Pemerintah dukung game lokal jadi pemain dunia
Jakarta • Pemerintah mendukung industri game lokal menjadi raja di dalam dan luar negeri.
"Kita akan membangkitkan pelan-pelan industri game lokal untuk diikutsertakan ke festival-festival internasional," kata Kasubdit Karya Kreatif Periklanan Direktorat Ekonomi Kreatif Berbasis Media Kemenparekraf Dadang Djatmika dalam seminar Game Indonesia Bersinergi di Jakarta, Selasa.
Dia mengungkapkan, tahun lalu pemerintah telah membawa beberapa developer ke Tokyo Game Show dan London International Animation Festival (LIAF).
Kemenparekraf juga tengah menjalin kerjasama dengan beberapa negara pembuat game terkenal seperti Korea Selatan, Jepang, dan Inggris.
Menurut Dadang, kerjasama ini telah berbuah datangnya beberapa praktisi internasional untuk berbagi pengalaman mengembangkan game.
Dia menekankan, pengembangan industri game lokal amat penting karena game bukan semata permainan namun juga edukasi dan sumber penghasilan.
"Kita harus mencontoh China, Jepang dan Amerika... Tahun ini kita coba realisasikan Pekan Animasi dulu yang tentu akan melibatkan para pelaku industri game lokal," demikian Dadang.
AGI ajak pelaku industri game bekerjasama
Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) Andi Suryanto mengajak pelaku industri game lokal bersinergi untuk kemajuan bersama.
"Industri game di Indonesia sudah jalan. Artinya ada developer, publisher, talent, payment, dan EO, tapi masih sendiri-sendiri," ujar Andi dalam diskusi Game Indonesia Bersinergi di Jakarta, Selasa.
Dia berharap AGI menjadi wadah untuk saling bantu mengembangkan industri game Indonesia ke level lebih tinggi lagi.
Andi menginginkan game Indonesia bukan hanya raja di negeri sendiri, tapi juga merambah dunia. Namun, seluruh pelaku industri mesti bersinergi terlebih dahulu.
Andi menjelaskan, dengan bersama-sama, industri game akan lebih kuat sehingga bisa mengatasi masalah apapun, termasuk soal developer lokal yang kerap tidak dihargai publisher.
AGI baru terbentuk satu bulan lalu, dan hanya berangotakan lima perusahaan yaitu Lyto, Megasus, Agate, Logika Interaktif, dan Gudang Voucher.
Andi yang juga Presiden Lyto berharap semua pelaku industri game lokal ikut menjadi anggota asosiasi ini.
Namun beberapa developer lokal malah mengkritik AGI.
"Niatnya bagus, tapi caranya salah, mereka secara sepihak bikin asosiasi tanpa membicarakan terlebih dulu dengan para developer," ujar Panji Prakoso, selaku CEO Tinker, Bandung.
Ivan Chen dari developer Anantarupa pun mengeluhkan hal sama, bahkan kaget terhadap hadirnya AGI.
Dia menagku ingin mengamati terlebih dahulu sepak terjang AGI sebelum memutuskan bergabung.
● Antara
"Kita akan membangkitkan pelan-pelan industri game lokal untuk diikutsertakan ke festival-festival internasional," kata Kasubdit Karya Kreatif Periklanan Direktorat Ekonomi Kreatif Berbasis Media Kemenparekraf Dadang Djatmika dalam seminar Game Indonesia Bersinergi di Jakarta, Selasa.
Dia mengungkapkan, tahun lalu pemerintah telah membawa beberapa developer ke Tokyo Game Show dan London International Animation Festival (LIAF).
Kemenparekraf juga tengah menjalin kerjasama dengan beberapa negara pembuat game terkenal seperti Korea Selatan, Jepang, dan Inggris.
Menurut Dadang, kerjasama ini telah berbuah datangnya beberapa praktisi internasional untuk berbagi pengalaman mengembangkan game.
Dia menekankan, pengembangan industri game lokal amat penting karena game bukan semata permainan namun juga edukasi dan sumber penghasilan.
"Kita harus mencontoh China, Jepang dan Amerika... Tahun ini kita coba realisasikan Pekan Animasi dulu yang tentu akan melibatkan para pelaku industri game lokal," demikian Dadang.
AGI ajak pelaku industri game bekerjasama
Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) Andi Suryanto mengajak pelaku industri game lokal bersinergi untuk kemajuan bersama.
"Industri game di Indonesia sudah jalan. Artinya ada developer, publisher, talent, payment, dan EO, tapi masih sendiri-sendiri," ujar Andi dalam diskusi Game Indonesia Bersinergi di Jakarta, Selasa.
Dia berharap AGI menjadi wadah untuk saling bantu mengembangkan industri game Indonesia ke level lebih tinggi lagi.
Andi menginginkan game Indonesia bukan hanya raja di negeri sendiri, tapi juga merambah dunia. Namun, seluruh pelaku industri mesti bersinergi terlebih dahulu.
Andi menjelaskan, dengan bersama-sama, industri game akan lebih kuat sehingga bisa mengatasi masalah apapun, termasuk soal developer lokal yang kerap tidak dihargai publisher.
AGI baru terbentuk satu bulan lalu, dan hanya berangotakan lima perusahaan yaitu Lyto, Megasus, Agate, Logika Interaktif, dan Gudang Voucher.
Andi yang juga Presiden Lyto berharap semua pelaku industri game lokal ikut menjadi anggota asosiasi ini.
Namun beberapa developer lokal malah mengkritik AGI.
"Niatnya bagus, tapi caranya salah, mereka secara sepihak bikin asosiasi tanpa membicarakan terlebih dulu dengan para developer," ujar Panji Prakoso, selaku CEO Tinker, Bandung.
Ivan Chen dari developer Anantarupa pun mengeluhkan hal sama, bahkan kaget terhadap hadirnya AGI.
Dia menagku ingin mengamati terlebih dahulu sepak terjang AGI sebelum memutuskan bergabung.
● Antara
0 komentar:
Posting Komentar