Pesawat Kepresidenan Rp 820 M Tiba Desember
JAKARTA - Tidak lama lagi, pemerintah Indonesia akan memiliki pesawat khusus kepresidenan. Setelah berkali-kali diwacanakan, pesawat kepresidenan tersebut akhirnya akan benar-benar diwujudkan.
Mensesneg Sudi Silalahi bahkan memastikan bahwa pesawat tersebut akan datang pada Desember mendatang. "Desember tahun ini. Memang jadwalnya begitu karena banyaklah prosesnya," ujarnya di Jakarta, Rabu (17/7).
Sudi menuturkan, pesawat tersebut akan mulai aktif beroperasi pada Januari 2014. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) direncanakan menggunakan pesawat tersebut dua hingga tiga kali selama 2014, sebelum masa jabatannya berakhir. "Paling cepat Januari tahun depan. Paling digunakan nanti program tahun 2014. Selama program 2014 sampai sebelum Oktober kira-kira. Itu bisa dua sampai tiga kali pakailah," tuturnya sembari tersenyum.
Menurut mantan Seskab tersebut, SBY pernah melihat bahkan menjajal pesawat Boeing bertipe business jet II tersebut. "Mungkin sudah nyoba-nyoba," katanya.
Proses realisasi pesawat khusus kepresidenan tersebut, ujar Sudi, berlangsung cukup lama. Dia menguraikan banyak proses yang harus dilalui, antara lain pengecekan sistem keamanan. "Tidak bisa segera (direalisasikan). Karena sistem keamanan, interior, semua harus betul-betul oke. Sebelum terbang, akan dilakukan pengecekan," lanjut dia.
Kata Sudi, banyak pandangan miring terkait dengan pembelian pesawat kepresidenan tersebut. Tidak sedikit yang menganggap bahwa keputusan tersebut menghambur-hamburkan uang negara. Namun, dia menekankan bahwa pengadaan pesawat tersebut justru menghemat pengeluaran negara.
Menteri 64 tahun itu memaparkan, anggaran yang bisa dihemat mencapai 300 persen. Dia mengakui, biaya penyewaan pesawat untuk mengangkut presiden dari maskapai penerbangan Garuda mencapai Rp 500 miliar per tahun. "Kalau nyewa, hampir segitu memang. Nanti tinggal bahan bakar. Karena itu, sekarang justru lebih boros. Nanti kalau sudah datang akan sangat menghemat," paparnya.
Seperti diberitakan, Indonesia resmi membeli pesawat kepresidenan. Pesawat RI 1 berjenis Boeing business jet II (BBJ II) itu dibeli dengan harga USD 91,2 juta atau sekitar Rp 820 miliar. Pesawat BBJ II tersebut didesain untuk keperluan very very important person (VVIP). Yakni, didesain dengan konfigurasi mewah, dengan kamar tidur utama, toilet yang dilengkapi dengan shower, ruang konferensi, ruang makan, dan ruang tamu.
Dengan daya tampung 39.539 liter bahan bakar, pesawat tersebut dapat terbang maksimal sejauh 10.334 kilometer. Pesawat tersebut mampu terbang jauh nonstop selama 10 hingga 12 jam dengan kapasitas maksimal 70 penumpang. Pesawat tersebut juga dirancang untuk bisa mendarat di bandara kecil. Di dalamnya ada peralatan navigasi, komunikasi, dan cabin insulation. (ken/c1/agm)
Mensesneg Sudi Silalahi bahkan memastikan bahwa pesawat tersebut akan datang pada Desember mendatang. "Desember tahun ini. Memang jadwalnya begitu karena banyaklah prosesnya," ujarnya di Jakarta, Rabu (17/7).
Sudi menuturkan, pesawat tersebut akan mulai aktif beroperasi pada Januari 2014. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) direncanakan menggunakan pesawat tersebut dua hingga tiga kali selama 2014, sebelum masa jabatannya berakhir. "Paling cepat Januari tahun depan. Paling digunakan nanti program tahun 2014. Selama program 2014 sampai sebelum Oktober kira-kira. Itu bisa dua sampai tiga kali pakailah," tuturnya sembari tersenyum.
Menurut mantan Seskab tersebut, SBY pernah melihat bahkan menjajal pesawat Boeing bertipe business jet II tersebut. "Mungkin sudah nyoba-nyoba," katanya.
Proses realisasi pesawat khusus kepresidenan tersebut, ujar Sudi, berlangsung cukup lama. Dia menguraikan banyak proses yang harus dilalui, antara lain pengecekan sistem keamanan. "Tidak bisa segera (direalisasikan). Karena sistem keamanan, interior, semua harus betul-betul oke. Sebelum terbang, akan dilakukan pengecekan," lanjut dia.
Kata Sudi, banyak pandangan miring terkait dengan pembelian pesawat kepresidenan tersebut. Tidak sedikit yang menganggap bahwa keputusan tersebut menghambur-hamburkan uang negara. Namun, dia menekankan bahwa pengadaan pesawat tersebut justru menghemat pengeluaran negara.
Menteri 64 tahun itu memaparkan, anggaran yang bisa dihemat mencapai 300 persen. Dia mengakui, biaya penyewaan pesawat untuk mengangkut presiden dari maskapai penerbangan Garuda mencapai Rp 500 miliar per tahun. "Kalau nyewa, hampir segitu memang. Nanti tinggal bahan bakar. Karena itu, sekarang justru lebih boros. Nanti kalau sudah datang akan sangat menghemat," paparnya.
Seperti diberitakan, Indonesia resmi membeli pesawat kepresidenan. Pesawat RI 1 berjenis Boeing business jet II (BBJ II) itu dibeli dengan harga USD 91,2 juta atau sekitar Rp 820 miliar. Pesawat BBJ II tersebut didesain untuk keperluan very very important person (VVIP). Yakni, didesain dengan konfigurasi mewah, dengan kamar tidur utama, toilet yang dilengkapi dengan shower, ruang konferensi, ruang makan, dan ruang tamu.
Dengan daya tampung 39.539 liter bahan bakar, pesawat tersebut dapat terbang maksimal sejauh 10.334 kilometer. Pesawat tersebut mampu terbang jauh nonstop selama 10 hingga 12 jam dengan kapasitas maksimal 70 penumpang. Pesawat tersebut juga dirancang untuk bisa mendarat di bandara kecil. Di dalamnya ada peralatan navigasi, komunikasi, dan cabin insulation. (ken/c1/agm)
0 komentar:
Posting Komentar