Supaya Tak Wafat, BUMN Harus Berani Ubah Strategi Bisnis

Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki kisah sukses bangkit dari keterpurukan. Sebut saja PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT PELNI, atau maskapai Garuda Indonesia. Pakar pemasaran Hermawan Kertajaya menyatakan, ketiga perusahaan pelat merah bidang transportasi itu sukses melakukan pengubahan arah bisnis yang dalam istilah marketing disebut rightsizing.

Dia mencontohkan pengalaman sukses Garuda dan KAI yang hampir bangkrut lantaran popularitas jasa penerbangan murah seperti Lion Air. Perubahan arah bisnis kedua BUMN itu merupakan contoh nyata rightsizing.

"Karena low cost airline, Garuda itu kurang dikit terbunuh. Akhirnya diubah jadi full service. Kedua KA, moda transportasi itu hampir terbunuh juga karena maskapai murah. Tapi Jonan (Dirut KAI) ini kan pinter. ada kereta wisata, kargo diperbesar, ngangkut batu bara dgn Bukit Asam," ujar Hermawan seusai diskusi di kantor PT PELNI, Jakarta Pusat, Jumat (19/4).

Menurut pendiri lembaga pemasaran MarkPlus ini, BUMN sering merugi karena memiliki aset besar yang mubazir. Sehingga direksi harus pandai-pandai menentukan akan menyasar ceruk pasar yang mana. Kalau bisa, aset yang kurang produktif dilepas saja.

"Sekarang yang perlu dilakukan BUMN memang rightsizing, menempatkan bisnis sesuai porsinya, jangan terlalu gede. Aset sangat besar kalau tidak produktif malah rugi," cetusnya.

Hermawan memuji langkah PELNI yang mengubah arah bisnis, dari sekadar melayani penumpang antar pulau, kini banting setir mengangkut kargo di pulau-pulau wilayah timur Indonesia. Namun, selain jeli menangkap peluang bisnis baru dari yang selama ini biasa dilakukan, direksi BUMN musti memikirkan branding. Alias memperkokoh merek dagang di mata masyarakat.

Caranya bisa mencontoh langkah KAI yang menawarkan paket kereta wisata. Dia mengingatkan agar PELNI tetap melakukan branding. Semisal KA yang menawarkan kereta wisata. Walaupun untungnya tidak besar tapi membuat branding PELNI lebih eksotik.

Dalam diskusi tadi pagi, direksi PELNI menuturkan kerugian satu dekade terakhir yang membuat perusahaan nombok Rp 2 miliar per hari. Akhirnya, berkat mengubah arah bisnis menjadi fokus pada jasa pengangkutan kargo antar pulau, BUMN pelayaran itu bisa meraup untung mulai 2011 dan mencanangkan target laba Rp 55 miliar tahun ini.(mdk/noe)


  Merdeka  

0 komentar:

Posting Komentar