Pindad Garap Panser Anoa Untuk Malaysia
JAKARTA - Prestasi BUMN di bidang industri alat utama persenjataan PT Pindad cukup membanggakan. Bulan ini, para pekerja Pindad sedang menyelesaikan pesanan dari Malaysia. Total, negeri Jiran minta 32 unit panser produksi anak bangsa itu.
“Masih tahap penyelesaian administrasi. Tapi, secara umum kami siap menyelesaikan pesanan tepat waktu,” ujar Kepala Humas Pindad Tuning Rudyati kemarin.
Panser Anoa merupakan salah satu produk kendaraan berlapis baja unggulan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbasis di Bandung. Pindad sendiri merupakan perusahaan manufaktur yang menyediakan berbagai produk mesin seperti generator, senjata, kendaraan tempur, amunisi untuk militer.
Proses kesepakatan order dengan Malaysia telah melewati tahapan mulai dari konsep, pengiriman delegasi Malaysia ke Indonesia, uji coba, sertifikasi hingga tahapan negosiasi. Tinggal satu lagi yakni prosedur kontrak atau legal binding antara dua pihak.
Produksi panser Anoa setidaknya membutuhkan waktu sepuluh bulan. Harga per unitnya sekitar Rp 8 miliar. PT Pindad juga sedang menyelesaikan pesanan 150 panser lagi dari Kementerian Pertahanan untuk TNI. Sebelumnya, Pindad berhasil menyelesaikan 150 panser yang dipesan tahun 2008.
“Panser Anoa sebagian sudah berada di Lebanon untuk memperlancar tugas pasukan perdamaian TNI di bawah Unifil PBB,” jelasnya.
Selain Malaysia, Afghanistan pernah memesan panser Anoa buatan Bandung. Kebutuhan spesifikasi panser masing-masing negara sangat beragam tergantung strategi penyerangan yang dianut. Afghanistan misalnya, membutuhkan panser yang bisa memproduksi air minum karena medan operasinya gurun yang tandus.
Panser Anoa memiliki beberapa varian tipe. Contohnya saja Panser Anoa 6x6 diproduksi dengan sistem penggerak 6 roda simetris dan dirancang khusus untuk kebutuhan ALUTSISTA TNI Angkatan Darat khususnya satuan kavaleri.
Ukuran dan operasional panser Anoa disesuaikan dengan doktrin dan taktik tempur TNI. Panser yang dilengkapi dengan mounting senjata 12,7 milimeter (mm) dan dapat berputar 360 derajat ini dapat mengangkut 10 personil dengan tiga kru, satu driver, satu commander dan satu gunner.(rdl)
“Masih tahap penyelesaian administrasi. Tapi, secara umum kami siap menyelesaikan pesanan tepat waktu,” ujar Kepala Humas Pindad Tuning Rudyati kemarin.
Panser Anoa merupakan salah satu produk kendaraan berlapis baja unggulan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbasis di Bandung. Pindad sendiri merupakan perusahaan manufaktur yang menyediakan berbagai produk mesin seperti generator, senjata, kendaraan tempur, amunisi untuk militer.
Proses kesepakatan order dengan Malaysia telah melewati tahapan mulai dari konsep, pengiriman delegasi Malaysia ke Indonesia, uji coba, sertifikasi hingga tahapan negosiasi. Tinggal satu lagi yakni prosedur kontrak atau legal binding antara dua pihak.
Produksi panser Anoa setidaknya membutuhkan waktu sepuluh bulan. Harga per unitnya sekitar Rp 8 miliar. PT Pindad juga sedang menyelesaikan pesanan 150 panser lagi dari Kementerian Pertahanan untuk TNI. Sebelumnya, Pindad berhasil menyelesaikan 150 panser yang dipesan tahun 2008.
“Panser Anoa sebagian sudah berada di Lebanon untuk memperlancar tugas pasukan perdamaian TNI di bawah Unifil PBB,” jelasnya.
Selain Malaysia, Afghanistan pernah memesan panser Anoa buatan Bandung. Kebutuhan spesifikasi panser masing-masing negara sangat beragam tergantung strategi penyerangan yang dianut. Afghanistan misalnya, membutuhkan panser yang bisa memproduksi air minum karena medan operasinya gurun yang tandus.
Panser Anoa memiliki beberapa varian tipe. Contohnya saja Panser Anoa 6x6 diproduksi dengan sistem penggerak 6 roda simetris dan dirancang khusus untuk kebutuhan ALUTSISTA TNI Angkatan Darat khususnya satuan kavaleri.
Ukuran dan operasional panser Anoa disesuaikan dengan doktrin dan taktik tempur TNI. Panser yang dilengkapi dengan mounting senjata 12,7 milimeter (mm) dan dapat berputar 360 derajat ini dapat mengangkut 10 personil dengan tiga kru, satu driver, satu commander dan satu gunner.(rdl)
● JPNN
0 komentar:
Posting Komentar