Investasi yang Diraup Indonesia dari APEC
Nusa Dua - Tak hanya pertemuan antar-kepala negara, KTT APEC di Bali juga jadi ajang perundingan kerja sama bagi para pengusaha. Maklum, dalam rangkaian KTT kali ini, digelar juga CEO Summit yang mempertemukan 1.200 bos dari perusahaan-perusahaan besar sekawasan Asia Pasifik.
Dalam kesempatan ini, Indonesia sebagai tuan rumah pun berhasil mendapatkan investasi besar di beberapa sektor. Di antaranya adalah pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Investasi yang merupakan hasil kerja sama PT Pacific Geo Energy dengan perusahaan asal Amerika Serikat Ormat Technologie ini bernilai US$ 250 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun.
Menteri Perdagangan AS Penny Pritzker yang menyaksikan perjanjian itu di Hotel Nikko, Nusa Dua, siang tadi mengatakan, "Kedua perusahaan akan bekerja dalam sebuah proyek pembangkit dengan kapasitas 60 megawatt di Sumbawa."
Pritzker mengatakan, proyek pembangunan pembangkit menggunakan teknologi tinggi dan ramah lingkungan. Ini sesuai dengan keinginan kedua negara untuk terus berupaya menurunkan emisi karbon. "Proyek ini akan mengurangi emisi sebesar setengah juta kali setiap tahunnya," katanya.
Selain itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa ada 21 perusahaan asal Cina yang siap menggelontorkan investasi senilai US$ 28,2 juta untuk berbagai proyek di Tanah air. "Sudah ada nota kesepahaman, mereka ingin mengadakan joint venture, dengan perusahaan sini," ujarnya.
Di sektor pengolahan logam, Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto menyatakan bahwa ada seorang konglomerat Rusia berminat menggelontorkan modal sebesar US$ 3 miliar. Konglomerat itu, kata Suryo adalah Oleg Deripaska, Chairman Supervisory Board Basic Element yang merupakan perusahaan aluminium terbesar di dunia.
Suryo menyatakan bahwa pemerintah harus turun tangan untuk menggolkan proyek ini. "Jika tidak ada follow up yang cepat dan tepat, investor hanya sampai pada niat saja," katanya.
Deripaska, kata Suryo, hanya salah satu dari calon investor potensial yang datang ke APEC CEO Summit pekan lau. Limpahan sumber daya alam, pasar yang besar dan terus tumbuh, serta iklim politik serta ekonomi yang relatif stabil menurutnya pasti akan menarik lebih banyak lagi investor ke negeri ini.
Yang penting sekarang, kata Suryo, adalah bagaimana pemerintah membuat iklim usaha yang baik dengan menyediakan infrastruktur yang layak, kepastian hukum, dan penyederhanaan birokrasi. "Ini semua harus dilakukan, jangan sampai APEC Summit ini hanya ajang kongko-kongko tanpa hasil," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Indonesia sebagai tuan rumah pun berhasil mendapatkan investasi besar di beberapa sektor. Di antaranya adalah pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Investasi yang merupakan hasil kerja sama PT Pacific Geo Energy dengan perusahaan asal Amerika Serikat Ormat Technologie ini bernilai US$ 250 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun.
Menteri Perdagangan AS Penny Pritzker yang menyaksikan perjanjian itu di Hotel Nikko, Nusa Dua, siang tadi mengatakan, "Kedua perusahaan akan bekerja dalam sebuah proyek pembangkit dengan kapasitas 60 megawatt di Sumbawa."
Pritzker mengatakan, proyek pembangunan pembangkit menggunakan teknologi tinggi dan ramah lingkungan. Ini sesuai dengan keinginan kedua negara untuk terus berupaya menurunkan emisi karbon. "Proyek ini akan mengurangi emisi sebesar setengah juta kali setiap tahunnya," katanya.
Selain itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa ada 21 perusahaan asal Cina yang siap menggelontorkan investasi senilai US$ 28,2 juta untuk berbagai proyek di Tanah air. "Sudah ada nota kesepahaman, mereka ingin mengadakan joint venture, dengan perusahaan sini," ujarnya.
Di sektor pengolahan logam, Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto menyatakan bahwa ada seorang konglomerat Rusia berminat menggelontorkan modal sebesar US$ 3 miliar. Konglomerat itu, kata Suryo adalah Oleg Deripaska, Chairman Supervisory Board Basic Element yang merupakan perusahaan aluminium terbesar di dunia.
Suryo menyatakan bahwa pemerintah harus turun tangan untuk menggolkan proyek ini. "Jika tidak ada follow up yang cepat dan tepat, investor hanya sampai pada niat saja," katanya.
Deripaska, kata Suryo, hanya salah satu dari calon investor potensial yang datang ke APEC CEO Summit pekan lau. Limpahan sumber daya alam, pasar yang besar dan terus tumbuh, serta iklim politik serta ekonomi yang relatif stabil menurutnya pasti akan menarik lebih banyak lagi investor ke negeri ini.
Yang penting sekarang, kata Suryo, adalah bagaimana pemerintah membuat iklim usaha yang baik dengan menyediakan infrastruktur yang layak, kepastian hukum, dan penyederhanaan birokrasi. "Ini semua harus dilakukan, jangan sampai APEC Summit ini hanya ajang kongko-kongko tanpa hasil," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar