Tampilkan postingan dengan label BATAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BATAN. Tampilkan semua postingan

Nanotechnology to promote energy saving batteries in electric cars

http://www.batan.go.id/serir_conference/images/Batan_ok.JPGJakarta The use of nanotechnology can increase the efficiency of lithium batteries in electric cars, National Nuclear Energy Agency (BATAN) chief Djarot S. Wisnubroto has said.

"Nuclear energy will be one of the options in the future and nanotechnology will play an important role as well," Djarot noted at the Serpong area in South Tangerang, Banten province, on Monday.

He pointed out that the development of nanotechnology in Indonesia is closely related to the National Electric Cars Program, because it would encourage the use of energy saving batteries.

"There is a relationship between nanotechnology development and the National Electric Cars Program. Both support green energy, which lead to a green economy," Djarot added.

According to Djarot, nanotechnology has been used in various sectors, including health, agriculture, chemistry, energy and others.

"In the field of agriculture, nanotechnology is used to increase production and reduce deficiencies and waste," he said, adding that BATAN has been researching nanotechnology over the past 10 years in the fields of medicine and the environment.


  Republika  

BATAN Harap PLTN Dibangun 2015

PLTN. Ilustrasi
Ilustrasi
SERPONG, TANGERANG SELATAN Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof Djarot S Wisnusubroto berharap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat dilakukan setidaknya pada 2015.

"Tidak mungkin dilakukan pada tahun depan, karena akan dilangsungkannya Pemilu Legislatif dan Presiden," ujar Djarot saat membuka Simposium Nanoteknologi di Serpong, Senin (16/12). "Kemungkinan besar pada 2015."

Dia menambahkan hasil uji kelayakan tapak pembangunan PLTN di dua daerah di Bangka Belitung yakni Bangka Selatan dan Bangka Barat, dinyatakan layak untuk pembangunan pembangkit listrik tersebut.

Hasil survei itu merekomendasikan sekitar 10 pembangkit dengan total 10.000 MW dibangun di wilayah itu. "Kami tidak memutuskan apakah PLTN dibangun atau tidak, tapi yang memutuskan adalah pemerintah."

Dia juga menambahkan lebih dari 60 persen masyarakat menyetujui pembangunan PLTN dengan alasan krisis listrik dan pemadaman yang kerap terjadi.

"BATAN telah sukses mengelola nuklir. Selama lebih dari 30 tahun, kami mengelola reaktor yang ada di Serpong, dan terbukti aman."


  Republika  

Batan Ciptakan Varietas Kedelai Super Genjah

Batan Ciptakan Varietas Kedelai Super GenjahJakarta - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berhasil menciptakan varietas kedelai baru yang masuk kategori super-genjah atau memiliki umur panen hanya 66-68 hari. Varietas unggul kedelai yang diberi nama Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 ini merupakan pengembangan dari benih induk kedelai Tidar melalui pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi.

Kepala Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan, Hendig Winarno, mengatakan varietas kedelai Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 ini cocok sebagai tanaman sela, khususnya di lahan sawah yang berpengairan. “Padi kan biasanya panen dua kali setahun, tidak cocok kalau tiga kali, makanya cocok ditanam kedelai Gamasugen karena masa panennya cepat sehingga lahan sawah tidak mubazir,” kata Hendig saat memperkenalkan varietas Gamasugen, di kantor Patir Batan, Lebak Bulus, Jakarta, Senin, 2 Desember 2013.

Ia menyebutkan, varietas Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 memiliki tingkat produksi rata-rata 2,4 ton per hektare bahkan memiliki potensi hingga 2,6 ton per hektare. Meski masih kalah dibanding rata-rata produksi di negara penghasil kedelai, angka ini jauh lebih tinggi daripada tingkat produksi kedelai nasional, yang rata-rata hanya 1,5 ton per hektare. Kedua varietas unggul ini juga terbukti tahan terhadap penyakit karat daun, penyakit hawar daun cokelat, dan tahan terhadap serangan hama penggerek pucuk.

Dari segi rasa, Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 diakui lebih enak, dengan tingkat rendemen tahu dan tempe lebih tinggi dibanding kedelai impor. Selain itu, kandungan protein pada kedua varietas ini mencapai 37 persen, dan kandungan lemaknya 13,2 persen.

Peneliti kedelai di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan, Arwin, menambahkan, varietas Gamasugen adalah satu-satunya varietas kedelai di Indonesia yang memiliki umur panen di bawah 70 hari. Sebab, varietas kedelai yang sudah ada memiliki umur panen paling pendek hanya 73 hari.

Arwin menjelaskan, meski kedelai adalah tanaman subtropis, varietas Gamasugen sudah terbukti bisa tumbuh di lahan tropis baik saat musim hujan ataupun kemarau. Varietas kedelai Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 sangat cocok ditanam di lahan sawah karena tak perlu lagi mengolah tanah dan bisa mengurangi penggunaan pupuk urea pada penanaman padi selanjutnya karena biji akarnya mampu mengikat nitrogen. “Biasanya setelah dua kali musim hujan petani padi membiarkan lahannya. Dengan varietas Gamasugen, satu minggu setelah panen padi bisa langsung tanam kedelai, dan ini bisa menguntungkan petani,” ucapnya.

Untuk membuktikan varietas ini layak dan memenuhi kriteria untuk pelepasannya, peneliti melakukan uji adaptif di 16 lokasi, di antaranya di wilayah Banyumas, Purbalingga, Palembang, Malang, Bogor, dan Majalengka. Pengujian dilakukan pada dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Hasilnya, produktivitas paling tinggi berada di wilayah Kalimanah, Purbalingga, dengan produktivitas 2,59 ton per hektare, dan di Baturraden, Banyumas, dengan produktivitas 2,51 ton per hektare. Keduanya diuji di atas tanah berjenis Latosol.

”Selain itu, kami sudah uji untuk pembuatan tahu dan tempe. Ternyata hasilnya tidak kalah sama kedelai impor. Rasanya lebih gurih dan lebih segar,” kata Arwin.


  Tempo  

Kenali Iptek Nuklir, Gunakan Manfaatnya

Keberadaan teknologi nuklir, oleh sebagian masyarakat dipersepsikan sebagai senjata, bom, atau hal-hal lain yang negatif. 

“Padahal, keberadaan nuklir, pemanfaatan dan penerapannya di berbagai sektor, kesehatan, pertanian, rumah sakit dan lain-lain,” demikian diungkapkan oleh Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof. Dr. Ir. Djarot Sulistio Wisnusubroto, pada acara pembukaan ATOMOS EXPO 2013, di Stadion Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Jumat, 29 Nopember 2013.

Oleh karena itu, kata Djarot, pentingnya menggelar pameran ATOMOS EXPO 2013 agar masyarakat dapat memahami secara fakta bahwa bangsa Indonesia sudah mampu menguasai teknologi nuklir dan mengem­bangkan­nya untuk tujuan kesejahteraan. “Melalui berbagai hasil karya nyata yang diperagakan, diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa nuklir dapat digunakan untuk memajukan dan mensejahterakan kehidupan manusia, dan tidak selalu digunakan untuk senjata atau bom,” papar Djarot.

Dijelaskan juga oleh Djarot bahwa event ATOMOS EXPO khusus menggelar produk-produk teknologi hasil karya anak bangsa di bidang nuklir dan pemanfaatannya yang sudah meluas di berbagai sektor pembangunan. Kegiatan ini sebagai media sosialisasi dan penyampaian informasi kepada masyarakat luas tentang kemampuan bangsa sendiri yang sudah menghasilkan banyak karya di bidang nuklir dan memiliki peran dalam pembangunan nasional.

Penyelenggaraan ATOMOS EXPO 2013 ini bertepatan dengan ulang tahun ke-55 BATAN, tepatnya tanggal 5 Desember. ”Kalau disamakan dengan manusia angka 55 ini, usia yang cukup matang. Artinya sesuatu yang sangat senior dan professional,” ujar Djarot, yang disambut tepuk tangan para tamu yang hadir di antaranya Menristek Prof. Dr .Ir .H. Gusti Muhammad Hatta, MS, perwakilan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Balitbang Kementerian Pertanian dan para tamu dari berbagai instansi lainnya.

Untuk memberi gairah dan semangat baru, BATAN meperkenalkan logo BATAN yang baru. ”Diharap­kan dengan logo baru yang lebih kinclong dengan warna-warni yang ramah dan disukai, BATAN dan nuklir bisa lebih ingin dikenali, lebih bersahabat terhadap masyarakat,” tutur Djarot, sembari menayangkan logo baru BATAN yang lebih cerah dengan warna 'ngejreng' paduan warna kuning, merah, hijau dan biru.

Pada kesempatan itu, Djarot juga menyampaikan hasil jajak pendapat nasional yang dilakukan selama tiga tahun terakhir tentang pemanfaatan teknologi nuklir. Hasil jajak pendapat nasional itu 76,5 persen responden setuju pemanfaatan iptek nuklir di Indonesia. ”Khusus untuk energi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), 60,4 persen responden menyatakan setuju,” jelasnya.

Khusus jajak pendapat tentang pemanfaatan iptek nuklir yang dilakukan di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), hasilnya lebih tinggi yakni 75 persen, sedangkan untuk PLTN 64,1 persen. “Angka ini bias menjadi acuan pemerintah dalam mengembangkan iptek nuklir dan pembangunan PLTN,” tegasnya lagi.

Mengenai logo BATAN yang baru lebih 'kinclong' dibandingkan yang lama, diamini oleh Menristek Prof. Dr .Ir .H. Gusti Muhammad Hatta, MS. Menurutnya, lambang BATAN yang baru ini lebih ramah dan lebih enak dilihat. Menristek juga mengungkapkan kebanggaannya terha­dap BATAN yang sangat professio­nal dan disiplin mengelola limbah nuklir selama 20 tahun. “Karena itu saya mendapatkan hadiah dari Wina berupa alat detektor,” katanya dengan nada bangga.

Meskipun dambaan untuk memiliki PLTN belum terealisasi, namun BATAN secara berkesinambungan melakukan riset dengan menggunakan iptek nuklir untuk digunakan di bidang lainnya. ”Seperti di bidang pertanian, padi kita yang biasanya hanya menghasilkan lima sampai enam ton perhektar, dengan menggunakan iptek nuklir produksi padi mencapai Sembilan bahkan sepuluh ton perhektar. Iptek nuklir juga digunakan bagi bidang kesehatan, semisal terapi penyakit kanker,” ungkapnya.

Bahkan katanya, dia merasa kagum ketika mendengar ipktek nuklir juga bisa dipergunakan untuk lebih mengawetkan makanan semacam makanan rendang, gudeg dan pepes. ”Kegiatan pemanfaatan seperti ini, diharapkan bias lebih mengakrabkan lagi nuklir kepada masyarakat,” tuturnya. Dan, dijelaskannya bahwa makanan itu aman untuk dikonsumsi, dengan begitu pemahaman masyarakat akan iptek nuklir lebih baik lagi.

Pada kesempatan itu Menristek menceritakan pengalamannya ketika dia menjadi Menteri Lingkungan Hidup yang lalu. Pada satu acara di televisi, dia dihadapkan dengan Menristek yang menjelaskan tentang pemanfaatan teknik nuklir. ”Sepertinya saya akan diadu, dan dikiranya saya akan mengeluarkan statement anti nuklir. Tapi, host atau moderator itu kecewa karena sebagai Menteri Lingkungan Hidup ketika itu saya mendukung penggunaan iptek nuklir. Dan, entah sudah rencanaTuhan, mungkin, saya sekarang malah ditunjuk sebagai Menristek,” ujar Gusti menceritakan pengalamannya yang unik itu.

Menrisitek memberi apresiasi yang besar bagi terselenggaranya ATOMOS EXPO 2013 ini. Diharapkan dengan terselenggaranya ATOMOS EXPO ini dapat membuka mata masyarakat Indonesia lebih luas lagi bahwa iptek nuklir sangat bermanfaat bagikemajuan bangsa dan meningkatkan taraf hidup manusia. Lebih jauh lagi dia mengutip kalimat dari kitab suci al-Quran bahwa segala sesuatu yang diciptakan Tuhan itu tidak ada yang sia-sia.“Yang penting apa yang sudah diciptakan Tuhan yang disediakan di alam ini digunakan untuk kemaslahatan umat manusia,” tegasnya.

Pada kesempatan itu Menristek beserta staffnya, didampingi oleh Kepala BATAN, meninjau beberapa booth di arena ATOMOS EXPO 2013. Dia pun sangat antusias mendengarkan penjelasan dari penjaga booth yang dihampirinya. “Saya senang melihat anak-anak sekolah yang berkunjung kesini. Masa depan ada di tangan mereka, termasuk pengelolaan dan pengembangan iptek nuklir di masa depan,” katanya sembari memperhatikan generasi muda, anak-anak SLTA, yang berkunjung berombongan dan meramaikan pameran ATOMOS EXPO 2013.

