Dahlan beberkan kekalahan Pertamina dari Petronas
Jakarta ♞ Untuk kesekian kalinya, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengakui kekalahan Pertamina dari perusahaan migas asal Malaysia, Petronas. Perbedaan sistem kepemilikan aset membuat Pertamina harus mengakui kelebihan Petronas.
Petronas memiliki seluruh aset cadangan minyak di Malaysia. Sedangkan cadangan minyak di Indonesia tidak dikelola Pertamina, melainkan SKK Migas.
"Seluruh kekayaan di Malaysia masuk di Petronas. Kalau di Indonesia kan ladang-ladang minyak masuk masing-masing perusahaan. Yang milik Bakrie masuk Bakrie, yang milik Medco masuk Medco, yang milik BP masuk BP," ujar Dahlan saat menjadi pembicara seminar Wirausaha Muda, motor penggerak ekonomi bangsa di ESQ Business School, Menara 165, Jakarta, Selasa (10/12).
Sesungguhnya, kata Dahlan, Pertamina tidak bisa dibandingkan Petronas. Sebab, aset milik Petronas termasuk seluruh aset-aset cadangan minyak di Malaysia. Sedangkan Pertamina tidak demikian. Asetnya hanya yang masuk dalam buku Pertamina.
"Ini kan ada Undang-undangnya kalau Pertamina tidak bisa mengalahkan Petronas, kalau Undang-undang diubah langsung bisa pertamina kalahkan Petronas," ungkapnya.
Mantan direktur pelatihan SDM Petronas, Normala Sjarif yang hadir dalam seminar tersebut mengaku, yang membuat Petronas maju adalah integritas tinggi setiap karyawan. Kunci utamanya, tidak ada percampuran antara bisnis dan politik.
"Petronas itu integritasnya terlalu tinggi, tidak mencampur adukan politik dan bisnis. Itu yang ditanamkan di setiap karyawan di Petronas," kata Normala.
Diakuinya, dulu Petronas banyak belajar dari Pertamina terkait tentang cara menyusun kontrak. Dengan kata lain, Pertamina menjadi panduan bagi Petronas.
"Pertamina yang menolong kami menulis kontrak, semua dari Pertamina. Pertamina pun bisa beroperasi di seluruh dunia dengan berpegang dari integritas," tegasnya.(mdk/noe)
Petronas memiliki seluruh aset cadangan minyak di Malaysia. Sedangkan cadangan minyak di Indonesia tidak dikelola Pertamina, melainkan SKK Migas.
"Seluruh kekayaan di Malaysia masuk di Petronas. Kalau di Indonesia kan ladang-ladang minyak masuk masing-masing perusahaan. Yang milik Bakrie masuk Bakrie, yang milik Medco masuk Medco, yang milik BP masuk BP," ujar Dahlan saat menjadi pembicara seminar Wirausaha Muda, motor penggerak ekonomi bangsa di ESQ Business School, Menara 165, Jakarta, Selasa (10/12).
Sesungguhnya, kata Dahlan, Pertamina tidak bisa dibandingkan Petronas. Sebab, aset milik Petronas termasuk seluruh aset-aset cadangan minyak di Malaysia. Sedangkan Pertamina tidak demikian. Asetnya hanya yang masuk dalam buku Pertamina.
"Ini kan ada Undang-undangnya kalau Pertamina tidak bisa mengalahkan Petronas, kalau Undang-undang diubah langsung bisa pertamina kalahkan Petronas," ungkapnya.
Mantan direktur pelatihan SDM Petronas, Normala Sjarif yang hadir dalam seminar tersebut mengaku, yang membuat Petronas maju adalah integritas tinggi setiap karyawan. Kunci utamanya, tidak ada percampuran antara bisnis dan politik.
"Petronas itu integritasnya terlalu tinggi, tidak mencampur adukan politik dan bisnis. Itu yang ditanamkan di setiap karyawan di Petronas," kata Normala.
Diakuinya, dulu Petronas banyak belajar dari Pertamina terkait tentang cara menyusun kontrak. Dengan kata lain, Pertamina menjadi panduan bagi Petronas.
"Pertamina yang menolong kami menulis kontrak, semua dari Pertamina. Pertamina pun bisa beroperasi di seluruh dunia dengan berpegang dari integritas," tegasnya.(mdk/noe)
0 komentar:
Posting Komentar