Penjualan Produk 'Made In' Indonesia Tembus Rp 600 Triliun

Peserta unjuk rasa membawa sticker ajakan membeli produk Indonesia di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Kamis (1/3). (Republika/Wihdan Hidayat)JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengaku berupaya menjaga pasar dalam negeri karena perdagangan di dalam negeri mampu memperkuat kesatuan Indonesia. Bayu mengatakan, masyarakat Indonesia seperti perajin, produsen makanan, makanan olahan, hingga pelaku usaha restoran menghasilkan produk-produk yang dijual di dalam negeri. Nilai transaksi produk dalam negeri pada Bulan Agustus 2013 bahkan menembus Rp 600 triliun.

“Pada bulan yang sama, Indonesia bahkan berhasil mengekspor produk-produk ke seluruh dunia senilai Rp 150 triliun,” katanya saat membuka acara pemaran produk dalam negeri (PPDN) 2013 di Lapangan Timur GBK Senayan di Jakarta, Kamis (3/10).

Ekspor yang dilakukan selama bulan tersebut juga telah memberikan kesempatan kerja kepada 10 juta orang dan 3 juta orang diantaranya merupakan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). “Sehingga kalau ekspornya terganggu membuat memberikan dampak yang berat untuk bangsa. Termasuk dampak ke kesempatan kerja 10 juta orang itu,” ujarnya.

Faktor-faktor tersebut yang membuat pihaknya sungguh-sungguh berupaya menjaga pasar dalam negeri. Lebih dari sekedar memperkuat pasar dalam negeri, kata Bayu, perdagangan dalam negeri juga memperkuat persatuan Indonesia. “Yang kami harapkan dari perdagangan antar daerah ini, kalau bisa makanan gudeg asal Yogyakarta bisa jadi makanan favorit di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Kalau orang Mataram menyukai gudeg itu adalah hal yang baru,” tuturnya.

Tidak hanya sektor kuliner, pihaknya juga sedang mendorong pangan olahan, fesyen, garmen, tas, perhiasan, alas kaki, alat rumah tangga, furnitur, kosmetik, dan jamu. Isu  untuk menjaga pasar dalam negeri juga dibawa oleh pihaknya ke forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang saat ini sedang berlangsung.  “Posisi Indonesia sebagai tuan rumah APEC  punya arti penting karena negara anggota APEC merupakan pasar besar bagi Indonesia,” tuturnya.

Dia menyebutkan, nilai ekspor Indonesia ke negara anggota APEC memiliki potensi bagus. Ekspor produk-produk Indonesia ke negara-negara anggota APEC pada Agustus 2013 senilai Rp 90 triliun.  Namun di satu sisi, dia menambahkan, Indonesia menghadapi ketidakpastian kondisi Amerika Serikat (AS), Cina yang sedang menurun.


  Republika  

0 komentar:

Posting Komentar