja sama para ahli dari Lapan, PT Pindad, serta Kementerian Riset dan Teknologi yang tergabung dalam Konsorsium Riset dan Teknologi Roket Nasional.

Rencananya kemampuan roket akan ditingkatkan hingga memiliki daya jangkau 150 kilometer.(Riz/Sss)

 Berikut Foto Tambahan Peluncuran Roket LAPAN (diposkan Kenyot10)

Petugas membawa roket RX1210 ke tempat peluncuran di lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk,Kamis (29/8)

Seorang petugas memasang stiker pada roket RX1210 di lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Kamis (29/8). 24 buah roket RX1210 hasil karya Konsorsium Roket Nasional diluncurkan di dalam pembukaan peringatan Hari Hari Teknologi Nasional ke18/2013

Tiga orang petugas Badan Meteorologi Kilmatologi dan Geofisika sedang memantau melalui layar monitor berbagai hal untuk mendukung kelancaran penembakan roket di dalam mobil Weather Emergency Service di lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk,Kamis (29/8).Melalui layar monitor diketahui antara lain arah dan kecepatan angin, suhu, tekanan udara kondisi keamanan ruang angkasa.

Sebuah roket jenis RX1210 meluncur ke angkasa lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Kamis (29/8).

Berikut Videonya :




  Liputan6  

★ "Komodo" dan Roket Karya Anak Bangsa Diluncurkan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2eXCwnfP8XSCBXCHX_yLPufLR0ZXrULz0uLcTZprLLA7GPmhfPL88cb5QOhZenTJxGSPCWNyarFaQy8_vC_FyKz_XfHQgpn6uRJHBB72_YnAvPqxakIVwOQJaXlD7Mdzxlz5ZYCltvP4/s1600/batteringramkopassus.pngKEMENTERIAN Riset dan Teknologi (Kemristek) meluncurkan produk terbaru hasil pengembangan industri pertahanan dalam bentuk Kendaraan Multifungsi “Komodo”, Senapan Snipar Kal 12,7 dengan silencer oleh PT Pindad dan Roket R-Han 122.

Peluncuran hasil pengembangan industri pertahanan itu berlangsung pada acara puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke-18 tahun 2013 di Gedung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), Jakarta Timur, Kamis (29/8).

Hadir dalam acara ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono serta Presiden RI ke-3, Menristek Gusti Muhammad Hatta dan masyarakat Iptek.

Hakteknas tahun ini mengangkat tema “Inovasi Untuk Kemajuan Bangsa”. Menristek menjelaskan, tema ini dipilih dengan menyadari bahwa penelitian dan pengembangan iptek haruslah bertumpu pada kebutuhan nyata masyarakat, sehingga iptek yang dihasilkan akan mendorong kemandirian dan pada akhirnya menjadi penggerak menuju kemajuan bangsa.

Menurut Menristek, kunci kemajuan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh potensi dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga dipengaruhi oleh inovasi serta kreatifitas masyarakat yang kemudian dapat meningkatkan daya saing bangsa secara berkelanjutan.


  Jurnas 

[Foto] Uji Coba Peluncuran Roket RX2020

Berikut Foto Uji Coba Roket RX2020:

Sejumlah karyawan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) mengangkat roket, ke dalam truk pengangkut di Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Senin (26/8).
Sejumlah karyawan PINDAD mengangkat roket, dari dalam truk pengangkut di lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Selasa (27/8).
Seorang petugas sedang melakukan monitoring di dalam mobile control room rocket technologi center, di lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Selasa (27/8)
Sejumlah karyawan PINDAD menyiapkan peluncuran roket di lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Selasa (27/8).
Roket jenis RX2020 diluncurkan dalam uji coba di lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Selasa (27/8).

Semua Foto diposkan Kenyot10 (Kaskuser)


   Kaskus