5 Tahun Ngebor Migas RI, 8 Perusahaan Asing Ini Tak Dapat Apa-apa
Jakarta - Sejak 2009 hingga 2013 sebanyak 12 perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asing mencari Migas di bumi Indonesia, namun setelah 5 tahun ngebor namun tidak membuahkan hasil.
Dan ini perusahaan-perusahaan yang gagal dapat minyak bahkan akan hengkang dari Indonesia setelah mengeluarkan duit miliaran rupiah.
Total selama 5 tahun ini ada sekitar 11 perusahaan minyak yang gagal mendapatkan Migas walau sudah menghabiskan dana total mencapai US$ 1,9 miliar.
1. Marathon Oil
Perusahaan minyak asal Amerika Serikat ini mencari minyak di wilayah Kerja Pasang Kayu dengan melakukan pengeboran 4 sumur.
Namun setelah mengebor sumur Bravo Well dengan menghabiskan US$ 103 juta, Sumur Romei Well dengan habis US$ 23 juta, Sumur Romeo B-1 habis US$ 25 juta, Sumur Romeo C-1 habis US$ 58 juta namun tidak mendapatkan hasil.
Marathon Oil juga berencana mengalihak n2 blok eksplorasi di laut dalam yang dialihkan pengoperasiannya ke Niko Respurces yakni Blok Kumawa dan Blok Bone Bay.
2. Tately
Perusahaan minyak dan gas bumi asal Belanda yang beroperasi diwilayah Budong-Budong dengan dua sumur yakni sumur KD-1 dengan menghabiskan dana US$ 34 juta dan LG-1 sudah habis dana US$ 17 juta, namun sampai saat ini tidak membuahkan hasil.
3. Statoil
Perusahaan migas asal Norwegia ini pun juga merencanakan akan hengkang dari Indonesia setelah gagal menemukan migas di tanah air.
Statoil sudah menghabiskan dana mencapai US$ 174 juta setelah melakukan pengeboran 3 sumur di wilayah kerja Karama namun semua sumur kering.
4. ExxonMobil
ExxonMobil juga mengalami kegagalan untuk mendapatkan migas di dua wilayah kerja yakni Surumana dan mandar dengan melakukan 4 sumur dan sudah menghabiskan dana sekitar US$ 302 juta namun tiga sumur yang dibor isinya kering semua dan satu sumur menghasilkan gas yang tidak ekonomis.
5. ConocoPhillips
Perusahaan minyak dan gas bumi asal Amerika Serikat ini sudah menghabiskan US$ 311 juta setelah melakukan pengeboran di 3 wilayah kerja di Indonesia, namun status sumur-sumurnya kering dan waxy oil (MDT).
6. CNOOC
Perusahaan asal China ini juga berencana cabut dan mengembalikan blok migas yang dieksplorasinya saat ini kepada negara setelah menghabiskan US$ 50 juta di SE Palung Aru di sumur Sindoro-1, namun sumurnya kering.
7. Hess Corporation
Perusahaan minyak asal Amerika Serikat ini sudah mengungkapkan akan hengkang dari Indonesia setelah gagal mendapatkan minyak setelah menghabiskan biaya pengeboran di wilayah kerja Semail IV dengan dua sumur minyak sebesar US$ 223 juta.
8. Niko Resources
Perusahaan minyak asal Italia ini juga menghabiskan dana ratusan juta dolar setelah melakukan pengeboran di 3 wilayah kerja.
Niko sudah melakukan pengeboran di sumur Ajek-1 dengan menghabiskan US$ 37juta namun status sumurnya saat ini sub commercial gas discovery, di sumur Cikar-1 sudah habis US$ 87 juta dengan status sumur temporarily suspended, dan di sumur Pananda-1 sudah menghabiskan US$ 90 juta status sumur sampai saat ini masih terus melakukan pengeboran.
Bos Chevron Bertemu Wapres Boediono Bahas Rencana Investasi
CEO and Chairman Chevron John S Watson melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Boediono pada hari ini. Bos perusahaan minyak asal AS ini menyampaikan rencana investasi Chevron di Indonesia.
"Beliau menyampaikan perkembangan investasi kita di Indonesia dan juga rencana investasi ke depan," ujar Senior VP Policy Goverment and Public Affair PT Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (19/6/2013).
Albert menjelaskan, pertemuan itu hanya bersifat silaturahmi saja dan tidak membahas hal-hal yang spesifik. Bahkan kunjungan itu berlangsung sekitar 15 menit. "Dasarnya silaturahmi saja, beliau terakhir ktm bapak Wapres 2 tahun yang lalu," ucapnya.
Saat ditanya apakah pertemuan itu membahas kasus bioremediasi yang dialami PT Chevron Pacific Indonesia (CPI)? Albert menjawab dengan diplomatis saja. "Waktu sangat singkat kan. selain silaturahmi, bertukar cerita itu singkat juga," kata Albert.
Soal kasus bioremediasi akan dijelaskan pada kesempatan lain oleh pihaknya. "Itu mungkin akan diterangkan lain waktu ya," ujarnya.
