Indonesia Kembangkan Sendiri Alat Nanoteknologi

Indonesia Kembangkan Sendiri Alat Nanoteknologi
Peneliti Nanoteknologi Bidang Farmasi Kosmetik BPPT, Dr Etik Mardlyiati, M.Eng.
Serpong - Negara-negara maju dan berkembang berlomba-lomba melakukan penelitian dan investasi di bidang nanoteknologi untuk bersaing dalam industri. Langkah tersebut juga didorong sifat kerahasiaan instrumen nanoteknologi.

Syahrul Aiman, Deputi Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, mengatakan instrumen nanoteknologi merupakan rahasia, oleh karena itu penting untuk mengembangkan sendiri. "Memang tidak seperti peralatan laboratorium lain yang kita beli, untuk peralatan membuat material nano orang keep secret, di sini kompetisinya," ujarnya di sela International Workshop on Nanotechnology (IWON) di Kawasan Puspiptek Serpong, Rabu, 2 Oktober 2013.

Menurut Syahrul, beberapa alat nanoteknologi sudah dibuat sendiri oleh peneliti nano Indonesia dan bahkan dijual ke Malaysia dan negara lain. Alat untuk membuat partikel menjadi ukuran nano itu dibuat lima tahun terakhir.

Peneliti nanoteknologi dari Pusat Penelitian Metalurgi LIPI yang juga Ketua Masyarakat Nano Indonesia, Nurul Taufiqu Rochman, mengatakan alat yang diproduksi itu adalah alat untuk mempercepat proses membuat nanopartikel, sehingga dapat dihasilkan dalam dua-tiga jam dan tidak perlu menunggu waktu berminggu-minggu. "Kita sudah bandingkan dengan Eropa dan sempat diekspor. Sekarang ada kerja sama kirim ke negara Afrika dan Arab, termasuk ke Jepang," ujarnya.

Menurutnya alat itu bisa digunakan untuk menghasilkan beberapa produk, di antaranya mengolah pasir besi menjadi pigmen cat. Saat ini 95 persen bahan baku cat diimpor dari negara lain. Terakhir, tambah Nurul, ini alat itu digunakan pihak farmasi untuk membuat obat kanker, karena pasien terus meminta obat tersebut.

Menurut Syahrul, agak sulit untuk mengatakan negara tertentu yang paling maju dalam nanoteknologi, karena masing-masing negara punya fokus sendiri. Dia mencontohkan, di negara Eropa struktur material lebih maju, sementara di negara maju Asia, seperti di Korea Selatan dan Jepang, nanomaterial untuk keperluan sehari-hari seperti komputer lebih maju. "Kita kepentingannya bagaimana mengolah hasil alam yang sifatnya biasa-biasa saja supaya bisa dimanfaatkan," ujarnya.


  Tempo  

0 komentar:

Posting Komentar