RI Bakal Jadi Negara Pertama Gunakan Biofuel Untuk Pesawat
Jakarta ♞ Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) di pesawat udara mulai tahun depan. Ini diklaim Menteri Perhubungan EE Mangindaan sebagai yang pertama di dunia.
"Indonesia bisa saja menjadi negara pertama yang menggunakan sumber bahan bakar nabati bagi penerbangan udara dan dengan target bauran 2% di tahun 2016, 3% di tahun 2020, dan 5% di tahun 2025. Insya Allah tentunya. Karena rencana ini baru direkomendasikan oleh badan penerbangan dunia," ungkap Mangindaan saat MoU antara Ditjen Hubud dan Ditjen Energi Baru Terbarukan tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Pada Bandara dan Pesawat Udara Secara Berkelanjutan di Gedung Karsa Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (27/12/2013).
Acara ini jugga dihadiri juga oleh Menteri ESDM Jero Wacil, Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo dan Ketua Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana.
Nantinya diharapkan penggunaan biofuel pada pesawat udara (aviation biofuel) dan energi terbarukan akan dilakukan secara berkelanjutan mulai tahun depan.
Menurut Mangindaan, pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia masih minim, hanya sebesar 5% dari total bauran energi nasional. Saat ini Indonesia memiliki bahan bakar nabati terbesar kedua setelah Brasil. Pemanfaatan bahan bakar nabati nantinya sebagai pengganti bahan bakar minyak berbasis fosil dan mengurangi efek rumah kaca.
"Peristiwa hari ini adalah inisiatif dari dua kementerian yaitu Kemenhub dan ESDM. Inisiatif pemanfaatan bahan bakar nabati adalah lanjutan komitmen untuk strategi global dan nasional. Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% di tahun 2020 dan 41% dalam skala internasional," imbuhnya.
Secara hitung-hitungan, kebutuhan avtur PT Pertamina (Persero) pada tahun 2016 diproyeksi mencapai 4,8 juta kiloliter (KL) dan tahun 2020 sebesar 5,8 juta KL. Sehingga diperlukan bioavtur sebesar 95 ribu KL pada tahun 2016, dan 175 ribu KL pada tahun 2017.
"Ini adalah program inisiatif yang diimplementasikan pada pesawat udara dan energi terbaharukan pada bandara udara sudah ada di dalam strategi kami dan di dalam perspektif penerbangan dunia," cetusnya.(wij/dnl)
"Indonesia bisa saja menjadi negara pertama yang menggunakan sumber bahan bakar nabati bagi penerbangan udara dan dengan target bauran 2% di tahun 2016, 3% di tahun 2020, dan 5% di tahun 2025. Insya Allah tentunya. Karena rencana ini baru direkomendasikan oleh badan penerbangan dunia," ungkap Mangindaan saat MoU antara Ditjen Hubud dan Ditjen Energi Baru Terbarukan tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Pada Bandara dan Pesawat Udara Secara Berkelanjutan di Gedung Karsa Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (27/12/2013).
Acara ini jugga dihadiri juga oleh Menteri ESDM Jero Wacil, Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo dan Ketua Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana.
Nantinya diharapkan penggunaan biofuel pada pesawat udara (aviation biofuel) dan energi terbarukan akan dilakukan secara berkelanjutan mulai tahun depan.
Menurut Mangindaan, pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia masih minim, hanya sebesar 5% dari total bauran energi nasional. Saat ini Indonesia memiliki bahan bakar nabati terbesar kedua setelah Brasil. Pemanfaatan bahan bakar nabati nantinya sebagai pengganti bahan bakar minyak berbasis fosil dan mengurangi efek rumah kaca.
"Peristiwa hari ini adalah inisiatif dari dua kementerian yaitu Kemenhub dan ESDM. Inisiatif pemanfaatan bahan bakar nabati adalah lanjutan komitmen untuk strategi global dan nasional. Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% di tahun 2020 dan 41% dalam skala internasional," imbuhnya.
Secara hitung-hitungan, kebutuhan avtur PT Pertamina (Persero) pada tahun 2016 diproyeksi mencapai 4,8 juta kiloliter (KL) dan tahun 2020 sebesar 5,8 juta KL. Sehingga diperlukan bioavtur sebesar 95 ribu KL pada tahun 2016, dan 175 ribu KL pada tahun 2017.
"Ini adalah program inisiatif yang diimplementasikan pada pesawat udara dan energi terbaharukan pada bandara udara sudah ada di dalam strategi kami dan di dalam perspektif penerbangan dunia," cetusnya.(wij/dnl)
0 komentar:
Posting Komentar