Peneliti UI Temukan Bukti Kerajaan Sriwijaya di Jambi
JAKARTA � Peneliti dari Universitas Indonesia menemukan bukti-bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya berada di kawasan Muaro Jambi, Jambi, bukan di Palembang.
"Meski terkenal sebagai pusat berkembangnya Kerajaan Sriwijaya, Palembang ternyata tidak memiliki banyak bukti peninggalan," kata Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia, Profesor Agus Aris Munandar, dalam siaran persnya, Minggu (14/7).
Asumsi Agus tersebut didasarkan atas penemuan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya serta petirtaan berupa sumur di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi, oleh 43 mahasiswa dan 5 dosen pembimbing yang tergabung dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Arkeologi Universitas Indonesia (UI) pada 16 hingga 28 Juni 2013 lalu.
Tim Arkeologi UI melakukan metode ekskavasi yang bertujuan menemukan kembali sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu dengan cara penggalian. Proses ekskavasi dilakukan di 14 kotak gali di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi. Kawasan tersebut berada sekitar 20 kilometer dari Kota Jambi atau 30 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi.
Ditaklukkan
Lebih lanjut, Agus mengatakan sebenarnya masih banyak bagian kawasan cagar budaya tersebut yang belum dijamah, termasuk yang berada di seberang Sungai Batanghari. Arca-arca lepas yang ditemukan di Palembang bertuliskan ancaman-ancaman, maka dapat diartikan bahwa Palembang merupakan kota yang telah ditaklukkan oleh Sriwijaya.
Dosen arkeologi UI, Cecep Eka Permana, mengatakan tim menemukan sumur yang terletak di arah timur laut, yang merupakan arah yang paling baik bagi agama Buddha. Menurut Cecep, sumur tersebut pada masanya digunakan sebagai sumber mata air. "Sumur yang ditemukan tersebut baru digali sedalam 1,5 meter," ujar Cecep.
Di sekitar sumur, tim juga menemukan sisa pecahan tembikar, keramik, dan stoneware (barang pecah belah lainnya). Selain sumur, ditemukan struktur persegi di pinggir sumur yang diidentifikasi sebagai lantai di sekitar sumur.
Ada juga struktur lain yang berbentuk bangunan yang terlihat dari pola letak, halaman tengah, dan halaman luarnya. Pada struktur luar, ditemukan fragmen-fragmen yang berbentuk besar dan kasar. Sementara itu, semakin ke dalam, fragmen yang ditemukan semakin halus teksturnya. "Dalam konteks keagamaan, biasanya makin ke (ruangan bagian) dalam akan makin suci," ujar Cecep.
Departemen Arkeologi UI, bersama pemerintah setempat, saat ini tengah bekerja sama menjadikan Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi sebagai laboratorium penelitian sehingga dapat dimanfaatkan untuk penelitian arkeologi, baik oleh dosen maupun mahasiswa arkeologi.
"Meski terkenal sebagai pusat berkembangnya Kerajaan Sriwijaya, Palembang ternyata tidak memiliki banyak bukti peninggalan," kata Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia, Profesor Agus Aris Munandar, dalam siaran persnya, Minggu (14/7).
Asumsi Agus tersebut didasarkan atas penemuan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya serta petirtaan berupa sumur di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi, oleh 43 mahasiswa dan 5 dosen pembimbing yang tergabung dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Arkeologi Universitas Indonesia (UI) pada 16 hingga 28 Juni 2013 lalu.
Tim Arkeologi UI melakukan metode ekskavasi yang bertujuan menemukan kembali sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu dengan cara penggalian. Proses ekskavasi dilakukan di 14 kotak gali di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi. Kawasan tersebut berada sekitar 20 kilometer dari Kota Jambi atau 30 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi.
Ditaklukkan
Lebih lanjut, Agus mengatakan sebenarnya masih banyak bagian kawasan cagar budaya tersebut yang belum dijamah, termasuk yang berada di seberang Sungai Batanghari. Arca-arca lepas yang ditemukan di Palembang bertuliskan ancaman-ancaman, maka dapat diartikan bahwa Palembang merupakan kota yang telah ditaklukkan oleh Sriwijaya.
Dosen arkeologi UI, Cecep Eka Permana, mengatakan tim menemukan sumur yang terletak di arah timur laut, yang merupakan arah yang paling baik bagi agama Buddha. Menurut Cecep, sumur tersebut pada masanya digunakan sebagai sumber mata air. "Sumur yang ditemukan tersebut baru digali sedalam 1,5 meter," ujar Cecep.
Di sekitar sumur, tim juga menemukan sisa pecahan tembikar, keramik, dan stoneware (barang pecah belah lainnya). Selain sumur, ditemukan struktur persegi di pinggir sumur yang diidentifikasi sebagai lantai di sekitar sumur.
Ada juga struktur lain yang berbentuk bangunan yang terlihat dari pola letak, halaman tengah, dan halaman luarnya. Pada struktur luar, ditemukan fragmen-fragmen yang berbentuk besar dan kasar. Sementara itu, semakin ke dalam, fragmen yang ditemukan semakin halus teksturnya. "Dalam konteks keagamaan, biasanya makin ke (ruangan bagian) dalam akan makin suci," ujar Cecep.
Departemen Arkeologi UI, bersama pemerintah setempat, saat ini tengah bekerja sama menjadikan Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi sebagai laboratorium penelitian sehingga dapat dimanfaatkan untuk penelitian arkeologi, baik oleh dosen maupun mahasiswa arkeologi.
0 komentar:
Posting Komentar