Penyelenggaraan ATOMOS EXPO 2013 bertema 'Perkembangan dan Peran Teknologi Nuklir dalam Pembangunan Indonesia' berlangsung pada 29 Nopember – 1 Desember, diikuti oleh 28 instansi dan perusahaan. Kegiatan ini mengajak ma­sya­rakat untuk lebih mengenal nuklir dengan konsep yang populer 'ATOMOS DAY' dalam bentuk pameran produk dan jasa teknologi nuklir, pameran interaktif sains nuklir, pameran foto teknologi, nuklir, mini games, ICT nuklir dan pameran sejarah dan masa depan nuklir. Juga diselenggarakan aerobic dan flash mob serta pembagian door prize bagi semua pengunjung dari masyarakat umum.


Batan Kembangkan Sikotron untuk Kesehatan dengan Harga Lokal

 Peserta Workshop Teknologi Keselamatan PLTN berkunjung ke Reaktor Serba Guna GA Siwabessy (19/6-batan.go.id)YOGYAKARTA -- Badan Teknologi Nuklir (BATAN) merancang fasilitas sikotron penghasil radio isotop sebagai alat penunjang kesehatan untuk mengatasi penyakit kanker.

"Dunia kedokteran biasa menggunakan alat tersebut untuk menembak sel yang terserang kanker. Di Indonesia baru ada tiga rumah sakit (RS) yang mengoperasikan sikotron seperti RS Dharmais, RS Gading Pluit dan RS MIRCC Siloam," kata Kepala Bidang Teknologi Akselerator dan Fisika Nuklir di Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) BATAN Slamet Santosa di Yogyakarta, Kamis.

Menurut Slamet, dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan satu fasilitas sikotron berkisar RP10 miliar-Rp12 miliar.

Namun, kata Slamet, jika suatu rumah sakit membeli teknologi nuklir tersebut dari negara lain maka dana yang dikeluarkan bisa mencapai sekitar RP60 miliar.

"Harga tersebut belum termasuk biaya perawatan fasilitas Sikotron. Ada berbagai tingkat perawatan yang harganya juga berbeda," kata Slamet.

Sejumlah fasilitas sikotron yang dimiliki oleh ketiga rumah sakit tersebut berasal dari negara Belgia, Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Slamet mengatakan BATAN menargetkan sikotron buatan dalam negeri akan mendapat sertifikasi ISO serta IAEA pada 2019.

Lembaga PTAPB sedang mengembangkan sikotron dengan energi sebesar 13 Mega electron volt (Mev) untuk memproduksi radioisotop, jelas Slamet.

Sementara itu, nilai energi sikotron di tiga sikotron di sejumlah rumah sakit pun berbeda seperti 9,8 Mev, 18 Mev serta 12,6 Mev.

"Jika nilai Mev lebih besar maka akan lebih mudah menembus target. Hal itu disesuaikan dengan tujuan penggunaan," kata Slamet.

Untuk penyembuhan kanker, pengendali sikotron akan menyuntikkan radio isotop yang telah diproduksi kepada sel di tubuh yang terjangkit kanker.

"Kami mengacu fasilitas teknologi sikotron dari Korea Selatan. Penghasil radio isotop ini menjadi bukti keamanan dan kegunaan tenaga nuklir bagi kehidupan manusia dalam bidang kesehatan," tambah Slamet.


  Republika  

Simulasi mobil pengangkut radioaktif ditabrak truk pasir

Bahan nuklir berhamburan di Bandung, 6 orang jadi korban - Simulasi mobil pengangkut radioaktif ditabrak truk pasir - Tim terpadu Penggangulangan Tanggap Darurat Bencana Bahaya Radioaktif sangat sigap memberi pertolongan dini terhadap korban.Kecelakaan lalu lintas antara mobil pengangkut bahan nuklir radioaktif dengan truk pengangkut pasir terjadi tepat di depan Gedung Sate/ lapangan Gasibu Bandung. Akibatnya, 6 orang menjadi korban.

Dua orang korban di antaranya langsung dilarikan ke RS Hasan Sadikin Bandung, karena menderita luka parah.

Baca juga: Radiasi nuklir Fukushima terus meningkat, Jepang bangun dinding es dan Pangkostrad tutup Ekspedisi NKRI 2013 Koridor Sulawesi

Akibat kecelakaan itu, bahan nuklir radioaktif berhamburan di jalan mengeluarkan asap. Bahkan sempat terdengar suara ledakan sebanyak dua kali. Melihat kejadian itu, masyarakat khawatir dampak negatif dari radioaktif tersebut.

Warga di TKP (Tempat Kejadian Perkara) langsung segera menolong korban, dan menghubungi aparat kepolisian dan BPBD Jabar. Berkat koordinasi dan komunikasi yang tepat, dalam waktu yang singkat kecelakaan tidak berdampak membahayakan.

Semua itu, lantaran tim terpadu dalam waktu relatif singkat sudah berada di TKP. Tim terpadu Penggangulangan Tanggap Darurat Bencana Bahaya Radioaktif itu terdiri dari unsur badan pengawas tenaga nuklir ( Bapeten), Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) – BATAN Bandung serta berbagai instansi terkait seperti BPBD Jabar, Polda Jabar, Dinas pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, Dinas Kesehatan, TNI AD dan rumah sakit.

Kejadian ini merupakan simulasi dari gladi lapang penanggulangan kecelakaan radiasi dalam transportasi sumber radioaktif, di depan Gedungsate Bandung, Kamis (5/9/2013).

Acara gladi lapang itu merupakan kerjasama antara BAPETEN dengan BPBD Jabar yang melibat berbagai unusur, seperti PTNBR, Batan, Polda Jabar, TNI AD, Dishub, Dinssor, Dinkes, RSHS dan Diskar Bandung serta ormas relawan penanggulangan Bencana Alam.

Menurut Kepala Bapeten As Natio Lasman kepada wartawan, bahwa latihan ini penting untuk memberikan penguatan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan kewaspadaan semua pemangku kepentingan. “Ini untuk memastikan sikap tanggap yang dapat terjadi setiap saat. Sehingga nantinya dapat memberikan keamanan dan keselamatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan.”

Latihan kesiapsiagaan tanggap darurat ini merupakan amanat PP No 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir yang mewajibkan pemegang izin untuk menyelenggarakan pelatihan dan gladi kedaruratan nuklir oleh pemegang izin. “Geladi di tingkat provinsi paling sedikit 1 kali dalam 2 tahun dengan berkoordinasi dengan BPBD Provinsi dan instansi terkait serta di tingkat nasional paling sedikit 1 kali dalam 4 tahun,” jelas Natio Lasman.

Natio Lasman juga mengatakan, tujuan latihan untuk menguji kemampuan instansi dan SKPD terkait dalam merespon adanya kecelakaan radiasi, akibat kecelakaan transportasi sumber radioaktif.

Sementara itu, Kepala BPBD Jabar Udjwalaprana Sigit mengatakan, sesuai amanah UU 24 tahun 2007, sekecil apa pun musibah bencana harus cepat direspon dan dilakukan penanganan sesuai prosedur demi menghindari jatuhnya korban jiwa.

Bila musibah itu setingkat Provinsi, lanjutnya, maka Gubernur secepatnya mengambil sikap dan menentukan perlu segera dilakukan tanggap darurat bencana. Penentuan tanggap darurat tentunya mengandung konsekuensi, yaitu harus menyiapkan anggaran, personel dan peralatan. “Untuk itu perlunya kerjasama dalam membuat Standar Operasi Prosedure (SOP), sehingga antara instansi terkait, saling mendukung dan bekerjasama,” tegasnya.

Sekda Jabar Wawan Ridwan, usai menyaksikan gladi lapang tersebut, mengatakan, atas nama Pemprov Jabar, dirinya mengapresiasi dan memberikan penghargaan atas terselenggaranya gladi lapang kecelakaan transportasi bahaya Radioaktif.

“Melalui gladi ini, diharapkan masyarakat tidak perlu gugup dan takut atas bahaya Nuklir, juga tidak perlu dijadikan momok/ hantu bila mendengar nama nuklir,” pintanya.@husein


  LensaIndonesia  

Bangun PLTN Butuh Minimal 5 Tahun

Peninjau melihat kolam reaktor riset nuklir di reaktor serbaguna G.A. Siwabessy milik Badan Tenaga Atom (BATAN), Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/4). Kawasan Nuklir Serpong merupakan kawasan pusat Litbangyasa iptek nuklir yang dibangun dengan tujuan untuk mendukung usaha pengembangan industri nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia. Foto: Investor Daily/ ANTARA/ BNPT/RN/ed/nz/13
Peninjauan di BATAN
BANDUNG - Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Prof Dr Djarot S Wisnubroto menilai waktu ideal yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir berkisar lima sampai 10 tahun.

"Untuk membangun PLTN, dari mulai awal sampai akhir itu antara lima sampai 10 tahun," kata Djarot, Kamis (5/9), terkait rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bangka pada 2013.

Batan sebagai lembaga yang melakukan kajian tentang energi nuklir, tinggal menunggu izin dari pemerintah untuk membantu eksekusinya. "Kalau mau cepat lima tahun, itupun bila tahun ini akhirnya diputuskan," ungkap Djarot dalam gladi lapang nasional penanggulangan kecelakaan transportasi sumber radioaktif di Lapangan Gasibu, Kota Bandung.

Hal tersebut juga mengacu pada UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional itu harus sudah meregulasi antara 2015-2019.

Djarot mengungkapkan bahwa tahun ini merupakan tahun ketiga Batan melakukan studi kelayakan di pulau Bangka. "Jadi tahun ini tahun ketiga kita melakukan studi kelayakan di Bangka, mestinya awal tahun depan kita sudah sampai ke pusat," kata dia.

Pemilihan tempat studi kelayakan tersebut didasari karena Bangka merupakan daerah yang stabil dan minim terjadinya gempa kecil. "Karena Bangka itu daerah yang stabil, kemungkinan terjadinya gempa kecil," katanya.

Selain itu, pemilihan pulau Bangka juga tidak jauh dari Sumatera dan Jawa yang membutuhkan energi listrik terbesar di Indonesia. "Tidak jauh dari pulau Jawa dan Sumatera, karena kebutuhan energi listrik paling besar itu di pulau Jawa," kata Djarot. (ID/tk/ant)


  ● Investor  

Banyak Pemda Inginkan PLTN Skala Kecil


smrkecil218JAKARTA - Kendati banyak LSM yang menentang rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ternyata sejumlah pemerintah daerah justru berminat agar di daerahnya dibangun PLTN skala menengah kecil Small Medium Reactor (SMR).

“Pemerintah daerah seperti Kalimantan Barat, Timur, serta Papua mengaku tertarik memenuhi kekurangan pasokan listrik di daerahnya melalui pembangunan PLTN skala kecil,” kata Djarot Wisnubroto di sela-sela acara “Advanced Reactors and Small and Medium size Nuclear Reactor (SMRs), kemarin.

Menurut Djarot yang didampingi expert International Atomic Energy Agency (IAEA) Dr. Hadid Subki dan Dr.Thomas Khosby PLTN skala kecil memang cocok dibangun di wilayah yang kebutuhan listriknya tidak terlalu besar seperti Kalimantan,Sumatera, dan Papua. Wilayah tersebut selama ini mengaku kekurangan pasokan listrik dari PLN sehingga sulit berkembang.

Pihak Batan sendiri mengaku telah melakukan penelitian soal SMR ini sejak 2001. Diharapkan jika program pembangunan PLTN skala besar sudah berjalan maka diharapkan SMR juga akan menyusul.

Sementara itu Dr. Hadid Subki dan Dr. Thomas Khosby mengatakan, bahwa SMR ini sudah banyak digunakan di negara besar seperti Amerika, Rusia, dan Prancis. Biasanya mereka mengubah pembangkit listrik konvensional yang telah tua menjadi PLTN skala menengah kecil. Mengganti pembangkit listrik tua dengan PLTN lebih ekonomis karena mereka tetap bisa menggunakan infrstruktur yang ada dengan hanya membangun reaktornya saja.

Tetapi rekator SMR juga tidak jarang dibangun untuk menambah daya reaktor yang ada tetapi pasokannya masih kurang sedikit. Reaktor menengah dan kecil biasanya menghasilkan listrik sekitar 200 hingga 300 Megawatt MW.

