Mahasiswa IPB temukan produktivitas ikan dari suara
Bogor, Jawa Barat - Satu lagi karya anak bangsa dihasilkan. Tim mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, menemukan inovasi yang dapat menentukan produktivitas ikan gurame dari suara yang dihasilkannya.
Humas IPB, Waluyo Suprihartono, di Bogor, Jawa Barat, Senin, menjelaskan, tim peneliti mahasiswa itu adalah I Gede Mahendra Wijaya, Dhaniyanto Mayrendra Rasyid, dan I Made Teguh Wirayudha.
Penelitian yang dibimbing oleh dosen pembimbing Dr Ir Sri Pujiyati, MSi itu dilakukan melalui Program Kreativitas Mahasiswa.
Ia menjelaskan bahwa inovasi itu berhasil masuk dalam Inovasi Indonesia Paling Prospektif tahun 2012 yang dikeluarkan Pusat Inovasi Bisnis, Kementerian Riset dan Teknologi.
I Gede Mahendra Wijaya menjelaskan, penelitian itu dilakukan dengan menggunakan metode bioakustik, yang biasa digunakan untuk melihat pola dan karakter suara mamalia laut secara umum.
Namun I Gede Mahendra mengaitkan bioakustik dengan produktivitas pada ikan gurame. Menurut dia, hal ini baru yang pertama kalinya dilakukan di Indonesia.
Sementara itu untuk melakukan perekaman suara I Gede Mahardika dan tim menggunakan alat bantu hydrophone.
Penelitian ini didasarkan pemikiran bahwa perlunya satu metode yang mampu dikembangkan untuk mengetahui mutu indukan ikan gurame yang efektif dan efisien tanpa menyentuh ikan itu sendiri.
Sebab, katanya, saat ini penyeleksian indukan ikan umumnya dengan cara menganalisis tingkat kematangan gonad, namun metode ini dilakukan harus dengan cara pembedahan gonad ikan dan diteliti melalui mikroskop.
Sementara pada masyarakat tradisional, kata dia, mereka hanya melihat dari karakter dan fisiologi ikan. Cara seperti ini dinilai kurang efektif, selain dapat melukai ikan juga memakan waktu yang lama.
Ia menjelaskan proses penelitian yang dilakukan Mahendra dan tim terbilang mudah yaitu dengan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh ikan dalam beberapa tahap.
Kemudian suara yang sudah terekam dianalisa untuk mendapatkan karakteristiknya (frekuensi dan intensitas suara).
Karakteristik suara dari masing-masing indukan ikan tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah telur yang dihasilkannya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan ikan yang memiliki produktivitas tinggi memiliki rentang frekuensi dan intensitas yang lebih sempit yaitu 2.952 Hz dan rentang intensitas 19 dB, dibandingkan dengan ikan yang memiliki produktivitas yang lebih rendah dengan rentang frekuensi maupun intensitas yang lebih lebar yaitu 5.062 hz dan rentang intensitas 30 dB.
Saat ini, katanya, penelitian tersebut masih terus dilanjutkan untuk mendapatkan data yang lebih maksimal.
Teknologi ini, kata dia, diharapkan mampu memberi solusi bagi pembudidaya ikan gurame agar dapat dengan cepat dan mudah melakukan penyortiran indukan gurame yang unggul tanpa harus menyakiti induk ikan.
"Sehingga dengan sortiran tepat indukan yang produktif dapat membantu peningkatan penghasilan petani dalam budi daya ikan gurame," katanya.
Humas IPB, Waluyo Suprihartono, di Bogor, Jawa Barat, Senin, menjelaskan, tim peneliti mahasiswa itu adalah I Gede Mahendra Wijaya, Dhaniyanto Mayrendra Rasyid, dan I Made Teguh Wirayudha.
Penelitian yang dibimbing oleh dosen pembimbing Dr Ir Sri Pujiyati, MSi itu dilakukan melalui Program Kreativitas Mahasiswa.
Ia menjelaskan bahwa inovasi itu berhasil masuk dalam Inovasi Indonesia Paling Prospektif tahun 2012 yang dikeluarkan Pusat Inovasi Bisnis, Kementerian Riset dan Teknologi.
I Gede Mahendra Wijaya menjelaskan, penelitian itu dilakukan dengan menggunakan metode bioakustik, yang biasa digunakan untuk melihat pola dan karakter suara mamalia laut secara umum.
Namun I Gede Mahendra mengaitkan bioakustik dengan produktivitas pada ikan gurame. Menurut dia, hal ini baru yang pertama kalinya dilakukan di Indonesia.
Sementara itu untuk melakukan perekaman suara I Gede Mahardika dan tim menggunakan alat bantu hydrophone.
Penelitian ini didasarkan pemikiran bahwa perlunya satu metode yang mampu dikembangkan untuk mengetahui mutu indukan ikan gurame yang efektif dan efisien tanpa menyentuh ikan itu sendiri.
Sebab, katanya, saat ini penyeleksian indukan ikan umumnya dengan cara menganalisis tingkat kematangan gonad, namun metode ini dilakukan harus dengan cara pembedahan gonad ikan dan diteliti melalui mikroskop.
Sementara pada masyarakat tradisional, kata dia, mereka hanya melihat dari karakter dan fisiologi ikan. Cara seperti ini dinilai kurang efektif, selain dapat melukai ikan juga memakan waktu yang lama.
Ia menjelaskan proses penelitian yang dilakukan Mahendra dan tim terbilang mudah yaitu dengan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh ikan dalam beberapa tahap.
Kemudian suara yang sudah terekam dianalisa untuk mendapatkan karakteristiknya (frekuensi dan intensitas suara).
Karakteristik suara dari masing-masing indukan ikan tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah telur yang dihasilkannya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan ikan yang memiliki produktivitas tinggi memiliki rentang frekuensi dan intensitas yang lebih sempit yaitu 2.952 Hz dan rentang intensitas 19 dB, dibandingkan dengan ikan yang memiliki produktivitas yang lebih rendah dengan rentang frekuensi maupun intensitas yang lebih lebar yaitu 5.062 hz dan rentang intensitas 30 dB.
Saat ini, katanya, penelitian tersebut masih terus dilanjutkan untuk mendapatkan data yang lebih maksimal.
Teknologi ini, kata dia, diharapkan mampu memberi solusi bagi pembudidaya ikan gurame agar dapat dengan cepat dan mudah melakukan penyortiran indukan gurame yang unggul tanpa harus menyakiti induk ikan.
"Sehingga dengan sortiran tepat indukan yang produktif dapat membantu peningkatan penghasilan petani dalam budi daya ikan gurame," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar