Peneliti AS dan RI Cari Cara Agar Belajar Matematika Menyenangkan

 Riset ini didukung hibah dari USAID dengan nilai sekitar Rp 14,5 miliar 

Jakarta Bagi sebagian murid Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia, muncul anggapan bahwa mata pelajaran sains dan matematika adalah momok yang menakutkan. Dari momok itulah tim peneliti dari sebuah universitas di Indonesia, beserta dengan peneliti di AS, berupaya menemukan metode belajar yang menyenangkan bagi pelajaran tersebut.

Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama dengan Universitas Columbia AS membuka penelitian untuk menemukan inovasi metode pembelajaran ilmu sains, teknik, teknologi, dan matematika. Kerjasama ini diwujudkan melalui pemberian dana hibah oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (AS) untuk mendukung lima bidang penelitian baru di Indonesia. Salah satunya adalah inovasi pengajaran sains dan matematika.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB, Sri Nurdiati, yang hadir dalam pemberian hibah oleh USAID di gedung Pendidikan Tinggi, Kemdiknas, Jakarta Selatan. Sri pun mengakui bahwa minat siswa di Indonesia terhadap pelajaran sains dan matematika masih rendah.

"Itu disebabkan karena mereka merasa takut terhadap pelajaran itu, karena terkesan sulit. Padahal di satu sisi matematika dan sains berperan penting dalam pembangunan ekonomi global," ungkapnya yang ditemui usai pertemuan dengan pihak USAID, Senin 18 Maret 2013.

Demi mendapat perbandingan, Sri dan beberapa rekan pengajar lainnya dari IPB kemudian berkunjung ke beberapa sekolah di New York, AS. Di sana, dia melihat tingginya antusiasme siswa mempelajari sains dan matematika. Hal yang jarang ditemui di sekolah-sekolah di Indonesia.

"Di sana (sekolah di AS), guru hanya dijadikan fasilitator semata. Siswalah yang diharuskan untuk lebih banyak berpartisipasi. Metode itu mirip seperti student learning center lah," katanya.

Ketika ditanya mengapa siswa di AS lebih memiliki antusiasme yang tinggi ketimbang siswa di Indonesia, Sri menduga hal tersebut karena kebanyakan guru hanya mengajarkan kepada siswanya untuk mengejar nilai tinggi demi lolos Ujian Akhir Nasional (UAN).

"Mereka jarang sekali mengajarkan untuk mencintai pelajaran sains atau matematika," tutur Sri prihatin.

Berbekal dengan dana hibah senilai US$ 1,5 juta atau sekitar Rp 14,5 miliar, Sri dibantu rekan pengajar lain dari IPB serta Universitas Columbia akan membuat sebuah metode supaya siswa menyenangi mata pelajaran sains dan matematika.

"Metodenya nanti kurang lebih akan seperti yang diterapkan di sekolah-sekolah di AS yang menggunakan student learning center," katanya.

Sekolah Percontohan

Proyek ini sendiri akan diujicobakan di dua SMA yang ada di Pulau Jawa. Salah satunya adalah SMA 13 Jakarta Utara dan akan berlangsung selama tiga tahun.

Menurut Sri, hasil dari penelitian ini akan dipublikasikan untuk diketahui publik supaya sekolah lainnya di Indonesia dapat menggunakan metode serupa, sehingga lebih banyak siswa yang menyukai pelajaran sains dan matematika.

"Saya berharap metode ini dapat digunakan di sekolah lainnya di Indonesia walaupun masih perlu penyesuaian pada modelnya," ujar Sri.


   • Vivanews  
Bendera Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar