Bangun PLTN Butuh Minimal 5 Tahun

Peninjau melihat kolam reaktor riset nuklir di reaktor serbaguna G.A. Siwabessy milik Badan Tenaga Atom (BATAN), Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/4). Kawasan Nuklir Serpong merupakan kawasan pusat Litbangyasa iptek nuklir yang dibangun dengan tujuan untuk mendukung usaha pengembangan industri nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia. Foto: Investor Daily/ ANTARA/ BNPT/RN/ed/nz/13
Peninjauan di BATAN
BANDUNG - Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Prof Dr Djarot S Wisnubroto menilai waktu ideal yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir berkisar lima sampai 10 tahun.

"Untuk membangun PLTN, dari mulai awal sampai akhir itu antara lima sampai 10 tahun," kata Djarot, Kamis (5/9), terkait rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bangka pada 2013.

Batan sebagai lembaga yang melakukan kajian tentang energi nuklir, tinggal menunggu izin dari pemerintah untuk membantu eksekusinya. "Kalau mau cepat lima tahun, itupun bila tahun ini akhirnya diputuskan," ungkap Djarot dalam gladi lapang nasional penanggulangan kecelakaan transportasi sumber radioaktif di Lapangan Gasibu, Kota Bandung.

Hal tersebut juga mengacu pada UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional itu harus sudah meregulasi antara 2015-2019.

Djarot mengungkapkan bahwa tahun ini merupakan tahun ketiga Batan melakukan studi kelayakan di pulau Bangka. "Jadi tahun ini tahun ketiga kita melakukan studi kelayakan di Bangka, mestinya awal tahun depan kita sudah sampai ke pusat," kata dia.

Pemilihan tempat studi kelayakan tersebut didasari karena Bangka merupakan daerah yang stabil dan minim terjadinya gempa kecil. "Karena Bangka itu daerah yang stabil, kemungkinan terjadinya gempa kecil," katanya.

Selain itu, pemilihan pulau Bangka juga tidak jauh dari Sumatera dan Jawa yang membutuhkan energi listrik terbesar di Indonesia. "Tidak jauh dari pulau Jawa dan Sumatera, karena kebutuhan energi listrik paling besar itu di pulau Jawa," kata Djarot. (ID/tk/ant)


  ● Investor  

0 komentar:

Posting Komentar