“Soalnya, sekecil-kecilnya PLTN tenaga listrik yang dihasilkan bisa 10 hingga 20 kali pembangkit listrik konvensional,”kata Djarot. (faisal)


Sistem Safety dan Security Nuklir Indonesia Jadi Percontohan

Sistem Safety dan Security Nuklir Indonesia Jadi PercontohanJakarta — Bicara nuklir tentu saja tidak melulu tentang bahaya bom atom, kebocoran radiasi atau pemanfaatan teknologi bagi aspek kehidupan manusia di berbagai bidang.

Satu hal mesti diketahui adalah masalah safety dan security di mana letak reaktor nuklir dan bahan nuklir itu berada.

Bagaimanapun,safety dan securityuntuk mencegah agar bahan nuklir tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Demikian pula dengan keberadaan fasilitas nuklir seperti reaktor nuklir harus dijaga keamanannya 24 jam dalam sehari. Tidak bisa dan tidak boleh diakses oleh orang-orang yang tidak berkepentingan apalagi dengan maksud yang tidak baik.

Safety di bidang nuklir sangat terkait hubungannya dengan security. Safety adalah salah satu komponen utama yang selalu yang ditekankan di dalam pelaksanaan permanfaatan teknologi nuklir. “Masalah safety dan security pada penggunaan teknologi nuklir, akhir -akhir ini menjadi perhatian dari masyarakat dunia yang mengelola dan bergerak memanfaatkan teknologi nuklir.

Intinya safety dan security ini dimaksudkan bagaimana melindungi masyarakat dan lingkungan dari bahaya radiasi,”ungkap Kepala Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) Ferly Hermana yang ditemui di kantornya di kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Lebih jauh dijelaskan Ferly, security adalah menjaga agar sumber radioaktif dan bahan nuklir tidak berpindah tangan ke orang yang tidak bertanggung jawab. Keterkaitan safety dan security, intinya bila security lemah otomatis akan berdampak padasafety-nya.

Masalah safety dan security itu sudah diatur dalam peraturan International Atomic Energy Agency (IAEA) yang mengikat bagi setiap anggotanya. Dan, Indonesia juga telah mengatur hal yang sama dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Perka BAPETEN) No.1 Tahun 2009 tentang Sistem Proteksi Fisik untuk Instalasi dan Bahan Nuklir.

BAPETEN selaku badan pengawas yang intinya mengatur keamanan sumber radiasi dan keamanan fasilitas nuklir. ”Untuk fasilitas nuklir itu adanya di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta. Sedangkan bahan nuklir adanya di BATAN Pasar Jumat, Jakarta,”tutur Ferly yang baru saja pulang dari Malaysia. Di sana dia mempresentasikan tentang safety dan security fasilitas dan bahan nuklir.

Ferly juga memaparkan bahwa tugas dari PKTN mengkoordinasi-kan keamanan di kawasan nuklir Serpong bila ada kedaruratan nuklir. “Sistem keamanan dan keselamatan di kawasan ini termasuk yang terbaik di regional Aseandan akan menjadi percontohan di kawasan Asia Pasifik. Bahkan, para pengamat nuklir mengatakan bahwa infrastruktur di Kawasan Nuklir Serpong sudah menyelenggarakan sistem proteksi fisik yang baik sebagai pusat nuklir di Indonesia,” ungkap Ferly. Diibaratkan oleh para ahli nuklir dan pengamat nuklir, infrastruktur Kawasan Nuklir Serpong seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dalam skala yang kecil.
 
Sejauh ini di kawasan Puspiptek Serpong diterapkan physical protection atau proteksi fisik yang memiliki tiga fungsi yakni Detection,Delay, dan Response. Deteksi dengan menggunakan alat-alat deteksi diperuntukkan melihat ruangan berbagai kegiatan dan aktifitas baik indoor maupun outdoor. Dari sebuah ruangan yang berisi belasan monitor terpantau berbagai kegiatan di sana.

Sedangkan Delay, pagar- pagar yang dibuat sesuai dengan aturan dan dibuat berlapis. Ketika memasuki Kawasan Nuklir Serpong, maka disebut zona atau limited area. Bila sudah memasuki kawasan BATAN disebut protected area. Protected area yang dibatasi pagar kuning hanya orangorang yang berkepentingan saja yang bisa memasuki area itu dan dengan menggunakan kartu khusus yang tidak dimiliki semua orang.

Area lebih ke dalam lagi yaitu area yang lebih dekat ke pusat bahan nuklir, yang disebut inner area. Untuk bisa masuk ke area ini pengawasan keamanan lebih ketat lagi.”Jadi, pengamanan berlapis-lapis, kelihatannya kaku dan keras, tapi lebih baik kami mencegah dari pada menanggulangi jikasudah ada kejadian,” ungkap Ferly.

Fungsi physical protection yang ketiga adalah Respon yang diselenggarakan oleh Unit Pengamanan Nuklir (UPN). “Kita punya tim-tim UPN tim rescue, tim damkar, tim medis, tim lingkungan,tim keteknikan,”jelas Ferly. Ferly juga menjelaskan ketika memasuki area Puspiptek, siapa saja yang akan memasuki kawasan yang dikelolanya akan ditanyakan keperluan dan mau bertemu dengan siapa.

”Nah ketika mobil berhenti, sebelum masuk ke dalam, di perhentian mobil atau kendaraan motor itu sudah ada kamera pemantau hingga ke bagian bawah kendaraan. Jadi, di bawah mobil itu tersedia kamera,” paparnya. Jalur jalan pun tidak dibuat lurus tapi berbelok-belok agar tidak langsung, dan menghambat ke tempat tujuan, agar apabila ada yang bermaksud tidak baik bisa dicegah terlebih dahulu.

Prosedur keamanan, setiap kendaraan baikmobil maupun motor yang masuk diperiksa dan harus mempunyai pass ranmor yang mencantumkan nama pemilik kendaraan dan nomor plat kendaraan. Demikian juga setiap pegawai harus menggunakan badge selama di dalam kawasan.

Untuk yang masuk lokasi pagar kuning ada alat magnetic card reader yang dapat memonitor keluar masuk karyawan, masuknya kapan dan jam berapa? Jadi bila ada kejadian, bisa didetek siapakah pegawai tersebut masih ada di dalam pagar kuning atau sudah ada di luar. Dan, tidak semua yang bisa masuk pagar kuning kemudian bisa masuk reaktor nulklir. Ada pagar dan lapisan lagi yang harus dilewati dengan ketentuan yang makin ketat.

Kondisi yang agak ribet itu disadari oleh Ferly sebagai penanggung jawab. Namun, demi safety dan security tadi harus ditegakkan.”Semua itu kami lakukan demi keamanan dan keselamatan kita semua, termasuk kami yang menjadi pengelola di kawasan sini maupun masyarakat di luar sana,” tutur Ferly lagi.

Untuk tetap waspada dengan keamanan dan keselamatan setiap tahunnya Tim Respon melakukan latihan dengan rutin dan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. "Alhamdulillah sejak reaktor riset ini berdiri hingga dua puluh enam tahun kemudian, kita tetap aman dan selamat. Bahkan mendapat pujian dari berbagai negara untuk masalah safety dan security” Ferly mengungkapkan.(adv. media ind)


  BATAN  

Batantek Kuasai 51% Kepemilikan Pabrik Nuklir di AS

ilustrasi: (foto: Reuters)
Ilustrasi
JAKARTA - Permintaan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang meminta PT Batan Teknologi agar mengembangkan bisnisnya dengan membangun pabrik di Virginia Amerika Serikat (AS) akan terealisasi.

"Kita joint venture, sekarang sudah MoU, sudah partisipasi design juga. Target beroperasi di 2017 di Amerika. Dengan mayoritas saham 51 persen kita, 49 persen mereka," ungkap Direktur Utama Batan Teknologi Yudiutomo Imardjoko kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (11/6/2013).

Dia menjelaskan, total investasi untuk membangun pabrik pengayaan uranium sistem rendah disana mencapai USD170 juta.

"Karena kebutuhan radio isotop di sana sangat tinggi, kita ingin masuk ke pasar Amerika, pasalnya Amerika saat ini selalu mengimpor radio isotop di negara seperti Kanada, Belgia. Hampir 100 persen mengimpor. Dengan masuknya kami ke sana akan membuat pasaran lebih kompetitif," jelas Yudi.

Yudi menjelaskan, saat ini, pihaknya hanya mampu memproduksi sekitar 300 curie radio isotop per minggu yang di suplai untuk 16 rumah sakit untuk kepentingan pengobatan.

"Beda dengan Amerika yang membutuhkan 6.000 curie per minggu. Dan untuk suplai ke rumah sakit sana sampai 1.600 rumah sakit. Walaupun kapasitas produksi nanti di pabrik Virginia hanya 400 curie per minggu," jelas dia.

Untuk permasalahan pergantian nama perusahaannya, dia menjelaskan saat ini sedang dilakukan proses pergantian yang akan menjadi PT Industri Nuklir Indonesia.

"Tahun depan mungkin akan berganti, sekarang lagi diurus," jelas Yudi. (wan) (wdi)


  Okezone 

Batan-BNPB Lakukan Pelatihan Kesiapsiagaan Nuklir

Peninjau melihat kolam reaktor riset nuklir di reaktor serbaguna G.A. Siwabessy milik Badan Tenaga Atom (BATAN), Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/4). Kawasan Nuklir Serpong merupakan kawasan pusat Litbangyasa iptek nuklir yang dibangun dengan tujuan untuk mendukung usaha pengembangan industri nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia. Foto: Investor Daily/ ANTARA/ BNPT/RN/ed/nz/13JAKARTA - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta jajaran pemerintah provinsi Banten dan pemkot/pemkab di kawasan reaktor nuklir Serpong, melakukan pelatihan kesiapsiagaan menghadapi kedaruratan nuklir.

"Pelatihan ini dilaksanakan agar semua pihak khususnya di kota Tangerang Selatan, termasuk kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Bogor siap jika terjadi kecelakaan nuklir," kata Sekretaris Utama Batan Taswanda Taryo di sela workshop Kesiapsiagaan Kedaruratan Radiasi bagi Pemangku Kepentingan di Luar Batan di Serpong, Banten, Selasa.

Dengan pelatihan kesiapsiagaan, menurut dia, para pemangku kepentingan dan masyarakat menjadi lebih siap jika terjadi bencana radiasi nuklir, sehingga penanggulangan akan menjadi lebih mudah dan cepat serta korban dapat diminimalisasi.

Sementara itu, Kepala Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir Batan yang juga Koordinator Pengamanan dan Kedaruratan Nuklir Ferly Hermana, mengatakan, aturan mengharuskan reaktor riset Siwabessy, Serpong, berkapasitas 30 MW yang terbesar di Asia Tenggara itu melaksanakan kesiapsiagaan kedaruratan nuklir bersama para pemangku kepentingan terkait secara rutin.

Pelatihan tersebut melibatkan berbagai tim respons, seperti tim medis, tim pengamanan nuklir, tim proteksi radiasi, tim pemadam kebakaran, juga tim dari kepolisian dan TNI, ujarnya.

Menurut Taswanda, skenario kecelakaan nuklir terburuk adalah ketika elemen bakar reaktor meleleh dan Iodium 131, gas radioaktif paling mengerikan, lepas ke udara.

"Namun di reaktor ada pengungkung dan sistem ventilasi yang bekerja mengurung gas ini dan membuatnya berputar-putar hanya di dalam kungkungan itu sampai gas-gas ini meluruh. Iodium radioaktif meluruh dalam waktu delapan jam," katanya.

Sistem ini sangat aman, ujarnya, namun jikapun pada skenario terparah, radioaktif sempat keluar dari pengungkung, evakuasi akan sudah disiapkan sesuai prosedur untuk kawasan reaktor di radius 5 km.

"Sejauh ini dalam 26 tahun sejak berdirinya, reaktor Siwabessy di Serpong ini aman-aman saja, tidak pernah terjadi kecelakaan nuklir. Reaktor juga akan mati secara otomatis jika terjadi kecelakaan," katanya.

Ia mengingatkan bahwa pelatihan kesiapsiagaan ini dilaksanakan bukan untuk menunjukkan bahwa reaktor riset nuklir ini tak aman dan perlu diwaspadai, tapi untuk memenuhi prosedur keselamatan sesuai aturan internasional.

Sementara itu, Deputi Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir bidang Kajian Keselamatan Nuklir Choirul Huda mengatakan, pihaknya terus memantau dosis zat radioaktif di kawasan sekitar reaktor Siwabessy Serpong dan akan memasang alat pendeteksi radiasi nuklir.

Sedangkan Staf Ahli bidang Pembangunan Wali Kota Tangerang Selatan Chaerul Soleh mengatakan, pihaknya beserta masyarakat Tangsel siap, jika suatu saat terjadi musibah kecelakaan nuklir. (ID/tk/ant)


  Investor  

Perjuangan Yudiutomo Imardjoko Hidupkan BatanTek yang Hampir Mati

 Pilih Pulang meski Digaji Rp 100 Juta di Luar Negeri  

Yudiutomo di depan bengkel nuklir PT Batan Teknologi, Tangerang Selatan.   Foto : Yudiutomo for Jawa Pos
 Yudiutomo Imardjoko MSc PhD
Ilmuwan nuklir di Indonesia termasuk langka, apalagi yang reputasinya sampai diakui dunia. Salah satu yang langka itu adalah Ir Yudiutomo Imardjoko MSc PhD, peneliti nuklir yang baru-baru ini menemukan teknik pengayaan uranium tingkat rendah.

AHMAD BAIDHOWI, Jakarta

UNTUK ukuran seorang direktur utama PT Batan Teknologi (BatanTek), ruang kerja Yudiutomo terbilang sederhana. Luasnya hanya sekitar 6 x 5 meter dengan seperangkat meja kursi kerja serta sofa untuk tamu di dekat pintu. Selain itu, ada sebuah lemari setinggi 1,5 meter yang berisi buku-buku dan berkas-berkas penting BUMN di bidang industri teknologi nuklir tersebut.

Tidak ada hiasan atau barang lain yang "mewarnai" kantor yang terletak di Gedung 70 dalam kompleks Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Tangerang Selatan, Banten, tersebut.

Dari luar, Gedung 70 yang menjadi kantor pusat BatanTek kebih mirip sebuah pabrik. Apalagi bagian belakang bangunan difungsikan sebagai bengkel atau workshop.

Yudiutomo, yang oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan disebut sebagai nyawa baru PT BatanTek, memulai obrolan dengan bercerita singkat tentang perjalanan hidupnya. Lahir di Jogjakarta, 15 Maret 1963, Yudi mengaku sudah menyukai ilmu nuklir sejak di SMA Negeri 1 Jogjakarta.

"Saat pelajaran Fisika dijelaskan tentang adanya atom, yang "ukurannya sangat kecil tapi energinya luar biasa besar. Itu memancing keingintahuan saya," kata Yudi kepada Jawa Pos yang menemui di kantornya Rabu (4/7) lalu.

Keingintahuan tersebut mengantarnya masuk ke Fakultas Teknik Nuklir di Universitas Gadjah Mada (UGM). Berkat prestasi akademiknya, setelah meraih gelar sarjana, Yudi langsung diterima sebagai dosen di almamaternya dengan status calon pegawai negeri sipil (CPNS).

Tetapi hanya berselang enam bulan, Yudi harus meninggalkan UGM karena mendapat beasiswa untuk memperdalam ilmu nuklir di Iowa State University pada jenjang S-2 dan S-3. Hebatnya, dia mampu meraih gelar MSc dan PhD dalam waktu enam tahun. Capaian itu mengukuhkan Yudi sebagai orang Indonesia termuda yang berhasil merengkuh gelar doktor di usia 32 tahun pada 1995.

Kehebatan ilmu Yudi di bidang nuklir sudah menonjol sejak menimba ilmu di Negeri Paman Sam. Salah satu buktinya dia pernah "memenangkan" kompetisi pembuatan penampung limbah nuklir di AS. Itu terjadi pada era 1990-an ketika pemerintah AS dipusingkan dengan makin banyaknya limbah nuklir dari 100 lebih pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)-nya. Karena itu, pemerintah AS lalu membuka tender pembuatan penampung limbah nuklir.

Saat itu, ratusan ilmuwan nuklir dari seluruh dunia saling adu kemampuan mendesain panampung limbah nuklir. Yudi tampil dengan desain kontainer limbah nuklir yang membuat banyak ilmuwan nuklir lain tercengang.

Sebelumnya, penanganan limbah nuklir membutuhkan tiga jenis kontainer. Yakni kontainer untuk pengambilan limbah dari reaktor, lalu dipindah ke kontainer menuju tempat penyimpanan, dan terakhir ke kontainer ketiga untuk ditanam di dalam tanah.

"Semakin sering dipindah, risiko bocornya radiasi makin besar. Waktu itu saya merancang multipurpose kontainer. Jadi, mulai dari pengambilan, transportasi, dan penyimpanan limbah cukup dengan satu kontainer," ujarnya. "

Kontainer tersebut dirancang untuk bisa ditanam dengan kedalaman 400-600 meter di bawah tanah dan mampu bertahan hingga 10.000 tahun sampai limbah nuklir bisa terurai secara alami. Rancangan Yudi itu dinilai paling bagus dan aman.

Karena itu, layak masuk dalam lembaran Departemen Energi AS dan memenuhi kualifikasi untuk ikut tender pembuatan kontainer limbah nuklir. "Menurut dosen saya, Prof Daniel Bullen, desain saya dianggap paling bagus dibandingkan karya ilmuwan lain," kata Yudi.

Selain mengajar di Iowa State University, Daniel Bullen juga menjadi staf ahli Presiden Bill Clinton di bidang nuklir sehingga dia bisa menilai berbagai desain kontainer para ilmuwan yang ikut kompetisi. Sayangnya, hingga saat ini, pemerintah AS terus mengulur-ulur tender pembuatan kontainer limbah nuklir tersebut sehingga karya Yudi belum bisa dimanfaatkan meski sudah dipatenkan atas nama dirinya.

"Bagi saya, tidak masalah. Toh, kalau suatu saat Indonesia membangun PLTN, kontainer rancangan saya akan berguna," katanya lantas tersenyum.

Kemampuan otak Yudi membuat Prof Daniel Bullen kepincut dan meminta dirinya untuk ikut mengajar teknik nuklir di Iowa State University. Tawaran gajinya pun menggiurkan, yakni USD 8.000 atau sekitar Rp 16 juta per bulan (kurs saat itu Rp 2.000/USD).

Namun, tawaran itu ditolaknya. Sebab, sejak awal, Yudi memang sudah berniat untuk mengembangkan ilmu nuklir di Indonesia dengan menjadi dosen di Teknik Nuklir UGM. "Status saya saat itu masih CPNS. Gajinya masih Rp 200 ribu per bulan," ujarnya lantas tertawa.

Dia mengaku tidak kecewa menolak tawaran pekerjaan dengan gaji yang besarnya berlipat-lipat itu. Rasa nasionalisme dan jiwa pendidik yang mengalir dalam darahnya lebih dari segalanya. Karena itu, putra almarhum Prof Imam Barnadib-Prof Sutari Barnadib tersebut lebih senang pulang ke Indonesia dan mengabdikan ilmunya di almamater. Selain mengajar,Yudi menjadi direktur Pusat Studi Energi UGM dan menjadi konsultan berbagai perusahaan energi.

Setelah 25 tahun mengajar, Yudi mencoba tantangan baru. Dia menjadi konsultan energi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang berkantor di New York, AS. Namun, garis hidup seperti menuntunnya untuk kembali ke Indonesia. Baru 5 bulan menjadi konsultan PBB, Yudi mendapat informasi adanya lowongan posisi direksi di PT BatanTek, sebuah BUMN yang bergerak di bidang nuklir. Hatinya pun tergerak untuk menyumbangkan tenaga dan ilmunya di tanah air.

Dia pun harus merelakan gaji USD 11.000 per bulan (sekitar Rp 100 juta) dan berbagai fasilitas mewah sebagai konsultan PBB. "Saya kemudian kirim CV (curriculum vitae), ikut fit and proper test, dan alhamdulillah diterima," katanya lantas tersenyum.

Suami dari Dr Diatri Nari Ratih itu akhirnya diangkat sebagai direktur utama PT BatanTek pada 26 Juli 2011. Meski menjadi orang nomor satu, Yudi tidak bisa berleha-leha di kursi Dirut. Sebab, saat itu, BatanTek terancam gulung tikar karena sejak 2010 Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) melarang pengayaan uranium tingkat tinggi untuk produksi radioisotop.

Padahal, selama ini bisnis utama BatanTek memproduksi radioisotop untuk kebutuhan kedokteran. Dalam dunia medis modern, radioisotop sangat diperlukan karena bisa menghasilkan diagnosis dengan tingkat presisi tinggi.

Sebelumnya, seorang tenaga ahli dari AS gagal memberikan solusi bagi BatanTek. Akibatnya, klien-klien rumah sakit (RS) yang selama ini menjadi pelanggan BatanTek mulai mencari pasokan radioisotop ke produsen lain. Dalam kondisi seperti itu, Yudi kemudian mengajak Dr Kusnanto, sahabatnya saat menimba ilmu di UGM, untuk bergabung sebagai direktur produksi BatanTek. Keduanya lantas bersepakat untuk berjuang bersama "sehidup semati".

Bahkan, untuk menghemat biaya, mereka memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah untuk ditinggali berdua. Anak dan istri masing-masing ditinggal di Jogjakarta. Dengan tinggal serumah, mereka bisa membahas masalah kantor hingga tidak mengenal waktu.

Kini usaha yang tidak kenal lelah dua ilmuwan nuklir itu membuahkan hasil konkret. Mereka berhasil menemukan teknik baru pengayaan uranium tingkat rendah untuk memproduksi radioisotop. Oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan, teknik yang belum dikenal di dunia ilmu nuklir ini kemudian dinamai "Formula YK" yang berasal dari gabungan nama Yudiutomo-Kusnanto.

Temuan teknik baru itu pun mulai dipraktikkan. Mulai November 2011, BatanTek kembali bisa memproduksi radioisotop. Klien-klien BatanTek yang sebelumnya pindah ke produsen lain balik lagi ke BatanTek. Di antaranya 11 rumah sakit di Indonesia. Juga pembeli dari luar negeri seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, Jepang, Bangladesh. Agustus nanti, BatanTek mulai mengirim radioisotop ke Tiongkok.

Hingga saat ini hanya ada delapan negara yang memproduksi radioisotop untuk keperluan medis. Di antaranya Indonesia, Kanada, Australia, Belgia, Belanda, dan Hongaria. Kebutuhan radioisotop di dunia mencapai 12.000 curie per minggu. Kebutuhan itu tumbuh 10 persen per tahun. Artinya, saat ini dibutuhkan reaktor berkapasitas lima kali lipat atau 60.000 curie untuk bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

"Menurut cerita Yudi, dalam pertemuan produsen radioisotop sedunia di Italia dua pekan lalu, produsen asal Kanada menyatakan bahwa mereka akan menghentikan produksi radioisotop karena usia reaktor nuklirnya sudah lebih dari 50 tahun. Mereka sebenarnya sudah membangun reaktor baru, namun dibatalkan oleh pemerintah karena ada kesalahan teknis.

"Padahal, saat ini Kanada memasok 40 persen kebutuhan radioisotop dunia. Kalau mereka berhenti, terbuka peluang sangat besar bagi BatanTek untuk mengambil pelanggan-pelanggan mereka, khususnya di kawasan Asia atau negara yang masih bisa kita jangkau," jelasnya.

Karena itu, meski kini sudah menguasai sebagian besar pasar Asia, BatanTek siap membidik pasar yang jauh lebih besar. Yudi pun menyusun rencana pembangunan reaktor baru dengan kapasitas sampai 22.000 curie per minggu. Saat ini BatanTek baru mampu memproduksi radioisotop 1.600 curie per minggu.

Dengan teknologi terbaru yang lebih efisien, dibutuhkan dana investasi sekitar Rp 1,6 triliun untuk membuat reaktor dengan kapasitas 22.000 curie per minggu. Jika reaktor baru bisa berproduksi, omzet BatanTek yang saat ini sekitar Rp 3 miliar per minggu bisa meningkat hingga Rp 44 miliar per minggu atau sekitar Rp 2,2 triliun per tahun.

"Hitungan kami, 3 tahun sudah BEP (break even point atau balik modal, Red), padahal umur reaktornya bisa sampai 50 tahun," ujarnya mantap.

Menurut Yudi, hal itu bisa dicapai dalam hitungan beberapa tahun lagi. Dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, dia optimistis BatanTek mampu menjadi pemain besar di Asia, bahkan dunia. (*/ari)


  JPNN  

[Foto] Fasilitas Nuklir Indonesia

Peninjau melihat kolam reaktor riset nuklir di reaktor serba guna G.A. Siwabessy milik Badan Tenaga Atom (BATAN), Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/4). Kawasan Nuklir Serpong merupakan kawasan pusat Litbangyasa iptek nuklir yang dibangun dengan tujuan untuk mendukung usaha pengembangan industri nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia. (ANTARA/ BNPT/RN)
 
 


  Antara