Indonesia-Cina Sepakat Pererat Kerjasama Ekonomi

https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTGW9dQCVAWuLh3tMUxjKbN1dYFRAoUuxMOFiqXstrFF3DR6NngjQJakarta -Indonesia dan Cina sepakat untuk melakukan kerja sama bilateral di bidang ekonomi dalam hal pengembangan kawasan industri dan pembangunan pabrik di Kalimantan dan Sulawesi.

Menteri Perindustrian, Mohamad Suleman Hidayat, mengatakan selama KTT G-20 di Rusia pekan lalu, Indonesia dan Cina melakukan pembicaraan untuk memfinalkan perjanjian ekonomi tersebut.

"Membicarakan perjanjian kerja sama kedua negara untuk membangun kawasan industri Timur, khususnya di Kalimantan dan Sulawesi dan daerah yang mendekati sumber mineral," katanya di Gedung DPR, Senin, 9 September 2013. Hidayat mengatakan kerja sama pengembangan industri dan pembangunan pabrik merupakan kerja sama di sektor mineral senilai US$20 miliar.

Menurut Hidayat, di masing-masing lokasi kawasan industri, nilai kerja sama mencapai US$2 miliar. Nantinya 10 BUMN lokal akan terlibat dalam kerja sama pengembangan industri dan investasi dengan perusahaan-perusahaan Cina tersebut. Kerja sama akan dilegalkan dalam bentuk penandatanganan joint agreement antara pemerintah Cina dan Indonesia pada 2 Oktober mendatang.  "Pada 2 Oktober nanti presiden Cina akan mengunjungi Jakarta dan menandatangai perjanjian G to G," katanya.

Selain kerja sama di sektor mineral, Indonesia dan Cina akan menjalin kerja sama di sektor perdagangan, manufaktur, dan infrastruktur. Tapi kerja sama untuk sektor-sektor tersebut belum memiliki nilai investasi. Hidayat menyambut baik perluasan kerja sama di beberapa sektor tersebut karena Cina selama ini lebih fokus pada sektor minyak dan gas. "Selama ini industri hanya masuk minyak dan gas, sekarang mau manufaktur dan infrastruktur. Ini baik tentunya," kata Hidayat.

Sebelumnya, Indonesia dan Cina akan mengadakan kerja sama ekonomi di sektor tambang berupa investasi mineral senilai US$1,6 miliar di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Indonesia dan Cina juga memiliki komitmen kerja sama di sektor pupuk dan petrokimia di Teluk Bintuni, Papua.


  Tempo 

0 komentar:

Posting Komentar