Tahun ini taksi Jabodetabek pakai BBG
Jakarta | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan saat ini pihaknya telah melakukan kerja sama dengan pengusaha transportasi umum jenis taksi untuk menerapkan program konversi bahan bakar minyak ke Bahan Bakar Gas (BBG). Rencana tersebut mulai berjalan tahun ini sehingga dapat menekan laju konsumsi BBM subsidi sebanyak 46,01 juta kiloliter (kl).
"Menggerakkan swasta kami sudah berhasil, taksi-taksi nanti akan menggunakan gas," ujar Jero dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (18/2).
Untuk mempermudah pengemudi taksi mengisi bahan bakar, pihaknya akan membangun infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di pool taksi tersebut. Sehingga nantinya para pengemudi Taksi tersebut tidak terkendala dengan pasokan gas yang dijadikan bahan bakar. "SPBG-nya akan di poolnya jadi taksi itu ngisi dirumahnya sendiri, sehingga dengan mudah mengisinya," jelas dia.
Namun, lanjut Jero, pihaknya banyak menjumpai kendala dalam melaksanakan program yang pelaksanaannya ditargetkan pada 2012 lalu sehingga saat ini program tersebut belum juga berjalan. Jero mengungkapkan kendala pelaksanaan konversi BBM ke BBG di antaranya adalah anggarannya tidak kunjung keluar, infrastruktur yang belum memadai, pasokan gas yang belum jelas, dan pembebasan lahan untuk SPBG yang sulit. "Konversi kendalanya terlalu banyak, infrastrukturnya belum jadi, pembebasannya belum tuntas," pungkas dia. (mdk/rin)
"Menggerakkan swasta kami sudah berhasil, taksi-taksi nanti akan menggunakan gas," ujar Jero dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (18/2).
Untuk mempermudah pengemudi taksi mengisi bahan bakar, pihaknya akan membangun infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di pool taksi tersebut. Sehingga nantinya para pengemudi Taksi tersebut tidak terkendala dengan pasokan gas yang dijadikan bahan bakar. "SPBG-nya akan di poolnya jadi taksi itu ngisi dirumahnya sendiri, sehingga dengan mudah mengisinya," jelas dia.
Namun, lanjut Jero, pihaknya banyak menjumpai kendala dalam melaksanakan program yang pelaksanaannya ditargetkan pada 2012 lalu sehingga saat ini program tersebut belum juga berjalan. Jero mengungkapkan kendala pelaksanaan konversi BBM ke BBG di antaranya adalah anggarannya tidak kunjung keluar, infrastruktur yang belum memadai, pasokan gas yang belum jelas, dan pembebasan lahan untuk SPBG yang sulit. "Konversi kendalanya terlalu banyak, infrastrukturnya belum jadi, pembebasannya belum tuntas," pungkas dia. (mdk/rin)
● Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar