Proyek Pembangkit Listrik Terbesar ASEAN di Jateng Rp 40 T Dikebut
Jakarta - Proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah dengan nilai US$ 4 miliar atau sekitar Rp 40 triliun akan mulai dibangun dalam waktu dekat. Proyek akan dimulai pada lahan-lahan yang sudah dibebaskan.
Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan, proses pembebasan lahan belum selesai secara keseluruhan. Sehingga langkah yang diambil adalah dengan memulai pembangunan pada lahan yang sudah tersedia.
"Kalau persiapan diharapkan segera. Bahkan untuk tanah yang telah dibebaskan sudah mulai dikerjakan dalam waktu dekat di samping sertifikasi tanah yang akan difinalisasi," ujar Mahendra usai pertemuan dengan CEO Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Hiroshi Watanabe di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Mahendra mengatakan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah sepakat untuk terus mendorong proyek ini. Diketahui PLTU Batang memiliki kapasitas 2x1.000 megawatt (MW) dengan luas lahan 192 hektar. Ini adalah salah satu pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara.
"Dukungan pemerintah pusat dan pemda itu kuat sekali karena menyadari arti strategis dari proyek tadi yang terutama tentu juga untuk penyediaan pasokan listrik yang dihasilkan karena memang besar dan juga kesempatan kerja pertumbuhan ekonomi yang diharapkan pada wilayah dan lingkungan di sana," jelas Mahendra.
Pada kesempatan yang sama, Watanabe menjelaskan, informasi terkait PLTU Batang sudah diterima. Watanabe mengaku akan terus berupaya untuk mendorong percepatan proyek tersebut.
"PLTU Batang sudah dijelaskan dan akan dilakukan segera. kami mendapat informasi yang sama. Memang kami memperhatikan itu molor dari jadwal yang ditentukan dan kami terus mendorong untuk lebih cepat lagi. Kami akan mengikuti governance yang akan dibawa oleh Indonesia," ujar Watanabe.
PLTU Batang menjadi pembahasan antara Mahendra dan Watanabe, karena anggaran proyek PLTU Batang hampir keseluruhan dari JBIC. Selain itu pembahasan juga dilakukan untuk proyeksi kerjasama ke depan.(mkl/dnl)
Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan, proses pembebasan lahan belum selesai secara keseluruhan. Sehingga langkah yang diambil adalah dengan memulai pembangunan pada lahan yang sudah tersedia.
"Kalau persiapan diharapkan segera. Bahkan untuk tanah yang telah dibebaskan sudah mulai dikerjakan dalam waktu dekat di samping sertifikasi tanah yang akan difinalisasi," ujar Mahendra usai pertemuan dengan CEO Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Hiroshi Watanabe di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Mahendra mengatakan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah sepakat untuk terus mendorong proyek ini. Diketahui PLTU Batang memiliki kapasitas 2x1.000 megawatt (MW) dengan luas lahan 192 hektar. Ini adalah salah satu pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara.
"Dukungan pemerintah pusat dan pemda itu kuat sekali karena menyadari arti strategis dari proyek tadi yang terutama tentu juga untuk penyediaan pasokan listrik yang dihasilkan karena memang besar dan juga kesempatan kerja pertumbuhan ekonomi yang diharapkan pada wilayah dan lingkungan di sana," jelas Mahendra.
Pada kesempatan yang sama, Watanabe menjelaskan, informasi terkait PLTU Batang sudah diterima. Watanabe mengaku akan terus berupaya untuk mendorong percepatan proyek tersebut.
"PLTU Batang sudah dijelaskan dan akan dilakukan segera. kami mendapat informasi yang sama. Memang kami memperhatikan itu molor dari jadwal yang ditentukan dan kami terus mendorong untuk lebih cepat lagi. Kami akan mengikuti governance yang akan dibawa oleh Indonesia," ujar Watanabe.
PLTU Batang menjadi pembahasan antara Mahendra dan Watanabe, karena anggaran proyek PLTU Batang hampir keseluruhan dari JBIC. Selain itu pembahasan juga dilakukan untuk proyeksi kerjasama ke depan.(mkl/dnl)
0 komentar:
Posting Komentar