John Watson tidak bisa dimintai komentar karena terburu-buru mengejar pesawat untuk segera meninggalkan Indonesia. "Pak Watson sedang mengejar pesawat untuk berangkat sore ini," kata Albert.(fiq/dnl)
Dan ini perusahaan-perusahaan yang gagal dapat minyak bahkan akan hengkang dari Indonesia setelah mengeluarkan duit miliaran rupiah.
Total selama 5 tahun ini ada sekitar 11 perusahaan minyak yang gagal mendapatkan Migas walau sudah menghabiskan dana total mencapai US$ 1,9 miliar.
1. Marathon Oil
Perusahaan minyak asal Amerika Serikat ini mencari minyak di wilayah Kerja Pasang Kayu dengan melakukan pengeboran 4 sumur.
Namun setelah mengebor sumur Bravo Well dengan menghabiskan US$ 103 juta, Sumur Romei Well dengan habis US$ 23 juta, Sumur Romeo B-1 habis US$ 25 juta, Sumur Romeo C-1 habis US$ 58 juta namun tidak mendapatkan hasil.
Marathon Oil juga berencana mengalihak n2 blok eksplorasi di laut dalam yang dialihkan pengoperasiannya ke Niko Respurces yakni Blok Kumawa dan Blok Bone Bay.
2. Tately
Perusahaan minyak dan gas bumi asal Belanda yang beroperasi diwilayah Budong-Budong dengan dua sumur yakni sumur KD-1 dengan menghabiskan dana US$ 34 juta dan LG-1 sudah habis dana US$ 17 juta, namun sampai saat ini tidak membuahkan hasil.
3. Statoil
Perusahaan migas asal Norwegia ini pun juga merencanakan akan hengkang dari Indonesia setelah gagal menemukan migas di tanah air.
Statoil sudah menghabiskan dana mencapai US$ 174 juta setelah melakukan pengeboran 3 sumur di wilayah kerja Karama namun semua sumur kering.
4. ExxonMobil
ExxonMobil juga mengalami kegagalan untuk mendapatkan migas di dua wilayah kerja yakni Surumana dan mandar dengan melakukan 4 sumur dan sudah menghabiskan dana sekitar US$ 302 juta namun tiga sumur yang dibor isinya kering semua dan satu sumur menghasilkan gas yang tidak ekonomis.
5. ConocoPhillips
Perusahaan minyak dan gas bumi asal Amerika Serikat ini sudah menghabiskan US$ 311 juta setelah melakukan pengeboran di 3 wilayah kerja di Indonesia, namun status sumur-sumurnya kering dan waxy oil (MDT).
6. CNOOC
Perusahaan asal China ini juga berencana cabut dan mengembalikan blok migas yang dieksplorasinya saat ini kepada negara setelah menghabiskan US$ 50 juta di SE Palung Aru di sumur Sindoro-1, namun sumurnya kering.
7. Hess Corporation
Perusahaan minyak asal Amerika Serikat ini sudah mengungkapkan akan hengkang dari Indonesia setelah gagal mendapatkan minyak setelah menghabiskan biaya pengeboran di wilayah kerja Semail IV dengan dua sumur minyak sebesar US$ 223 juta.
8. Niko Resources
Perusahaan minyak asal Italia ini juga menghabiskan dana ratusan juta dolar setelah melakukan pengeboran di 3 wilayah kerja.
Niko sudah melakukan pengeboran di sumur Ajek-1 dengan menghabiskan US$ 37juta namun status sumurnya saat ini sub commercial gas discovery, di sumur Cikar-1 sudah habis US$ 87 juta dengan status sumur temporarily suspended, dan di sumur Pananda-1 sudah menghabiskan US$ 90 juta status sumur sampai saat ini masih terus melakukan pengeboran.
Bos Chevron Bertemu Wapres Boediono Bahas Rencana Investasi
CEO and Chairman Chevron John S Watson melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Boediono pada hari ini. Bos perusahaan minyak asal AS ini menyampaikan rencana investasi Chevron di Indonesia.
"Beliau menyampaikan perkembangan investasi kita di Indonesia dan juga rencana investasi ke depan," ujar Senior VP Policy Goverment and Public Affair PT Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (19/6/2013).
Albert menjelaskan, pertemuan itu hanya bersifat silaturahmi saja dan tidak membahas hal-hal yang spesifik. Bahkan kunjungan itu berlangsung sekitar 15 menit. "Dasarnya silaturahmi saja, beliau terakhir ktm bapak Wapres 2 tahun yang lalu," ucapnya.
Saat ditanya apakah pertemuan itu membahas kasus bioremediasi yang dialami PT Chevron Pacific Indonesia (CPI)? Albert menjawab dengan diplomatis saja. "Waktu sangat singkat kan. selain silaturahmi, bertukar cerita itu singkat juga," kata Albert.
Soal kasus bioremediasi akan dijelaskan pada kesempatan lain oleh pihaknya. "Itu mungkin akan diterangkan lain waktu ya," ujarnya.
John Watson tidak bisa dimintai komentar karena terburu-buru mengejar pesawat untuk segera meninggalkan Indonesia. "Pak Watson sedang mengejar pesawat untuk berangkat sore ini," kata Albert.(fiq/dnl)
0 komentar:
Posting Komentar